Penusukan di SMAN 7 Banjarmasin

Tanggapan Psikolog Melinda Bahri Terkait Kasus Penusukan Pelajar di Ruang Kelas SMAN 7 Banjarmasin

Psikolog Melinda Bahri, mengatakan, korban dari perundungan atau bullying berpotensi menyalurkan emosinya ke dalam bentuk kekerasan maupun agresi.

Penulis: Eka Pertiwi | Editor: Alpri Widianjono
ISTIMEWA
Psikolog di Kalimantan Selatan, Melinda Bahri. 

BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Penusukan dilakukan siswa kepada rekan satu sekolahnya terjadi di ruang kelas SMAN 7 Banjarmasin, Kalimantan Selatan (Kalsel), Senin (31/7/2023) sekitar pukul 07.15 Wita.

Dugaan sementara, penganiayaan tersebut berlatar belakang karena pelaku sering dibully.

Mengenai kejadian itu, psikolog di Kalsel, Melinda Bahri, mengatakan, korban dari perundungan atau bullying berpotensi menyalurkan emosinya ke dalam bentuk kekerasan maupun agresi. 

Baca juga: Penusukan Pelajar di SMAN 7 Banjarmasin, Korban Menjalani Operasi di RSUD Ulin Kalsel

Baca juga: Penusukan Siswa SMAN 7 Banjarmasin, Dosen ULM: Fenomena Bullying Harus Jadi Perhatian

Emosi kekesalan, marah, dan frustrasi akan membuat mereka merespon tekanan dengan melakukan kekerasan dan agresi baik bagi diri sendiri maupun orang lain. 

Hal ini terjadi karena anak kurang terampil dalam mengekspresikan emosi dengan tepat, takut mendapatkan hukuman serta penolakan dari lingkungan. 

Bentuk lain dari dampak perundungan adalah rasa khawatir berlebihan, ragu-ragu, tidak percaya diri, kesedihan yang mendalam (depresi, red) sampai kehilangan minat pada setiap aktivitas yang sebelumnya disukai. 

Baca juga: Viral Siswa SMAN 7 Banjarmasin Tusuk Teman Sekelas, Ini Bahaya Bullying di Sekolah Menurut Dosen UNY

Baca juga: Penusukan Pelajar di SMAN 7 Banjarmasin, Disdikbud Kalsel Turun Tangan

Konsep diri anak juga dapat berubah menjadi rendah diri dan tidak berharga, tidak merencanakan masa depan karena penilaian pada diri yang tidak sempurna. 

Selain itu, perilaku penusukan atau perilaku agresifitas yang dilakukan si anaknya ini faktor penyebabnya harus dilakukan assessment apa yang menyebabkan sampai si anak. 

Makanya, perlu juga dikonsulkan psikolog apa yang membuat respon perilaku si anak terhadap temannya ini sampai melakukan kekerasan. 

Baca juga: Kronologi Pelajar SMAN 7 Banjarmasin Tusuk Teman Satu Kelas, Polisi Beberkan Fakta Ini

Baca juga: BREAKING NEWS : Kesal Sering Dibully, Pelajar SMAN 7 Banjarmasin Tusuk Siswa Lain  

"Memang harus tes. Ada alat tes psikologi mendeteksi emosi," kata Melinda Bahri.

Ia menyebut reaksi terhadap kejadian bullying bermacam-macam.

Respon bullying dari korban bullying itu ada yang pasif ada yang bertindak dengan agresif.

Baca juga: Diiming-Imingi Pekerjaan, Seorang Perempuan Dinodai Oknum Tenaga Honorer di UPT Disdik Banjarmasin

Baca juga: Setubuhi Gadis 13 Tahun, Remaja di Tanbu Ini Cekoki Korban dengan Tuak Bercampur Alkohol

Baca juga: Kecelakaan Maut di Jalan Menikung di Kintap Tala, Pengendara Motor Ini Tewas Tabrak Minibus

"Ada juga yang dia bisa menyampaikan ketidaknyamannya dengan cara yang tepat. Misalnya dia mengaku aku gak suka kamu gituin. Gak suka diejek. Sedangkan yang bertindak agresif dia bisa memukul temannya dengan fisik. Bisa dengan cara yang keras lagi atau bisa jadi dengan cara kekerasan. Jadi ada beberapa respon terhadap perilaku korban bullying. Apalagi ini terjadi misalnya dalam jangka waktu yang lama dan dia mengalami hambatan untuk bisa mengekspresikan atau tidak sukanya," urai Melinda Bahri.

(Banjarmasinpost.co.id/Eka Pertiwi)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved