Selebrita

Fenomena Pengobatan Ida Dayak: Ini Sikap Dewan Adat Dayak, Ulama dan Budayawan di Kalsel

Fenomena pengobatan Ida Dayak kini sedang jadi perhatian di Kalimantan Selatan. Ini sikap Dewan Adat Dayak Balangan, Habib Fathurrahmah Bahasyim

Penulis: Dony Usman | Editor: Murhan
Ig/@idadayak7
Ida Dayak yang kini jadi fenomena dalam pengobatan alternatif. Simak sikap Dewan Adat Dayak Balangan, Habib Fathurrahman Bahasyim hingga Budayawan Kalsel. 

Kendati demikian, Habib Fathur meminta agar warga khususnya umat muslim untuk tidak salah kaprah.

Jangan sampai ada pemikiran bahwa Ida Dayak punya kesaktian bisa memulihkan patah tulang.

"Tidak ada orang yang mempunya kelebihan, kecuali atas dasar izin dari Allah. Jangan ada persepsi kesembuhan karena Ida Dayak, hati-hati mengarah kesyirikan," ujar buyut Habib Basirih ini.

Di sisi lain, Habib Fathur menegaskan bahwa penggunaan minyak bintang tak diperbolehkan dalam ajaran Islam.

Tetapi pada kasus Ida Dayak, Habib Fathur meyakini minyak bintang yang digunakan Ida Dayak untuk menyembuhkan pasien itu berbeda.

"Mungkin namanya saja minyak bintang, karena rasanya tidak mungkin ibu Ida yang merupakan seorang muslim menggunakan minyak bintang sebenarnya," tuturnya.

"Lagi pula setahu saya pengobatan menggunakan minyak bintang yang asli itu dengan cara diminum, bukan dioleskan," tambahnya.

Budayawan: Tidak Boleh Digunakan Sembarangan

Budayawan Kalsel, Abdurrahman, mengatakan, jika itu merupakan budaya yang ada di Indonesia.

Namun sampai saat ini tidak mengetahui pasti kandungan apa yang ada di minyak bintang.

Minyak bintang ini berasal dari tulang hewan, kemudian dibuat sedemikan rupa saat malam hari. Semakin banyak bintang, maka minyaknya jadi.

"Penggunanya memang orang Banjar. Tapi memang suku Dayak yang mengetahui komposisi dan bahan pembuatannya," kata Abdurrahman.

Berdasarkan kepercayaan, sambung dia, minyak bintang ini tidak boleh ditelan. Karena dipercaya akan menjadi darah daging dan akan membawa dampak buruk bagi diri. Sehingga kebanyakan penggunaannya hanya mengoles saja.

"Kalau ditelan ya harus dibuang. Ada metode untuk membuangnya, yakni harus ke orang alim yang paham terkait hal itu," katanya.

Terkait minyak bintang, ia menjadi saksi ketika kerabatnya mengalami kecelakaan.

"Tapi memang berdasarkan kepercayaan minyak bintang ini tidak boleh digunakan sembarangan," katanya.

(Banjarmasinpost.co.id/Dony Usman/Syaiful Riki/Idda Royani)

 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved