Berita HSS

Demi Bersepeda, Pria Ini dengan Komunitas Gores di HSS Habiskan Jutaan Rupiah Sekali Ikuti Event

Bagi pecinta olahraga bersepeda, goes tak sekedar hobi. Lebih dari itu, juga untuk menjaga kesehatan, silaturahmi dan menjalin relasi. 

Penulis: Hanani | Editor: Edi Nugroho
Sakiro untuk Banjarmasinpost.co.id
Sakiro besama rekannya saat gowes ke puncak gunung Layang-layang Desa Hamak Kecamatan Telaga Langsat. 

BANJARMASINPOST.CO.ID-Bagi pecinta olahraga bersepeda, goes tak sekedar hobi. Lebih dari itu, juga untuk menjaga kesehatan, silaturahmi dan menjalin relasi. Bahkan untuk pencinta sepeda gunung, juga mencari sensasi.

Tentunya sensasi ketika berhasil menaklukkan tanjakan super ekstrem saat goes bareng sesama teman komunitas.

Setidaknya, itulah yang dirasakan Sakiro (48). Meski usianya tak lagi muda, namun olahraga bersepeda tetap menjadi pilihannya.

Bahkan pria yang berprofesi sebagai kontraktor ini menjadi ketua sebuah komunitas. Namanya Amandit Cross Country Commonity (AC3). Dibentuk sekitar 5 tahun yang lalu, AC3 memiliki anggota 40 orang

Baca juga: Temukan Kejanggalan Pilkada, Pengawas Kelurahan Desa Diminta Koordinasi Panwaslu dan Bawaslu Batola

Baca juga: Calhaj Asal HST yang Masuk Berisiko inggi karena Inap Penyakit Tertentu dam Lansia Dapat Layanan Ini

.Mereka berasal dari berbagai profesi dan kalangan, dengan usia dari 16 sampai 40 tahun lebih.

“Kebanyakan pekerja swasta sih,”kata Sakiro. Kepada banjarmasinpost.co.id, Minggu (2/6/2024) dia mengatakan, sampai sekarang komunitas yang dipimpinya itu masih aktif gowes bareng, dengan jadwal tiap Sabtu atau Minggu. Rute tiap goes 25 sampai 30 kilometer.

Jika anggota yang ikut goes sedikit, karena kesibukan pekerjaan, Sakiro mengaku gabung dengan komunitas lain. Rata-rata sepeda yang digunakan, sepeda gunung AMTB.

Adapun rute yang sering dipilih, selain Loksado adalah Gunung Layang-Layang. Letaknya di perbatasan antara Kecamatan Padang Batung dan Kecamatan Sungai Raya.

“Di sana lebih ekstrem dari tanjakan di Loksado. Medannya 80 persen berbatu, dengan tanjakan tinggi dikelilingi kebun karet,”ungkapnya.

Disebutkan, untuk Gunung Layang-Layang, tingkat kesulitannya cukup tinggi. Selain tanjakan lebih tinggi, juga kondisi jalan yang berbatu sehingga sangat menantang dan menguji kemampuan fisik dan mental. Khususnya angggota komunitas yang masih muda.

Menurut Sakiro, ada sensasi tersendiri, jika berhasil menaklukkan medan sulit tersebut. “Hati senang, imun tubuh juga menjadi naik kan. Jadi dapat senangnya, dapat sehatnya,”imbuhnya.

Namun, jika usia sudah 50-an tahun ke atas, kata Sakiro adrenalin sudah turun. Mulai mikir jika melihat ketinggian.

Dia sendiri mengau pernah mengalami kecelakaan gowes bersama ke Batu Baduduk di Desa Hamak, Kecamatan Telaga Langsat. Saat mau balik melewati turunan curam, tangan tak sengaja nyenggol rem. Akibatnya mutar dua kali, hingga dada tertumbuk setang. Dampaknya, cidera di bagian dada san setahun istirahat baru sembuh.

Namun, pengalaman itu tak membuatnya jera. Setelah sembuh, Sakiro pun kembali aktif memimpin komunitasnya.

Bahkan, untuk mengikuti event-event di luar daerah hingga di luar Kasel, dia dan rekan komunitasnya rela keluarga jutaan rupiah. Jika nge-goes antarkabupaten, atau di luar daerah HSS, paling sedikit meghabiskan uangRp 1 juta.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved