Berita Viral
Viral Sepasang ABG di Bengkulu Jadi Tontonan Penumpang Kereta Api, Cuek Adegan Mesra di Depan Umum
Aksi tak layak ditiru ditunjukan sepasang ABG di Bengkulu hingga jadi tontonan penumpang kereta api. Momen adegan mesra itu Viral di TikTok.
Penulis: Danti Ayu Sekarini | Editor: Murhan
BANJARMASINPOST.CO.ID - Aksi tak layak ditiru ditunjukan sepasang ABG di Bengkulu hingga jadi tontonan penumpang kereta api.
Pasalnya meski tengah berada di tempat umum, kedua remaja yang diperkirakan baru berusia di bawah 15 tahun tersebut cuek memamerkan kemesraan mereka.
Aksi sepasang muda mudi ini pun Viral di TikTok usai diunggah oleh akun @gustii.ayu, Senin (19/6/2023).
Dalam unggahannya wanita tersebut menunjukan tingkah sekelompok remaja yang duduk di hadapannya.
Namun dari beberapa remaja tersebut, terlihat dua orang ABG yang diduga adalah sepasang kekasih sedang bermesraan.
Keduanya tak segan saling berpelukan meski tengah disaksikan oleh para penumpang lainnya.
Remaja perempuan yang tampak mengenakan pakaian hitam itu pun tak segan memeluk tubuh sang kekasih yang duduk di sebelahnya.
Baca juga: Nasib Jemaah Haji Pengantin Baru, Minta Kamar Barokah dan Rela Bayar Sewa Mahal
Sesekali ia bahkan tanpa ragu menciumi pipi sang kekasih sambil merebahkan diri di pundaknya.
Sementara itu remaja laki-laki yang mengenakan kemeja merah terlihat membalas pelukan sang kekasih dengan merangkul bagian pundak.
"Eeee yoloh yoloh yolohh tolongggggg," tulis akun tersebut.
Aksi sepasang ABG ini pun langsung mencuri perhatian penumpang lainnya yang turut berada di dalam satu gerbong bersama mereka.
"PanggilSajaBeb.22 : gue pacaran waktu smp ketemu di jalan aja gue lari ngibrit, klo pas diajak ngobrol panas dingin,"
"Sri Wahyuni : waktu kecil liat orang gede pacaran ,sekarang udah gede liat anak kecil pacaran,"
"ur'mineeeeee : parah banget ini mh,"
"Dahlia Padmasana : dunia milik kita berdua yang lain ngontrak,"
"Aquarius : Kasihan emaknya masih muda entar gendong cucu,"
Faktor Pernikahan Dini di Indonesia
Pernikahan dini masih marak di Indonesia meski risiko yang ditanggung tidaklah main-main.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020 jumlah pernikahan dini atau pernikahan anak pada tahun 2019 sebanyak 10,82 persen.
Kemudian pada tahun 2020 menurun walaupun tidak signifikan yaitu 10,18 persen.
Pernikahan anak banyak terjadi di wilayah pedesaan dibandingkan perkotaan.
Pada tahun 2020, sebanyak 15,24 persen pernikahan anak terjadi di wilayah perdesaan dan 6,82 persen di perkotaan.
Saat pandemi, Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama juga mencatat ada lebih dari 34 ribu dispensasi pernikahan sepanjang Januari-Juni 2020.
Dari jumlah yang disebutkan sebelumnya, angka anak di bawah umur yang mengajukan kompensasi lebih dari 60 persen, sebagian besar adalah wanita.
Jika hal tersebut terus terjadi, ada banyak hal yang berdampak. Mulai dari sistem reproduksi yang belum siap sampai dengan risiko tingkat sosial atau ekonomi rendah.
Ada banyak faktor yang menyebabkan perempuan Indonesia terpaksa memilih untuk menjalani pernikahan dini seperti diulas oleh Wahana Visi Indonesia:
Kesulitan Ekonomi
Faktor pertama yang menyebabkan pernikahan dini adalah ekonomi.
Tidak bisa dipungkiri, sampai saat ini masih banyak masyarakat Indonesia yang hidup di bawah garis kemiskinan dan memiliki banyak anak.
Guna mengurangi beban, tidak jarang para orangtua memutuskan untuk menikahkan anaknya.
Tidak hanya itu saja alasannya, masih banyak orangtua yang menikahkan anaknya di usia dini dengan menjodohkannya dengan pria kaya, bahkan rentang usianya jauh berbeda.
Tidak hanya itu saja alasannya, masih banyak orangtua yang menikahkan anaknya di usia dini dengan menjodohkannya dengan pria kaya, bahkan rentang usianya jauh berbeda.
Alasannya untuk meningkatkan perekonomian keluarga. Hal ini masih banyak terjadi di berbagai wilayah Tanah Air.
Pola Asuh Keluarga
Hal selanjutnya yang menjadi penyebab banyaknya pernikahan dini di Indonesia adalah pola asuh keluarga.
Misalnya saja seorang anak hasil korban perceraian yang kurang mendapatkan kasih sayang dari orangtua.
Tidak jarang, anak-anak korban perceraian mencari kenyamanan dari luar rumah. Bisa ke teman, orang dewasa yang baru dikenal bahkan juga pacar.
Dengan alasan nyaman di luar rumah, tidak jarang anak memutuskan untuk segera menikah supaya cepat keluar dari lingkungan yang dianggapnya toxic.
Tidak hanya korban perceraian saja, anak yatim piatu yang tidak mendapatkan pengasuhan yang layak juga bisa menjadi korban pernikahan dini.
Rendahnya Pengetahuan Reproduksi
Dengan pergaulan yang semakin luas, anak-anak harus dibekali dengan banyak pengetahuan. Termasuk juga dengan pengetahuan atau pendidikan sex dan reproduksi.
Dilansir dari Kompas.com, didapatkan informan yang menikah di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Sulawesi Tengah menikah mayoritas dikarenakan rendahnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi.
Selain itu gaya pacaran yang kurang sehat juga menyumbang angka pernikahan dini yang tinggi.
Saat remaja atau anak di bawah umur terlanjur hamil, kebanyakan orangtua akan menikahkan anaknya.
Hal tersebut untuk menyelamatkan harga diri keluarga, terutama pihak perempuan.
Faktor Lingkungan Sosial
Lingkungan juga bisa dibilang sedikit banyak memberikan pengaruh terhadap pernikahan dini.
Lingkungan yang dimaksud di sini tidak hanya keluarga saja namun juga orang-orang sekitar yang tinggal berdekatan.
Pernikahan dini bisa terjadi karena mengikuti jejak teman, adanya desakan dari masyarakat sekitar, sampai dengan tekanan dari orangtua yang ingin segera menggendong cucu.
Seringkali dengan berbagai tekanan yang menghimpit, membuat anak-anak ingin lari saja dari segalanya. Tidak jarang menganggap menikah adalah jalan keluar yang paling mudah.
Padahal, pernikahan merupakan hubungan yang sangat kompleks dan terjadi dalam kurun waktu yang lama.
Adat dan Budaya
Tidak bisa dipungkiri sampai saat ini adat dan budaya yang telah diturunkan secara turun temurun seakan menjadi ‘tugas’ untuk generasi penerus.
Dalam hal menikah dini, ada beberapa wilayah di Tanah Air yang sampai saat ini masih melakukannya.
Misalnya saja wilayah Indramayu, banyak gadis berusia 13-15 tahun yang sudah menikah, sibuk dengan urusan rumah tangga.
Tidak hanya itu saja bahkan ada yang lebih extreme lagi di Sulawesi Selatan. Tepatnya di daerah bernama Kodingareng, lokasinya bahkan tidak jauh dari kota Makassar.
Tolok ukur pernikahan di tempat ini adalah jika wanita sudah mengalami menstruasi pertamanya, orangtua akan sibuk mencari pasangan untuk anaknya.
Padahal seperti yang diketahui, waktu menstruasi pertama bisa sangat bervariasi. Mulai dari usia 10 sampai dengan 17 tahun.
Jika menstruasi di usia 10 tahun, tentunya organ-organ reproduksi anak masih belum siap. Bisa menyebabkan berbagai penyakit berbahaya nantinya. Tidak hanya penyakit fisik, namun juga mental.
Selain dua daerah yang telah disebutkan itu, masih banyak wilayah lainnya di Indonesia dengan adat menikahkan anak usia belia. Faktor penyebabnya beragam.
Tidak hanya itu saja bahkan ada yang lebih extreme lagi di Sulawesi Selatan. Tepatnya di daerah bernama Kodingareng, lokasinya bahkan tidak jauh dari kota Makassar.
Tolok ukur pernikahan di tempat ini adalah jika wanita sudah mengalami menstruasi pertamanya, orangtua akan sibuk mencari pasangan untuk anaknya.
Padahal seperti yang diketahui, waktu menstruasi pertama bisa sangat bervariasi. Mulai dari usia 10 sampai dengan 17 tahun.
Jika menstruasi di usia 10 tahun, tentunya organ-organ reproduksi anak masih belum siap. Bisa menyebabkan berbagai penyakit berbahaya nantinya. Tidak hanya penyakit fisik, namun juga mental.
(Banjarmasinpost.co.id/Danti Ayu)
Pedagang Sayur Kibarkan Bendera One Piece di Mobilnya, Berujung Ditampar Pria yang Ngaku Aparat |
![]() |
---|
Viral Sosok Pedagang di Pasar Terapung Mirip Ustadz Abdul Somad, Penuh Doa Banjir Rezeki |
![]() |
---|
Viral Siswa SMP Tewas Wajahnya Tertutup Plastik Serupa Kasus Arya Daru, Polisi Ungkap Gelagat Aneh |
![]() |
---|
Ustadz Dasad Latif Syok Rekening Diblokir, Pembangunan Masjid Terganggu: Katanya Disuruh Nabung |
![]() |
---|
Disorot karena Naikkan Pajak 250 Persen, Muncul Video Bupati Pati Nyawer Biduan: Pegang Uang Segepok |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.