Selebrita

Posisi Kamar Gisel dan Gading Marten Kala Liburan Bareng Disentil Ashanty, Tak Cuma demi Gempi

Ashanty mengulik kebersamaan aktor Gading Marten dan artis Gisella Anastasia kala liburan bareng Gempita Nora Marten. Sentil posisi kamar.

Editor: Murhan
instagram gisel_la
Gisella Anastasia dan Gading Marten Terekam Berendam Bareng, Kala Liburan Bareng Gempi. 

BANJARMASINPOST.CO.ID - Penyanyi Ashanty mengulik kebersamaan aktor Gading Marten dan artis Gisella Anastasia kala liburan bareng Gempita Nora Marten.

Bahkan, istri Anang Hermansyah itu menyentil soal posisi kamar Gisella Anastasia dan Gading Marten kala liburan bareng itu.

Seperti diketahui Gisella Anastasia memang telah bercerai dengan Gading Marten.

Meski bercerai, hubungan Gisel dan Gading masih tetap terjalin dengan baik.

Bahkan, beberapa waktu yang lalu mereka travelling bersama anak semata wayangnya, Gempi ke luar negeri.

Saat travelling bareng ke luar negeri, Gisel memastikan bahwa tidur terpisah dengan Gading Marten.

Baca juga: Bukan Boy William, Ayu Ting Ting Akhirnya Umumkan Teman Kencan Kala di Italia

Baca juga: Nasihat Raffi Ahmad pada Mbak Lala Pengasuh Rafathar Efek Tudingan Pakai Rayyanza buat Ngemis Online

Selaku host, Ashanty menanyakan soal hal tersebut.

"Itu tidurnya sekamar nggak," tanya Ashanty dikutip dalam kanal YouTube The Hermansyah A6 pada Rabu (1/2/2023).

"Enggak, beda kamar," terang Gisel.

Gisel menambahkan, ia tak mau membuat Gempi merasa bingung.

Sehingga, ia memutuskan untuk tetap pisah kamar dengan Gading Marten.

"Bingung nanti anak aku," ujar Gisel.

Gisel menuturkan, Gading Marten sudah ia anggap sebagai kakaknya sendiri.

Sehingga, Gisel selalu menghormati sikap kepemimpinan Gading Marten saat pergi bersama anaknya.

"Kita itu udah sahabatan kayak kakak aku sendiri, jadi kalau di luar kita bareng-bareng dia itu pemimpin," terang Gisel.

Dengan adanya hal ini, Gisel tak takut akan pertumbuhan anaknya.

Gisel mengaku Gempi harus merasa aman dengan adanya sosok Gading Marten yang tetap berada di sampingnya.

"Gempi akan merasa secure, kan ayah ngaruh buat pertumbuhan anak," ungkap Gisel.

Lanjut, Gisel menuturkan soal perasaannya saat liburan bersama Gading Marten.

Gisel mengaku melakukan liburan bukan demi anaknya.

Gisel dan Gading sama-sama menikmati momen liburan bersama mereka.

"Kalau disebut demi anak itu kayak tersiksa banget ya kita, enggak kok, aku menikmati," ujar Gisel.

Lanjut lagi, Gisel mengatakan Gempi tak pernah mengharapkan kedua orang tuanya bersatu kembali.

"Enggak deh, dia ngerti posisinya udah dijelasin juga," ungkap Gisel.

Sementara itu, Gisel mengungkapkan soal kriteria pasangannya.

Gisel ingin memiliki pasangan yang bisa toleransi dengan hubungannya terhadap Gading Marten.

Pun dengan pasangan Gading Marten, Gisel berharap hal yang sama.

"Jadi besok kalau aku atau Mas Gading udah punya pasangan masing-masing, pengennya bisa toleransi sama keadaan ini," kata Gisel.

Hal ini berkaitan dengan kehidupan Gempi.

Dikatakan Gisel, Gempi berhak mendapatkan figur ayah sekaligus ibu dalam hidupnya.

"Karena gimanapun anak kami berhak dapetin figur ayah atau ibu bahkan figur kebersamaan kami," terang Gisel.

Di sisi lain, Gisel mengungkapkan sikap Gempi terhadap kekasihnya.

Gempi ternyata memahami bahwa ibunya membutuhkan sosok lelaki di sampingnya.

Saat Gisel liburan bersama sang kekasih, Gempi memberikan tanggapan yang baik.

Selama ini, Gisel juga mengaku selalu mengobrol dengan Gempi sebelum memiliki pasangan baru.

"Emang dia seneng sosialisasi juga, jadi kalau aku liburan sama yang lalu-lalu, Gempi aman juga, kan kebetulan tipenya suka sama anak-anak juga,"

"Mengerti keadaan, kita selalu mengobrol sama Gempi bersama-sama, dia dapet cinta banyak dari aku dapet, dari bapaknya dapet," ungkap Gisel.

Perpisahannya dengan Gading Marten itu dianggap membawa banyak hikmah bagi Gisel.

Bahkan, Gisel menyebut Gempi merupakan anak yang paling beruntung karena mendapat banyak kasih sayang.

"Dia anak paling beruntung sebenernya," tutur Gisel.

Baca juga: Lepas Celine Evangelista, Marshel Kini Siap Nikahi Yansen Indiani

Baca juga: Video Syur Venna Melinda Mau Disebar Ferry Irawan, Hotman Paris: Gue Tantang

Agar Tetap Kompak Sebagai Orangtua Setelah Bercerai

Salah satu efek terberat perceraian orangtua akan dirasakan oleh anak. Itu sebabnya kini banyak yang berusaha menjaga hubungan baik dengan mantan suami atau istri demi pengasuhan anak.

Istilah tersebut dinamakan dengan "keluarga binuklir", yakni orangtua yang tinggal di rumah terpisah namun masih satu keluarga.

Menurut terapis keluarga dan profesor emerita di University of Southern California, Constance Ahrons yang menciptakan istilah tersebut, dalam keluarga semacam itu anak-anak diasuh oleh dua pasang orangtua.

Diharapkan tumbuh kembang anak tidak terganggu dengan pola asuh semacam ini dibandingkan dengan mereka yang bermusuhan, bahkan berebut hak asuh anak.

Demi anak, orangtua bisa mengusahakan perceraian yang "membahagiakan". Untuk mencapainya, diperlukan syarat berikut ini:

1. Bedakan masalah pasangan dengan pengasuhan

Ketika kamu menikah dan punya anak, maka kamu punya dua peran: sebagai pasangan dan orangtua. Sehingga setelah bercerai kita pun harus membuat perbedaan peran, terutama ketika akan berdiskusi dengan mantan tentang kepentingan anak.

Ahrons mengatakan, sering terjadi ketika awalnya membahas anak lalu berakhir dengan pertengkaran tentang sesuatu di pernikahan mereka. Dibutuhkan kerja keras untuk menghindarinya.

"Orangtua seharusnya menentukan apa yang akan dibahas saat itu, misalnya tentang anak, untuk menjaga percakapan tidak melebar ke mana-mana," katanya.

Membagi dua isu tersebut juga menjaga anak terlindungi dari masalah pasangan. Yang sering terjadi anak dilibatkan dalam pertengkaran tersebut.

Dalam survei yang dilakukan Popsugar terhadap 70 pembaca yang orangtuanya bercerai, banyak yang berharap mereka tak mengetahui perdebatan orangtuanya.

"Tak peduli berapa pun usia anak, mereka punya hak untuk tidak terlibat dalam perselisihan orangtua," kata Diana M. Adams, seorang pengacara yang menangani persetujuan hak asuh anak dan membantu sejumlah keluarga melalui perceraian kolaboratif.

Ketika menghadapi perceraian, carilah orang dewasa lain, bukan curhat ke anak, untuk membicarakan mengenai mantan pasangan.

2. Membuat persetujuan

Langkah selanjutnya adalah membuat semacam persetujuan dan aturan untuk bekerjasama mengurus anak-anak. Persetujuan tersebut membuat kedua belah pihak terikat.

Ahrons mengatakan, ketika pasangan suami istri bercerai, mereka idealnya mengatur segala detail. Misalnya, membagi kapan anak akan tinggal bersama masing-masing orangtuanya dan menanggung biaya kebutuhan anak.

"Selama proses perceraian, penting untuk memikirkan tentang pengambilan keputusan ke depan terkait hal-hal penting anak dan bagaimana kedua belah pihak bisa menyelesaikan masalah tanpa harus kembali ke pengadilan," ujar Adams, yang juga menyusun dokumen legal untuk banyak pasangan.

3. Berbagi hak asuh anak

Anak yang orangtuanya bercerai dan tidak berbagi hak asuh cenderung lebih marah dengan perceraian orangtuanya dan kurang bahagia.

Rumah orangtua yang mendapat hak asuh resmi bisa menjadi rumah utama anak, sementara rumah orangtua lainnya bisa dikunjungi kerika akhir pekan atau sesekali ketika akan makan malam bersama.

4. Pertimbangan kebutuhan anak sesuai usia

Cara lainnya agar anak lebih mudah menerima perceraian orangtua adalah tetap memenuhi kebutuhan mereka sesuai dengan usia. Misalnya, hingga usia anak 3 tahun biasanya anak tidak ingat bahwa kedua orangtuanya itu pernah bersama jadi mereka mudah beradaptasi.

Namun, jika usia anak sedikit lebih dewasa, menghadapi perceraian orangtua cenderung lebih sulit bagi mereka.

Pada survei pembaca Popsugar, responden di bawah usia 13 tahun cenderung lebih marah pada perceraian kedua orangtuanya ketimbang responden remaja atau dewasa muda.

Anak-anak remaja juga menghadapi tantangan unik. Ahrons mengatakan, remaja saat ini cenderung fokus pada diri mereka sendiri dan lebih narsis. Sehingga ketika orangtua mereka datang dan mengacaukannya, mereka akan sangat marah.

Menurut Ahrons, perceraian ketika anak memasuki masa transisi, seperti saat akan memasuki bangku kuliah, sebaiknya dihindari. Sebab anak cenderung berpikir apakah orangtuanya selama ini bersandiwara karena ia melihat mereka baik-baik saja.

5. Pertimbangkan ketika akan memperkenalkan pasangan baru

Sebaiknya tunggu setidaknya enam bulan hingga satu tahun sebelum memperkenalkan anak pada siapapun. Sebab, kondisi tersebut akan membuat anak merasa kehilangan terlalu cepat.

Selain itu, ketika akan memperkenalkan pasangan baru, pastikan kamu memberitahu mantan pasangan tentang rencana tersebut.

"Salah satu sumber rasa sakit dan instabilitas pada anak dari perceraian orangtua adalah ketika mereka harus membuka pintu untuk pasangan baru orangtua mereka," kata Adams.

Menurut survei, mereka yang punya hubungan positif dengan orangtua tirinya telah menjalani pendekatan perlahan di awal. Orangtua yang menghormati kebutuhan anak, dengan tetap menjaga hal-hal terkait mantan pasangannya, cenderung mendapatkan persetujuan anak untuk pasangan baru.

6. Atasi dengan baik perceraian karena perselingkuhan

Menjaga hubungan baru adalah hal sulit, namun akan jauh lebih menantang jika pernikahan berakhir karena adanya perselingkuhan. Biasanya pengasuhan bersama juga akan lebih sulit.

"Mereka mungkin merasakan rasa marah, dendam dan terhina ketika harus melalui perceraian tersebut dan membuat keputusan bersama tentang pembagian sumber finansial atau jadwal kunjungan," kata Adams.

Situasi ini akan sangat menyakitkan untuk pihak yang dikhianati. Namun, karena mereka masih perlu menjalani perceraian kolaboratif, lebih baik mereka menyimpan amarah dan dendam agar tidak timbul rasa sakit lebih atau trauma.

7. Jangan bertengkar setiap kali bertemu

Ketika sudah bercerai, biasanya akan ada saja potensi konflik bersama mantan pasangan. Situasi itu akan membuat anak kesal.

Jadi, alih-alih menunjukkan pertengkaran, lebih baik menghindari interaksi langsung. Misalnya, membagi tugas mengantar-jemput anak (satu orangtua mengantar dan satu lagi menjemput).

"Anak-anak tak perlu orangtuanya menjadi sahabat. Tapi mereka tidak mau merasa takut tentang apa yang terjadi ketika kalian bertemu," kata Ahrons.

8. Jangan menyimpan masalah di bawah permukaan

Bahkan pada pernikahan tanpa drama sekalipun, perceraian bisa membawa masalah tak terlihat. Terutama jika ada masalah komunikasi sebelumnya.

Pada tipe pernikahan seperti itu, masalah di bawah permukaan seringkali memicu amarah yang lebih besar ketika perceraian. Misalnya saja perbedaan pandangan tentang uang, masalah asuh anak, atau keseimbangan kerja dan rumah.

Mantan pasangan yang menghadapi masalah ini seringkali menjadi lebih tidak stabil setelah perceraian dilakukan. Bahkan ketika masalah utama telah diselesaikan atau diputuskan, amarah masih bisa tersisa.

Namun, alih-alih berpura-pura segala hal baik-baik saja, orangtua sebaiknya memperbolehkan anak-anak menghadiri sesi terapi untuk membicarakan masalah mereka sehingga mereka pun bisa menghadapi situasi sulit tersebut.

9. Jangan mengubah mantan pasangan

Kunci dari perceraian yang bahagia adalah menerima mantan pasangan sebagaimana diri mereka.

"Lihatlah mantan pasangan sebagaimana anak-anak melihatnya," kata Hayes, yang bercerai dengan dua anak.

Ini akan mencegah orangtua untuk berbicara negatif tentang satu sama lain. Hayes bahkan sebisa mungkin mencoba menyampaikan hal-hal baik tentang mantan suaminya kepada anak-anak mereka.

Ketika ia tak lagi mencintai sang mantan suami dalam konteks tradisional, tetap ada hubungan unik antara keduanya.

"Dia adalah ayah dari anak-anakku dan kami sudah melalui semuanya bersama. Dia menjadi cinta dalam hidupku untuk 15 tahun dan akan selamanya ada di hidupku, jadi aku harus menerima kondisi saat ini," kata Hayes.

10. Jangan tempatkan diri di situasi tidak aman

Terkadang, perceraian bahagia artinya adalah membuat batasan. Jika ketika masih menikah Anda adalah pasangan yang banyak konflik, jangan diulangi setelah bercerai.

Dalam banyak kasus, tak masalah untuk tidak memprioritaskan hubungan dengan mantan pasangan. Misalnya, ketika mantan pasangan sering bersikap kasar, sebaiknya menjauh.

Baca juga: Nikita Mirzani Bakal Kecele, Jenis Kelamin Bunda Corla Akhirnya Dikuak Ivan Gunawan dan Eko Patrio

(Banjarmasinpost.co.id/Tribun Style)

 

 

 

Sumber: TribunStyle.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved