Berita Tapin

Dampak Kemarau dan Karhutla di Wilayah Tapin, Produktivitas Cabai Hiyung Kini Jadi Menurun

Dampak kemarau dan maraknya Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla), kiniproduktivitas cabai Hiyung di Kabupaten Tapin menurun.

Penulis: Muhammad Tabri | Editor: Edi Nugroho
(Banjarmasinpost.co.id/MuhammadTabri)
Hj Masra, petani cabai Hiyung saat memanen di kebunnya, di Desa Hiyung, Kecamatan Tapin Tengah, Kabupaten Tapin, Sabtu (14_10_2023). 

BANJARMASINPOST.CO.ID, RANTAU - Dampak kemarau dan maraknya Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla), kiniproduktivitas cabai Hiyung di Kabupaten Tapin menurun.

Kondisi ini dialami para petani cabai dengan tingkat kepedasan 17 kali lipat di dua bulan terakhir ini, saat musim panen raya tengah berlangsung.

Disebutkan Saleh, pengepul cabai Hiyung, kisaran penurunan hasil panen masyarakat petani mencapai 25 persen.

"Ini dampak ratusan ribu bagang cabai yang turut terbakar dan kualitas cabai di musim kemarau ini kekurangan pasokan air, sehingga lebih ringan saat ditimbang," jelasnya.

Baca juga: Ibu-ibu di Desa Hiyung Tapin Kompak Jamu Warga yang Padamkan Karhutla, Ada Cemilan hingga Makanan

Baca juga: Rutin Servis di Dealer Resmi, Agus Purnomo Menang Undian Nonton MotoGP Bersama Yamaha di Mandalika

Kurang lebih tujuh tahun sebagai pengepul, Saleh cukup paham mengenai pasokan cabai hasil panen masyarakat di desanya.

Tahun lalu, normalnya per hari ia bisa membeli lalu menjual sekitar 800 kg hingga 1 ton cabai Hiyung.

Tahun ini karena kemarau sedikit menurun, per hari rata-rata hanya 500 kg.

"Tapi saat kemarau ditambah Karhutla ini paling hanya 200 hingga 300 kg per hari," ujarnya.

Adapun pasokan cabai Hiyung yang dibeli, Saleh menjualnya ke sejumlah daerah di Kalsel, seperti Kandangan, Barabai, Martapura, Banjarbaru, Banjarmasin, Tanah Bumbu, Kota Baru, sebagian hingga Palangkaraya Kalimantan Tengah.

Sementara itu, dituturkan Hj Masra, petani cabai Hiyung, kondisi kekeringan memang membuat kualitas cabai tidak maksimal atau kepeng tak berair.

Akibatnya, berat buah cabai yang dipanen juga mengalami pengusutan saat dijual.

"Tapi ya tetap dipanen, karena harga masih lumayan bagus, 65 ribu per kilo di pengepul," ucapnya saat ditemui di kebun.

Baca juga: Kunci Jawaban Mapel Prakarya Kelas 9 SMP Semester 1, Soal Pilihan Ganda Kurikulum Merdeka

Dari sekitar 1000 pohon lebih yang ia tanam saat ini, Masra mampu menghasilkan sekitar 10 hingga 15 kg dalam sekali panen di tiap pekannya.

Dari penuturannya, jika kondisi cuaca stabil dan harga tinggi yang mencapai 125 ribu rupiah per kilo, banyak masyarakat petani yang meraup keuntungan.

"Beberapa tahun lalu seperti itu, beberapa orang petani malahan bisa berangkat umrah hanya dengan hasil berkebun cabai ini," pungkasnya.

(Banjarmasinpost.co.id/MuhammadTabri)

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved