Berita Viral

Nasib Para Siswa SD Negeri 26 Sapinggang Tak Bisa Sekolah 3 Bulan, Tidak Ada Guru yang Mengajar

Nasib pilu dialami anak-anak dari Pulau Sapinggang, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan yang sudah tiga bulan tak bersekolah.

Penulis: Danti Ayu Sekarini | Editor: Mariana
X @heraloebss
Anak-anak dari Pulau Sapinggang, Desa Tampang, Kecamatan Liukang Tangaya, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan yang sudah tiga bulan belakangan tak bersekolah. 

BANJARMASINPOST.CO.ID - Nasib pilu dialami anak-anak dari Pulau Sapinggang, Desa Tampang, Kecamatan Liukang Tangaya, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan yang sudah tiga bulan belakangan tak bersekolah, viral di media sosial.

Para anak-anak tersebut tak bisa sekolah lantaran tidak tersedianya guru yang mengajar di SD Negeri 26 Sapinggang.

Dilansir melalui akun X @Heraloebss Rabu (14/8/2024) anak-anak yang tak bersekolah itu pun terlihat hanya bisa bermain dan berkumpul bersama di tanah lapang lantaran sekolah mereka yang kini tertutup rapat.

Dalam video terlihat gerombolan anak-anak yang berusia sekitar 7 hingga 12 tahun tersebut bermain di sekitar kawasan pantai.

Anak-anak tersebut mengaku tak mendapat hak pendidikan lantaran kondisi SD mereka yang tak memiliki guru.

Baca juga: Antrean Panjang Penumpang Padati Bus Trans Banjarbakula, Gratis Hari Ini Dalam Rangka HUT Kalsel

Baca juga: Update Harga Emas Antam Rabu 14 Agustus 2024 Stagnan: Rp 1,419,000 per Gram, Berikut Rinciannya

"Tidak ada guru, sudah tiga bulan," ucap mereka.

Alhasil setiap harinya anak-anak yang seharusnya belajar itu pun terlihat berkeliaran di sekitar pantai sambil bermain dan melakukan beragam kegiatan di alam terbuka.

Tampak pula kondisi terkini sekolah mereka yang begitu sepi.

Pintu-pintu deretan kelas yang seharusnya disibukan dengan kegiatan belajar mengajar pun tampak begitu sepi.

Padahal kondisi sekolah masih tampak begitu layak dan bangunannya pun masih berdiri dengan kokohnya.

Namun dikutip melalui makassar.tribunnews, Kepala Sekolah SD Negeri 26 Pulau Sapinggang, Sumarni membantah tak adanya aktivitas belajar mengajar selama tiga bulan di sekolah tersebut.

Ia mengatakan pada bulan April dan Mei dirinya masih berada di sekolah.

“Saya tinggalkan Pulau sapinggang tanggal 25 bulan 5," katanya.

Dia dan dua guru lainnya meninggalkan sekolah karena adanya keperluan mendesak.

"Saya pergi ke Pulau Sailus untuk verifikasi (jabatan) kepala sekolah, guru PPPK saya mengikuti ujian PPG (Pendidikan Profesi Guru) sampai November dan satu guru THL saya harus merawat orang tuanya yang sedang stroke," bebernya.

Selama dia pergi, aktivitas belajar mengajar masih berlangsung dan ditangani oleh seorang guru pembantu.

Namun, guru tersebut tamatan SMA, sehingga tidak terdaftar sebagai guru dalam dapodik sekolah.

"Ada guru bantu disana tamatan SMA. Dia mengajar dari kelas 1 sampai kelas 6," kata Sumarni.

Guru bantu tersebut menggunakan 3 ruangan rombel (rombongan belajar), tiap rombel diisi murid dari dua kelas.

"6 kelas itu menggunakan 3 rombel," ucapnya.

Sumarni tak membantah jika sekolahnya sempat tutup dan tak ada aktivitas belajar mengajar.

Namun menurutnya, sekolah tutup mulai 11 Juni sampai 5 Agustus.

"Memang sejak masuk tahun ajaran baru sekolah masih tutup. Tapi kemarin sudah mulai masuk ada foto-fotonya," kata Sumarni.

Diberitakan sebelumnya,  Sudah tiga bulan terakhir, siswa SD Negeri 26 Sapinggang di Pulau Sapinggang, Desa Tampang, Kecamatan Liukang, Tangaya Kabupaten Pangkep tak masuk sekolah.

Hal ini dikarenakan tidak adanya tenaga pengajar yang datang ke sekolah.

Video amatir yang memperlihatkan para siswa yang hanya bermain di sekitar sekolah pun viral di media sosial.

Salah satu warga, Junaedi mengatakan sebelum aktivitas sekolah berhenti hanya 1 orang honorer berstatus guru pembantu yang mengajar.

Junaedi menuturkan, guru tersebut mengajar dari kelas 1 sampai kelas 6.

"Guru pembantu itu tamatan SMA sendiri mengajar mulai kelas 1 sampai kelas 6," ucapnya.

Ia mengatakan, anak-anak tak punya pilihan untuk bersekolah sebab hanya Negeri 26 yang ada di pulau ini.

Untuk sekolah lain ada di ibukota desa yang berjarak tempuh 1 jam lebih dengan perahu.

"Ada sekolah tapi di Pulau Tampaang,  1 jam lebih ke sana. Kami hanya bisa berharap agar sekolah kembali buka," ucapnya.

Junaedi menambahkan, akibat terhentinya aktivitas sekolah, siswa sekolah ini terpaksa libur.

Mereka menghabiskan waktu dengan membantu orang tua mencari ikan dan bermain.

"Sekolah tutup dan anak-anak sebagian turun melaut membantu orangtua sebagian main saja," ucapnya

(Banjarmasinpost.co.id/Danti Ayu)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved