Berita Tanahlaut

Angin Kencang Mendera, Sebagian Nelayan di Tanahlaut Tetap Nekat Melaut Demi Hal Ini

Kondisi perairan di laut lepas kurang bersahabat bagi nelayan nelayan di Kabupaten Tanahlaut (Tala).  Embusan angin cukup kencang sehingga menyulitkan

Penulis: BL Roynalendra N | Editor: Edi Nugroho
banjarmasinpost.co.id/idda royani
NELAYAN Desa Kualatambangan Tanahlaut sejak pertengahan Juli lalu banyak yang libur melaut menyusul kencangnya angin. 

BANJARMASINPOST.CO.ID, PELAIHARI - Sejak sekitar tiga pekan lalu, kondisi perairan di laut lepas kurang bersahabat bagi nelayan. Embusan angin cukup kencang sehingga menyulitkan mereka beraktivitas.

Penuturan sejumlah nelayan di Kabupaten Tanahlaut (Tala), Kalimantan Selatan (Kalsel), Minggu (6/8/2023), kondisi tersebut berlangsung sejak pertengahan Juli 2023 lalu dan masih bertahan hingga sekarang.

Diperkirakan akhir bulan ini baru berakhir. Karena itu saat ini banyak nelayan yang memilih istirahat melaut. Lantaran peluang merugi cukup besar dikarenakan hasil tangkapan tak sebanding dengan ongkos melaut.

"Memang tiap musim tunggara seperti saat ini, angin di lautan kencang. Tangkapan sedikit karena mencari ikan jadi susah," ucap Thalib, nelayan Desa Kualatambangan, Kecamatan Taksiung.

Baca juga: Semarakkan Agustusan, Warga Kota Pelaihari Ini Langsung Iuran untuk Gelar Beragam Lomba

Baca juga: Berkunjung ke Kota Banjarbaru, Menparekraf Sandiaga Uno Sebut Wali Kota Aditya Luar Biasa

Saat ini dirinya pun juga memilih melaut. Selama istirahat melaut untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari mengandalkan tabungan yang ada. Ada juga yang ngebon di warung untuk keperluan sembako.

"Pada musim tunggara memang musim sakit penghasilan bagi nelayan. Kalau yang ada sumber penghasilan lain masih mendingan seperti yang punya sawah atau kebun. Kalau yang tak punya, memang kasihan pada kondisi seperti sekarang ini," sebutnya.

Dirinya memiliki sumber penghasilan lain yakni dari kebun kelapa sawit seluas dua hektare. Dalam sebulan masih dapat hasil bersih sekitar Rp 3 juta.

Tangkapan ikan yang ada saat ini, paparnya, jenis ikan gembung, cumi, dan ikan tuyul. Harga cumi lumayan bagus yakni sekitar Rp 43 ribu per kilogram, namun tangkapan sedikit karena gelombang cukup besar dengan ketinggian sekitar satu meter.

Beberapa nelayan di kampungnya saat ini juga tetap ada yang nekat melaut demi memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Ongkos melaut untuk dua orang sekitar Rp 1 juta.

"Itu belum dipotong ongkos melaut sekitar Rp 700-800 ribu, belum rokoknya. Sisanya paling Rp 200-300 ribu, jadi paling per orang cuma dapat bagian Rp 50 ribu," sebut Thalib.

Baca juga: Konser Pantai Tertunda, Komunitas Vespa Tetap Kumpul di Takisung Kabupaten Tanah Laut

Warga RT 24 ini menuturkan musim teduh atau baik untuk melaut sekitar bulan Februari hingga Juni. Juli hingga akhir Agustus angin kencang (musim tunggara).

Lalu pada September dan Oktober kembali teduh dan bagus untuk melaut. Berikutnya bulan November hingga Januari angin kencang lagi atau musim barat.

(banjarmasinpost.co.id/idda royani)

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved