Wali Murid Was-was Keluarkan Uang Lagi, Kemendikbudristek Bantah Bakal Ganti Seragam

BANJARMASINPOST.CO.ID, PARINGIN - Menjelang hari pertama masuk sekolah setelah libur Idulfitri 1445 Hijriah, Selasa (16/4), Muhri warga Kota Paringin Kabupaten Balangan khawatir kembali mengeluarkan uang seragam untuk ketiga anaknya.

Hal itu karena beredar kabar Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim akan mengubah seragam peserta didik jenjang SD, SMP dan SMA pascalebaran. Saat ini satu anak Muhri duduk di bangku SMP dan dua lainnya masih SD.

Muhri pun mencari informasi di internet. Ternyata tidak ada perubahan. Hanya ada menambah baju adat yang nantinya menyesuaikan dengan kegiatan dan kebijakan dari pemerintah daerah atau pihak sekolah.

“Karena untuk Kalimantan Selatan pakaian daerah identik dengan baju sasirangan, hal itu tidak masalah. Justru membiasakan anak untuk menggunakan baju sasirangan,” ujar wali murid tersebut.

Terlebih, Muhri telah membiasakan anaknya menggunakan baju sasirangan seperti saat ke acara pernikahan. “Kain sasirangan dapat menumbuhkan kecintaan terhadap budaya,” ungkapnya, Minggu (14/4).

Belakangan Kemendikbudristek membantah kabar akan terjadi pergantian seragam sekolah. “Menanggapi pemberitaan yang beredar mengenai perubahan seragam sekolah yang berlaku setelah lebaran, kami sampaikan jika hal tersebut tidak benar,” tegas Plt Kepala Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat Anang Ristanto, Minggu.

Dia menjelaskan pihaknya masih mengacu pada Peraturan Mendikbudristek Nomor 50 Tahun 2022 tentang Pakaian Seragam Sekolah. “Tidak ada aturan yang mengharuskan siswa membeli seragam baru pada 2024,” tandasnya.

Namun dalam aturan tersebut, peserta didik dapat mengenakan baju adat pada hari atau acara adat tertentu. Tujuannya menanamkan dan menumbuhkan jiwa nasionalisme, meningkatkan citra satuan pendidikan, menumbuhkan semangat persatuan dan kesatuan di kalangan peserta didik.

Ada tiga jenis seragam sekolah dan satu pakaian adat yang digunakan siswa SD, SMP, SMA yaitu seragam nasional, seragam pramuka dan pakaian adat.

Satu orangtua murid SD di Banjarmasin, Gunawan, mengatakan penambahan atau perubahan seragam dapat menambah beban pengeluaran. Terlebih, menurut Gunawan, putrinya telah menggunakan beberapa seragam. Mulai dari seragam putih merah, seragam putih dan rok putih, seragam batik, Pramuka dan baju olahraga. “Jika ditambah seragam lagi kapan memakainya,” ujarnya.

Apalagi setiap tahun ajaran baru dia membelikan seragam baru untuk anaknya. “Anak-anak kan akan besar. Otomatis bajunya harus diganti. Kalau terlalu banyak seragam terlalu banyak juga uang yang harus dikeluarkan. Belum lagi biaya untuk alat tulis sekolah,” bebernya.

Menanggapi hal tersebut, Kepala SMPN 1 Simpang Empat Kabupaten Tanahbumbu Ika Sulistiawati mengatakan pihaknya sudah mendapatkan pemberitahuan dari dinas pendidikan. Dia menyatakan informasi penggantian seragam sekolah tidak benar.

“Informasi ini dari dinas pendidikan. Kami ikut dinas pendidikan kabupaten saja, “ katanya, Senin (15/4).

Saat ini di siswa di sekolahnya mengguanakn seragam putih biru pada Senin dan Selasa. Pada Rabu seragam sasirangan, Kamis seragam tenun Pagatan sebagai khas daerah, Jumat seragam putih dan Sabtu baju Pramuka.

Isu penggantian seragam juga mendapat komentar dari siswa SMKN 2 Simpang Empat, M Andi Fajar Rizky. Dia mengatakan hal tersebut harus memperhatikan ekonomi orangtua siswa-siswi.

“Walau Bapak Nadiem Makarim menyatakan tidak ada paksaan, pasti ada orangtua yang merasa ini tekanan dan pasti banyak siswa yang tidak ingin tampil beda dari teman-temannya,” tuturnya. (nia/wie/rin)