Liga Champions

Sebab AC Milan, Inter dan Napoli Bisa Jadi Tim Underdog Liga Champion, Sejarah Mourinho Membuktikan

Tinggal tiga pertandingan lagi, tapi hanya satu dari Inter, AC Milan atau Napoli yang bisa bertahan hingga final Liga Champions

Penulis: Aprianto | Editor: Rahmadhani
Marco BERTORELLO / AFP
Penyerang AC Milan Prancis Olivier Giroud (Tengah) dan bek Napoli Kosovo Amir Rrahmani melakukan sundulan selama pertandingan sepak bola leg pertama perempat final Liga Champions UEFA antara AC Milan dan SSC Napoli pada 12 April 2023 di stadion San Siro di Milan. 

BANJARMASINPOST.CO.ID - AC Milan, Inter dan Napoli, hanya satu di antara tiga tim Liga Italia yang akan berpeluang melaju ke Final Liga Champion 2022-2023.

Bagi tiga tim Italia itu, final Liga Champions tampaknya sudah sangat dekat. Tinggal tiga pertandingan lagi, tapi hanya satu dari Inter, Milan atau Napoli yang bisa bertahan hingga pertandingan terakhir kompetisi.

Dengan ketiganya di sisi undian yang sama, hanya satu yang bisa lolos ke final, tapi dengan itu, ada 75 persen peluang tim Italia bermain untuk gelar Liga Champions.

Dilansir dari Football Italia, Sabtu, (15/4/2023), Jika Inter memanfaatkan keunggulan dua gol mereka atas Benfica, peluang itu akan menjadi jaminan.

Namun, dengan favorit Manchester City dan Real Madrid serta pemenang baru-baru ini Bayern Munich dan Chelsea masih dalam campuran, beberapa orang percaya bahwa tim Italia akan digolongkan sebagai underdog di final.

Baca juga: Link dan Cara Nonton Live Streaming Bologna vs AC Milan via TV Online Bein 1 Hari ini Jam 20.00 WIB

Baca juga: Kata Inzaghi soal Penampilan Apik Inter Milan di Liga Champions, Singgung Jadwal Padat Lukaku cs

Namun tim underdog tidak bisa dianggap remeh dengan sejarah membuktikan bahwa keberhasil dan kejutan dari tim underdog di final Liga Champion.

Dengan mengingat hal itu, berikut adalah sekilas underdog sebelumnya yang berusaha keras untuk memenangkan trofi paling bergengsi di sepak bola Eropa.

* Porto 3-0 Monako, 2004

Perkenalan Jose Mourinho ke penonton sepak bola yang lebih luas muncul setelah dia memimpin Porto hingga final Liga Champions pada 2004.

Dalam perjalanan mereka ke Gelsenkirchen, tim Portugal asuhan Mourinho hanya kebobolan dua kali dalam lima pertandingan terakhir mereka di kompetisi.

Tim ini menyingkirkan PSV, Real Madrid dan Chelsea asuhan Claudio Ranieri dalam prosesnya.

Di final, Porto bertemu dengan Monaco asuhan Didier Deschamps yang tidak dapat mematahkan pertahanan tangguh Mourinho dan dipatok ke belakang tiga gol berkat Carlos Alberto, Deco dan Dmitri Alenichev.

Mourinho pindah ke Chelsea, baru-baru ini diakuisisi oleh Roman Abramovic, tak lama kemudian dan memulai perjalanannya di Liga Inggris.

Mourinho pertama kali memimpin Chelsea pada 2004 setelah membawa Porto menjuarai Liga Champions.

Ia membawa The Blues meraih dua gelar Premier League, dua Piala FA, dan dua trofi Piala Liga.

Tapi dia meninggalkan Stamford Bridge pada September 2007 menyusul serangkaian ketidaksepakatan dengan mantan pemilik Roman Abramovich.

The Special One kembali enam tahun kemudian setelah meninggalkan Real Madrid dan membawa The Blues meraih gelar ganda liga dan piala di musim 2014-15.

Tapi hubungan cinta keduanya dengan klub berakhir dengan pemecatan pada September 2015 saat ia dipecat menyusul sembilan kekalahan mengerikan dalam 15 pertandingan liga.

Dia menikmati kegembiraan Liga Europa dan Piala Carabao di Manchester United setelah itu, sebelum tugas dua tahun di Tottenham berakhir pada 2021

* Borussia Dortmund 3-1 Juventus , 1997

Dortmund diberikan pertandingan perempat final yang dianggap relatif mudah melawan Auxerre pada tahun 1997.

Meskipun Borussen kemudian mengejutkan seluruh Eropa dengan mengalahkan Manchester United di Old Trafford di semifinal.

Tim Jerman relatif dekat dengan tuan rumah untuk final, yang dimainkan di Olympiastadion yang sudah tidak digunakan lagi di Munich melawan Juventus asuhan Marcelo Lippi.

Mantan striker Lazio Karl-Heinz Riedle mencetak dua gol di babak pertama di final sebelum Alessandro Del Piero yang berusia 23 tahun membalaskan satu gol untuk Bianconeri.

Lars Ricken, pemain satu klub bersama Dortmund memulihkan keunggulan dua gol enam menit kemudian dan memastikan Jerman memiliki margin yang nyaman untuk melihat sisa pertandingan berakhir.

* Chelsea 1-1 Bayern Munich (4-3 adu penalti), 2012

Semua peluang ditumpuk melawan Chelsea saat bertemu Bayern Munich di final Liga Champions edisi 2012.

Roberto Di Matteo bertanggung jawab, hanya untuk sementara setelah mengambil pekerjaan dari Andre Villas-Boas pada bulan Maret tahun itu, sementara Bayern telah memenangkan gelar bahkan sebelum pertandingan dimulai di mata beberapa orang.

Pertandingan tersebut dimainkan di Allianz Arena di Munich dan Bayern bahkan memenangkan lemparan koin yang menentukan siapa yang akan menggunakan ruang ganti tim tuan rumah pada malam itu.

Penampilan pahlawan dari Didier Drogba dan sundulan keras yang tak terlupakan untuk menyamakan kedudukan Chelsea setelah tertinggal di babak kedua membawa The Blues menuju gelar Liga Champions pertama mereka.

(Banjarmasinpost.co.id/Rian)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved