Liga Italia

Marcus Thuram dan Inter Milan Mengejek Lukaku Usai Kalahkan Roma, Beda Gaya De Rossi dan Mourinho

Marcus Thuram dan Inter Milan Mengejek Romelu Lukaku Usai Kalah AS Roma di Liga Italia, Beda Gaya De Rossi dan Jose Mourinho

Editor: Aprianto
X Inter
Marcus Thuram dan Inter Milan Mengejek Romelu Lukaku Usai Menang atas Roma, Beda Gaya De Rossi dan Jose Mourinho 

BANJARMASINPOST.CO.ID - Marcus Thuram membuat fans Inter bersemangat setelah kemenangan 4-2 atas Roma dengan komentar di Instagram yang mengecam Romelu Lukaku.

Pemain Perancis itu mencetak satu gol dan memaksakan gol bunuh diri Angelino dalam kemenangan comeback di Stadio Olimpico.

Terdapat peluang untuk menjadikan skor menjadi 3-3 ketika Lukaku berhasil melakukan serangan balik.

Namun upaya satu lawan satu digagalkan oleh Yann Sommer ketika ia mencoba menggiring bola melewati kiper.

Gambar Sommer yang menyentuh bola dari kaki Lukaku digunakan oleh akun Instagram resmi Inter dengan judul: “TIDAK DI RUMAH SAYA.”

Baca juga: Juventus Incar Transfer 2 Bek Baru Pelapis Tiago Djalo, Ada Peluang Kean Gantikan Federico Chiesa

Baca juga: 3 Pemain Top Arsenal Melewatkan Laga West Ham, Arteta Jaga Gabriel Jesus, Jose Mourinho Ikut Bicara

Hal ini mempunyai arti ganda, pasalnya tentu saja Stadio Olimpico sama sekali bukan kandang Inter Milan.

Namun Lukaku juga sudah tak lagi menjadi bagian skuad Inter Milan setelah meninggalkan negosiasi dengan Chelsea pada musim panas lalu.

“Kamu tahu betul apa yang kamu lakukan, admin,” tulis Thuram dengan dua emoji tersenyum, dikutip Minggu (11/2/2024).

Hal ini memicu ratusan balasan dari pendukung Inter yang memuji Thuram karena memahami hinaan terhadap Lukaku dan sepenuhnya menikmatinya, terutama ketika 'Tikus' menggantikan Big Rom di samping.

* Usai keluh kesah Mourinho, De Rossi pun teruji

Di dalam dan di luar lapangan, Daniele De Rossi terasa seperti angin segar bagi Roma setelah tontonan Jose Mourinho berubah buruk, tulis Susy Campanale dikutip dari Football Italia.

Penonton Stadio Olimpico disuguhi permainan sepak bola yang fantastis pada Sabtu malam.

Saat keunggulan berganti-ganti antara dua tim yang cenderung menyerang.

Hasil tersebut diragukan sampai Alessandro Bastoni mencetak gol di penghujung pertandingan dengan gol keenam malam itu.

Sebagian besar hal itu terjadi karena satu orang, sementara Jose Mourinho adalah lubang hitam negatif.

Pusaran emosi yang menyedot kegembiraan dari olahraga di pinggir lapangan, Daniele De Rossi menunjukkan semangat Roma yang sebenarnya.

Bisakah Anda bayangkan jika Mou berada di bangku cadangan, apakah timnya akan tampil seperti itu sejak awal, menekan Inter dan memaksa pemimpin liga untuk bertahan?

Yang lebih kecil kemungkinannya adalah mengangkat dirinya sebagai Special One dengan menggunakan kata-kata yang diucapkan De Rossi sebelum dan sesudah pertandingan ini.

Di situlah letak perbedaan sebenarnya dan mengapa pemecatan Mourinho adalah keputusan terbaik yang bisa diambil oleh Friedkins.

Dalam persiapannya, De Rossi tidak fokus pada betapa hancurnya skuadnya, pada betapa kuatnya lawannya, pada tugas yang mereka hadapi yang secara praktis tidak mungkin dilakukan.

Sebaliknya, ia meyakinkan bahwa “setiap tim bisa dikalahkan” dan tidak ada alasan mengapa Roma tidak bisa membuktikan hal tersebut melawan raksasa Inter.

Sungguh melegakan mendengar kata-kata penyemangat dan positif setelah Mourinho terus-menerus mengeluh tentang kurangnya sumber daya, yang berpuncak pada permohonannya: “Saya bukan seorang pesulap. Saya bukan Harry Potter.”

Faktanya adalah bahwa Roma adalah skuad yang bagus, lebih dari mampu untuk menantang posisi empat besar saat Napoli sedang terpuruk.

Mereka memiliki akademi muda yang bagus untuk dimanfaatkan, banyak pemain internasional yang bermain di tim, dan harus didorong untuk percaya pada diri mereka sendiri daripada diperlakukan sebagai batu kilangan di belakang pelatih legendaris.

Tidak, Mourinho, tim Roma ini tidak menghalangi Anda. Anda menahan mereka.

Yang lebih menyegarkan lagi adalah mendengar De Rossi dalam konferensi pers pasca pertandingan meyakinkan bahwa dia tidak akan menganggap posisi offside Marcus Thuram akan mengganggu permainan di gawang Francesco Acerbi.

Setelah hampir tiga tahun tanpa henti mengaduh dan menyalahkan setiap keputusan wasit atau pilihan jadwal, atau cuaca, atau hal lain yang bisa disalahkan daripada kesalahannya sendiri sungguh melegakan memiliki pelatih Roma yang tidak melakukan hal tersebut, mencari alibi.

De Rossi juga sering mendapat kartu merah sebagai pemain dan sering kali kehilangan kesabaran, namun ia kini menyadari tanggung jawab atas peran barunya dan ingin memberi contoh tidak hanya untuk skuadnya, namun juga para penggemar.

Sedangkan omelan dan ocehan Mourinho yang masih ia sampaikan dalam sebuah wawancara sebelum pemecatannya.

Setelah Final Liga Europa mengakibatkan wasit Anthony Taylor dan keluarganya melemparkan kursi ke arah mereka di bandara keesokan harinya.

De Rossi menolak untuk memanfaatkan mentalitas korban yang malah dipicu oleh ocehan paranoid oleh pelatih asal Portugal itu.

Sungguh pemandangan yang luar biasa memiliki pelatih Roma yang dengan jelas dan tegas percaya pada para pemainnya, klubnya, para penggemarnya, dan masa depannya.

Mourinho selalu bertindak seolah-olah dia sedang mengalami kemerosotan di Olimpico, namun De Rossi lebih memilih tidak berada di tempat lain.

(Banjarmasinpost.co.id)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved