Religi

Hukum Membangun Rumah di Bulan Maulid Disampaikan Buya Yahya Tegaskan tak Ada Bulan Sial

Pendakwah Buya Yahya menjelaskan hukum membangun rumah di bulan Rabiul Awal atau Maulid Nabi.

Penulis: Mariana | Editor: Edi Nugroho
kanal youtube Al-Bahjah TV
Pendakwah Buya Yahya menjelaskan hukum membangun rumah di bulan Rabiul Awal atau Maulid Nabi. 

BANJARMASINPOST.CO.ID - Pendakwah Buya Yahya menjelaskan hukum membangun rumah di bulan Rabiul Awal atau Maulid Nabi.

Diingatkan Buya Yahya, umat muslim sebaiknya menghindari mitos-mitos yang tak terbukti kebenarannya.

Buya Yahya mengatakan membangun rumah dapat dilakukan kapan saja, dalam Islam tak mengenal bulan sial.

Diketahui saat ini telah memasuki bulan Rabiul Awal 1445 Hijriyah, bulan ketiga sistem penanggalan Islam disebut juga bulan Maulid Nabi.

Baca juga: Viral Pekejaan Asli Erwin Siahaan Ojol di Medan yang Naik Pesawat Antar Pesanan, Pramugari Bingung

Baca juga: Harga Emas Perhiasan 999 di Banjarmasin Selasa 26 September 2023, Stagnan Rp 927.500 Per Gram

Buya Yahya menyampaikan ada sebagian orang yang menyebarkan mitos jika di bulan Maulid Nabi atau Rabiul Awal akan menyebabkan hal-hal yang tidak diinginkan.

"Beredar larangan di bulan Maulid Nabi, misalnya membangun rumah, memulai usaha di bulan Rabiul Awal bisa bangkrut atau celaka, yang percaya bangkrut dan yang tidak percaya untung," jelas Buya Yahya dikutip Banjarmasinpost.co.id dari kanal youtube Al-Bahjah TV.

Buya Yahya menegaskan bulan maulid adalah bulan pembuka, seharusnya umat Islam senantiasa hendaknya berprasangka baik kepada Allah SWT.

Percaya dan yakin kepada Allah bahwasanya di bulan Maulid Nabi Allah akan membuka sesuatu yang baik.

Ditekankannya, tidak ada bulan yang bikin sial dan merugikan, keadaan rugi adalah ketika seseorang melakukan maksiat.

Selain bulan Rabiul Awal, ada sejumlah bulan lainnya yang dianggap bulan sial misalnya Safar dan Zulkaidah yang dilarang untuk menikah.

Baca juga: Kunci Jawaban Matematika Kelas 11 SMA Bab 1 Semester 2 Kurikulum Merdeka Halaman 8-10, Latihan 1.1

Hal tersebut tidak benar, semua bulan dalam kalender Hijriyah baik dan bagus untuk menikah.

"Tidak ada bulan kejepit, kapit, sial, bulan beruntung semuanya, dan ingat, hadist qudsi, Allah berdasarkan bagaimana hamba-Nya menduganya," urai Buya Yahya.

Jikalau menduga bangkrut, maka akan terjadi bangkrut, kalau menduga untuk maka akan untung.

Keyakinan di suatu daerah di Indonesia yang mengatakan akan ada sesuatu terjadi misalnya jika nasi busuk atau gelas pecah, maka yang akan terjadi sesuai prasangka tersebut.

Berprasangka buruk kepada Allah hukumnya haram, sehingga sebagai hamba-Nya harus selalu berprasangka baik.

"Jadi bulan Rabiul Awal bukan bulan sial atau sengsara, melainkan bulan untung dan membawa rahmat," ucap Buya Yahya.

Di bulan Rabiul Awal sebagaimana bulan lainnya, Buya Yahya menuturkan umat muslim hendaknya memperbanyak shalawat, karena keutamaan shalawat luar biasa dan banyak sekali.

Akan tetapi Buya Yahya mengingatkan jangan beribadah untuk mendapatkan imbalan dunia. Beribadahlah maka Allah akan beri dunia.

"Tapi ini kelas iman, kelas ikhlas, ikhlas itu ada martabatnya, martabat paling tinggi beribadah tidak mengharap apa-apa, bahkan surga sekalipun," terang Buya Yahya.

Meski terbilang rendah, seseorang yang yang mengharapkan imbalan dunia dengan membaca shalawat masih diperhitungkan dan boleh atau sah dilakukan selama ikhlas.

Fadhilah dan nilai pahala bersholawat kepada Nabi SAW diriwayatkan dalam hadist shahih berikut:

مَن صلَّى عليَّ صلاةً واحدةً صلَّى اللَّهُ عليهِ عشرَ صلَواتٍ ، وحُطَّت عنهُ عشرُ خطيئاتٍ ، ورُفِعَت لَهُ عشرُ درجاتٍ

“Barang siapa di antara umatmu yang bershalawat kepadamu sekali, maka Allah menuliskan baginya sepuluh kebaikan, menghapuskan dari dirinya sepuluh keburukan, meninggikannya sebanyak sepuluh derajat, dan mengembalikan kepadanya sepuluh derajat pula'." (HR Ahmad).

"Kalau kita bershalawat sekali saja, Allah akan balas 10 kali, balasan dari yang Maha Agung tentu sangat agung," terang Buya Yahya.

Allah Maha Pengasih lagi Penyayang tak pelit dalam memberikan pahala kepada hamba-Nya yang taqwa.

Kasih sayang dan karunia Allah SWT Surat Al-Ahzab Ayat 43

هُوَ ٱلَّذِى يُصَلِّى عَلَيْكُمْ وَمَلَ ئِكَتُهُ لِيُخْرِجَكُم مِّنَ ٱلظُّلُمَ تِ إِلَى ٱلنُّورِ وَكَانَ بِٱلْمُؤْمِنِينَ رَحِيمًا

Huwallażī yu allī 'alaikum wa malā`ikatuh liyukhrijakum mina - ulumāti ilan-n r, wa kāna bil-mu`minīna ra īmā

Artinya: Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.

Amalan taqwa di antaranya shalawat dapat membuat seseorang terbebas dari masalah.

"Yang tidak bahagia menjadi bahagia, yang dirundung susah akan menjadi penuh kebahagiaan, yang hidupnya sengsara akan diganti dengan kebaikan, yang banyak hutang baca shalawat akan dibebaskan dari hutang," papar Buya Yahya.

Allah memberikan segala kebaikan baik lahir maupun bathin, karena shalawat yang dibaca.

Buya Yahya menyebut sholawat adalah segala cara mendapatkan solusi, maka jangan ragu untuk bersholawat.

Selain itu, shalawat yang dilantunkan akan melembutkan hati yang keras.

Meskipun demikian, shalawat yang diamalkan hendaknya tidak diniatkan secara khusus untuk mendapatkan imbalan dunia, namun ini kembali pada tingkatan iman seseorang.

"Misalnya shalawatan dan dzikir lama untuk dapat jodoh, hal ini masih lumayan karena mengharapnya kepada Allah SWT. Hanya ini martabat rendah namun lumayan wilayah ikhlas," kata Buya Yahya.

Persoalan lain misal, membaca shalawat dengan niat dagangan laris, sah-sah saja sebab shalawat adalah kunci kesuksesan.

Di antara shalawat yang dianjurkan yang dapat kita amalkan adalah:

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ مُحَمَّدٍ

“Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa ‘ala ali Muhammad.”

Artinya: “Ya Allah, berikanlah rahmat-Mu kepada junjungan kami Nabi Muhammad dan keluarga Nabi Muhammad.”

Dari Zaid bin Abdullah berkata bahwa sesungguhnya mereka dianjurkan mengucapkan,

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ الأُمِّيِّ

“Allahumma sholli ‘ala Muhammad an nabiyyil ummiyyi.

Artinya: "Ya Allah, berilah shalawat kepada Muhammad Nabi yang Ummi” (Fadhlu Ash Sholah ‘alan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam no. 60. Syaikh Al Albani mengomentari bahwa hadits ini shohih)

Dari Ka’ab bin ‘Ujroh, beliau mengatakan, “Wahai Rasulullah, kami sudah mengetahu bagaimana kami mengucapkan salam padamu. Lalu bagaimana kami bershalawat padamu?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ucapkanlah,

اللَّهُمَّ صّلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

“Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa ‘ala ali Muhammad kama shollaita ‘ala ali Ibrahim, innaka hamidun majid”

Artinya: "Ya Allah, berilah shalawat kepada Muhammad dan kerabatnya karena engkau memberi shalawat kepada kerabat Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia" (Fadhlu Ash Sholah ‘alan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam no. 56. Syaikh Al Albani mengomentari bahwa sanad hadits ini shohih)

(Banjarmasinpost.co.id/Mariana)

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved