Berita Kotabaru

Kisah Wirausaha Pengering Ikan di Desa Rampa Kotabaru, Disukai Ternak Bebek Hulu Sungai

Inilah kisah Edi Samkadart salah satu wirausaha yang berhasil dalam usaha pengering ikan, inik ata warga Desa Rampa. kecamatan Pulau Laut Utara, Kotab

Penulis: Herliansyah | Editor: Irfani Rahman
Banjarmasinpost.co.id/Helriansyah
Penjemuran ikan di Desa Rampa, Kecamatan Pulau Laut Utara, Kotabaru, Kalsel 

BANJARMASINPOST.CO.ID - EDI Samkadar (51) boleh dibilang wirausaha yang sukses sebagai pengering ikan di Desa Rampa, Kecamatan Pulau Laut Utara, Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan.

Kesuksesan itu tidak diraihnya dalam waktu singkat. Perlu 10 tahun untuk terus meningkatkan usahanya. Perjuangan Edi didukung sang istri, Fatimah, yang turut turun tangan mengelola usaha.

Keduanya tidak ingin berusaha sendiri. Mereka memperkenankan warga sekitar untuk ikut mengeringkan ikan di tempat penjemuran milik Edi.

“Mereka boleh menjemur ikan di tempatku. Ya, memberikan peluang bagi mereka memiliki usaha sendiri,” kata Edi kepasa BPost, Rabu (1/5).

Saat melakukan pengeringan bersama itulah mereka saling membantu dan menjaga, termasuk dari hujan yang tiba-tiba datang.

Ikan yang dijemur antara lain bece-bece, otek dan gulama. Ikan tersebut dibeli Edi dari nelayan.

Ikan yang dibeli dari nelayan awalnya dibersihkan, kemudian dijemur. Proses pengeringan memerlukan waktu dua hari jika cuaca benar-benar panas. Namun bila cuaca mendung, pengeringan bisa tiga hari bahkan lebih.

Setelah kondisi ikan benar-benar kering, Edi melakukan pengemasan. Ikan kering dimasukkan ke karung.

Ikan yang telah kering diambil langsung oleh pembeli. Sebagian besar dari mereka adalah pelanggan tetap. Untuk otek kering, misalnya, dihargai Edi Rp 35 ribu per kilogram.

Kebanyakan ikan kering bikinan Edi dibawa ke wilayah Hulu Sungai. Namun ikan kering yang dibawa ke Hulu Sungai kebanyakan bukan untuk konsumsi manusia melainkan untuk pakan bebek.

“Pembeli datang setiap dua minggu. Tiga sampai empat ton,” kata Edi. Dalam sebulan, Edi bisa mendapat pemasukan bersih lebih kurang Rp 10 juta.

Namun pendapatan tersebut tergantung ketersediaan ikan dari nelayan. Kendala lain yang dihadapi Edi adalah hujan. “Kalau sering hujan, kami tidak bisa menjemur ikan,” imbuhnya.

Di Rampa tidak ada persaingan antar sesama pembuat ikan kering. Masing-masing memiliki pembeli langganan. (helriansyah)

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved