Selebrita
Curhat Raffi Ahmad ke Habib Jafar: Bahas Kematian dan Takut Tak Bisa Temani Rafathar Nikah
Raffi Ahmad kembali bicara soal kematian. Kali ini, suami Nagita Slavina itu curhat pada Habib Jafar. Takut tak bisa dampingi rafathar menikah nanti.
BANJARMASINPOST.CO.ID - Presenter Raffi Ahmad kembali bicara soal kematian. Kali ini, suami Nagita Slavina itu curhat pada Habib Jafar.
Bahkan, Raffi Ahmad takut tak sempat menemani Rafathar ketika menikah nanti.
Rupanya, kematian sang nenek di akhir tahun 2022 lalu cukup menampar Raffi Ahmad.
Bukan hanya itu, melihat kematian ayahnya di usia yang tergolong masih muda, Raffi Ahmad takut akan kematiannya.
Penyebabnya, masih banyak harapan dan keinginannya yang belum terwujud.
Di sebuah program acara di stasiun televisi Trans7, suami Nagita Slavina berkeluh kesah pada Habib Jafar.
Baca juga: Pakai Mobil Sewaan, Aksi Lesti Kejora Bareng Rizky Billar di Bali Jadi Sinyal Kembali ke Dunia Artis
Baca juga: Tak Kalah dari Dewi Perssik, Angga Wijaya Juga Pamer Sudah Tunangan
Selain takut pada kematian, ayah Rafathar itu juga menyesalkan suatu hal yang menyangkut anaknya, Rafathar.
Diakui oleh Raffi Ahmad, dirinya selama ini terlalu sibuk untuk bekerja.
Siang malam dirinya fokus pada urusan duniawi.
Hingga akhirnya ia sedikit melupakan kewajibannya mengajarkan agama pada anaknya.
Raffi Ahmad mengaku bahwa dirinya jarang memiliki waktu bersama anak-anaknya.
Hal itu yang telah ia sesalkan selama ini.
Meski begitu, Raffi Ahmad memiliki guru ngaji untuk keluarganya.
Namun sayang, kehadirannya sebagai seorang ayah dalam hal agama masih dianggapnya kurang.
“Saya jarang punya waktu buat anak-anak saya, saya gak ngajarin Rafatar ngaji, walaupun ada guru ngajinya bib," sambung curhatan Raffi Ahmad.
Mendengar hal itu Habib Jafar pun menjawab dengan petuah-petuah yang begitu bijak.
Ia mengingatkan agar sebisa mungkin Raffi dan sang istri, Nagita Slavina untuk tetap mengajarkan anak sendiri walau mungkin tidak banyak.
Mengingat kewajiban orang tua adalah mendidik anaknya baik itu perihal duniawi maupun akhirat.
Pasalnya, ilmu yang diberikan oleh orang tua pada anak akan lebih muda terserap dan bisa digunakan untuk bekal di masa depan.
Selain itu, ilmu yang telah tersampaikan pada anak juga akan terus mengalir pahalanya kepada orang tua.
Sebab menyebarkan ilmu yang bermanfaat, pahalanya akan terus mengalir selama ilmu tersebut digunakan dengan baik.
"Kalau bisa hal-hal yang bakalan jadi bekal untuk hidup anak itu dia belajarnya dari kita, agar itu tetap menjadi pahala yang mengalir untuk kita," kata Habib Jafar.
Habib Jafar juga mengingatkan bahwa anak merupakan titipan dari Yang Maha Kuasa.
Maka dari itu, Habib Jafar meminta Raffi agar tidak overthinking apabila ia dipanggil lebih dulu ke pangkuan Tuhan.
Menurut Habib Jafar, cukup beri bekal pendidikan dunia dan akhirat kepada anak-anak, itu bisa menjaga mereka.
Selain itu, dalam kesempatan tersebut, Raffi Ahmad juga mengingat kematian ayahnya.
Dia mengaku takut bila harus menghadapi kematian di usia yang maish tergolong muda seperti ayahnya.
"Papa saya kan meninggal umur 46 mau ke 47 jib, saya suka takut bib, saya nih meninggal di usia berapa ya? kurang dari situ atau bisa lebih panjang?" cemas Raffi Ahmad.
Mengingat kematian membuatnya takut tak bisa menemani anak-anaknya hingga dewasa.
Raffi Ahmad berharap dia bisa memomong seorang cucu.
Bisa nggak ya saya nemenin anak saya sampai mereka nikah, sampai saya bisa punya cucu. Itu sih ketakutan-ketakutan saya sekarang," ujar Raffi Ahmad.
Cara Mengatasi Kesedihan Setelah Kematian Orang Terdekat
Kematian orang terdekat, baik itu anggota keluarga, sahabat, maupun sosok yang dihormati, seringkali meninggalkan kesedihan yang mendalam.
Rasa sedih ditinggal orang tercinta adalah perasaan yang normal. Tingkat kesedihan yang dialami setiap orang bisa berbeda-beda. Sebagian orang merasakan kesedihan yang lebih lama, bahkan bisa memiliki gejala mirip depresi.
Bagi orang yang sudah mengalami depresi, situasi ini bisa membuat kondisi mereka semakin buruk.
Dilansir dari Healthline, beberapa gejala yang dimaksud antara lain:
- Kesulitan memikirkan hal lain selain kematian orang tercinta.
- Merasakan kerinduan yang sangat mendalam terhadap orang yang dicintai setelah mereka meninggal.
- Sulit menerima bahwa orang yang dicintai sudah tiada.
- Merasakan kepahitan berkepanjangan karena kehilangan.
- Merasa hidup tidak memiliki arti.
- Sulit mempercayai orang lain.
- Kesulitan mengingat memori-memori positif tentang orang tercinta, dan
- Merasakan kesedihan yang semakin memburuk.
Memulihkan diri
Ketika rasa sedih hadir, hal pertama yang perlu dilakukan adalah menerima kejadian tersebut.
Ketika menghadapi tanggal-tanggal penting yang berkaitan dengan orang tercinta yang sudah meninggal, seperti hari ulang tahun atau hari ulang tahun pernikahan, kamu tak perlu berpura-pura lupa atau tidak tahu.
Rayakanlah hari itu sebagai sebuah memori atau habiskan waktumu dengan orang-orang tercinta yang bisa membuatmu lebih baik.
Berikutnya, tak masalah untuk memikirkan dirimu dan melakukan tahap pemulihan.
Pemulihan adalah cara penting agar kita merasa lebih baik secara mental dan fisik.
Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk memulihkan diri dari kesedihan antara lain:
1. Berolahraga teratur, seperti berjalan-jalan, naik sepeda, mengikuti kelas olahraga, dan lainnya. Jika ragu memilih jenis olahraga yang akan dilakukan, konsultasikanlah terlebih dahulu dengan dokter.
2. Tidur setidaknya 7 hingga 8 jam setiap malam.
3. Mempelajari keterampilan baru, seperti mengikuti kelas memasak, bergabung dengan klub buku, mengikuti seminar di perguruan tinggi setempat, dan lainnya.
4. Menelepon teman atau orang yang dicintai untuk menanyakan kabar hingga menawarkan bantuan.
5. Bergabung dengan kelompok khusus yang juga mengalami kehilangan orang yang dicintai.
Jika kamu merasa membutuhkan bantuan, cobalah pergi ke dokter untuk mendapatkan solusi. Kapan sebaiknya perlu berdiskusi dengan dokter? Setidaknya, ada beberapa gejala yang bisa kamu lihat:
- Kesulitan menjalani aktivitas sehari-hari.
- Merasa bersalah atau menyalahkan diri sendiri atas kematian orang tercinta.
- Merasa tidak punya tujuan hidup.
- Kehilangan semangat untuk bergabung dalam aktivitas sosial.
- Berharap diri sendiri juga mati, dan
- Merasa hidup sudah tidak berharga jika tidak ada orang tercinta.
Ingatlah bahwa kehilangan orang tercinta, bukan berarti membuat hidupmu juga berakhir, namun memang hal tersebut akan membawa sebuah perbedaan dalam hidup.
Carilah bantuan dan dukungan agar kamu merasa lebih baik. Seiring berjalannya waktu, yakinlah bahwa kamu bisa menemukan cara pemulihan yang akan membantumu bergerak maju, sambil merayakan memori lama yang indah bersama orang yang kamu cintai tersebut.
(Banjarmasinpost.co.id/Tribun Trends)
Indra Adhitya Ngotot Mau Penjarakan Chikita Meidy, Aib Rumah Tangga Makin Nampak: Aku Dapat Ancaman |
![]() |
---|
Dulu Dihujat, Marshella Aprilia Mantan Pratama Arhan Disorot Lagi Usai Perceraian Azizah Salsha |
![]() |
---|
Kabur Saat Dengar Pertanyaan Soal Nino Fernandez, Steffi Zamora Pilih Tutup Mulut Soal Asmara |
![]() |
---|
Kini Cerai, Momen Mesra Terakhir Pratama Arhan dan Azizah Salsha di Ruang Publik Tuai Sorotan |
![]() |
---|
Nasib Malang Lily Sebelum Diadopsi Raffi Ahmad dan Nagita, Ayah Cipung: Gak Ada yang Terima |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.