Warung Kaum di Banjarmasin

Kuliner Banjarmasin - Resep Turun Temurun Hingga Empat Generasi, Sudah Ada Sejak 1890

Kuliner Banjarmasin. Resep Ketupat Kandangan di Warung Kaum sudah ada sejak 1890, dimulai generasi pertama di Kabupaten HSS, Kalsel.

Penulis: Eka Pertiwi | Editor: Alpri Widianjono
BANJARMASINPOST.CO.ID/EKA PERTIWI
Kuliner Banjarmasin. Miniatur Tugu Ketupat Kandangan di Warung Kaum, Jalan Bumi Mas, Kota Banjarmasin, Provinsi Kalimantan Selatan, Selasa (31/1/2023). 

BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Kuliner Banjarmasin. Rupanya resep Ketupat Kandangan dari Warung Kaum sudah ada sejak 1890. 

Tempat wisata kuliner Warung Kaum di Banjarmasin ini ada tiga tempat, dua di antaranya di  Jalan Bumi Mas dan satu lagi di Gambut Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel).

Sudah lebih sejak 133 tahun lalu resep ini sudah ada. Sedangkan Husni Nafarin merupakan generasi keempat.

Hal yang membuat resep ketupat ini merupakan satunya atau buyutnya.

Baca juga: Kuliner Banjarmasin - Warung Kaum Sering Dikunjungi Wisatawan Mancanegara

Baca juga: Kuliner Banjarmasin - Warung Kaum Punya Tiga Cabang, Ini Lokasinya

Baca juga: Wisata Kuliner di Warung Kaum Banjarmasin, Bisa Makan Enak Sekaligus Berswafoto

Dibeberkannya, jika Ketupat Kaum sudah ada sejak 1890 dari Kandangan. Awalnya, sang buyut berjualan di Pasar Kandangan, Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS), Kalsel.

Dilanjutkan dengan sang nenek. Setelah itu pada tahun 70 an, Warung Kaum berpindah ke Terminal Taksi Sedan kala itu. Lalu berpindah lagi ke Setra Antasari. 

Lalu, berpindah ke Bumi Mas. "Kalau di Bumi Mas sudah 10 tahun," katanya. 

Baca juga: Wisata Kalsel - Berkunjung ke Makam Datu Qabul Kabupaten Tapin, Banyak Suvenir untuk Oleh-oleh

Baca juga: Wisata Kalsel - Akses Terbuka Jadi Alasan Jemaah Datang ke Makam Daru Qabul di Kabupaten Tapin

Ia menjamin untuk cita rasa tidak ada yang berubah sejak dulu. Menurutnya, ia tetap mempertahankan menggunakan buah binjai untuk sambal.

Kemudian, ketupat harus dianyam sendiri atau dianyam oleh anggota keluarga keturunan sang buyut. 

Selain itu, ikan yang digunakan yakni ikan haruan asli. Beratnya pun tidak boleh kurang dari satu kilogram per ekor. 

Baca juga: Wisata Kalsel - Cerita Tenar Makam Datu Qabul di Kabupaten Tapin hingga Banyak Didatangi Peziarah

Baca juga: Wisata Religi Makam Datu Qabul di Kabupaten Tapin Kalsel yang Terus Dibenahi

"Kami mempertahankan bumbu rempah leluhur. Kami berani menjamin jika makanan ini layak konsumsi dan sehat. Sebab ada rempah-rempah dan dimasak secara higienis," jelasnya. 

Dalam sehari ia mampu menjual 200 hingga 300 porsi. Jumlah ini meningkat tiga kali lipat pada akhir pekan. 

"Belum lagi kalau ada pesanan. Paling sering pesanan saat acara kawinan," pungkasnya.

(Banjarmasinpost.co.id/Eka Pertiwi)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved