Religi

Asal-usul Peringatan Maulid Nabi di Bulan Rabiul Awal, Ustadz Khalid Basalamah Terangkan Hukumnya

Ustadz Khalid Basalamah memaparkan asal-usul peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di bulan Rabiul Awal.

Editor: Mariana
Youtube Khalid Basalamah Official
Ustadz Khalid Basalamah dalam satu ceramahnya memaparkan asal-usul peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. 

BANJARMASINPOST.CO.ID - Pendakwah Ustadz Khalid Basalamah memaparkan asal-usul peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di bulan Rabiul Awal.

Disampaikan Ustadz Khalid Basalamah, asal usul peringatan maulid Nabi Muhammad SAW mulanya dikembangkan oleh paham Syiah.

Dari sejarah itu, Ustadz Khalid Basalamah pun menyimpulkan mengenai hukum memperingati maulid Nabi Muhammad SAW.

Saat ini memasuki bulan Rabiul Awal 1446 Hijriyah atau dikenal pula dengan bulan maulid Nabi, bulan ketiga dalam sistem kalender Islam.

Tradisi yang berkembang di sejumlah daerah di Indonesia adalah memperingati atau merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW setiap masuk Rabiul Awal.

Baca juga: Update Harga Emas Antam Selasa 10 September 2024 Naik Tipis: Rp 1.399.000 per Gram, Cek Rinciannya

Baca juga: Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 10 SMA Kurikulum Merdeka, Bedah Komik Halaman 29

Umumnya acara maulid Nabi digelar di tempat keagamaan umat Islam, masjid atau musholla.

Ustadz Khalid Basalamah menerangkan asal-usul perayaan maulid Nabi SAW, yang mula-mula muncul pada 230 Hijriyah.

"Dan maulid Nabi muncul dari kerajaan dinasti Fatimiyah Syiah, yang dibentuk di Mesir, dan mereka memiliki enam macam maulid, sampai saat ini di Iran masih ada," jelas Ustadz Khalid Basalamah dikutip Banjarmasinpost.co.id dari kanal youtube Lentera Islam.

Yang berpaham Syiah mengikuti ajaran ini, sangat disayangkan menurutnya, banyak ahli sunnah yang menarik ajaran ini ke pemahaman mereka.

Padahal jelas Syiah mengkafirkan sahabat, mengatakan Alquran kurang. Enam jenis maulid tersebut adalah Maulid Nabi Muhammad SAW, maulid Fatimah, maulid hassan, maulid Hussein, maulid Ali, dan maulid raja mereka.

"Banyak ahli sunnah di Indonesia yang membenci paham Syiah, karena paham Syiah jelas mengkafirkan sahabat, mencaci maki Abu bakar dan Umar, mengatakan Alquran kurang, tapi tidak sadar maulid yang dilakukan adalah acara dari orang-orang Syiah," terangnya.

Padahal Nabi Muhamamd SAW sendiri tak pernah merayakan maulid atau hari kelahiran dirinya.

Yang dilakukan Syiah pada acara maulid Nabi adalah berdzikir, baca shalawat berdiri dan menganggap ruh Nabi Muhammad SAW lewat.

"Kalau ditanya kenapa lakukan itu, jawabnya bentuk cinta kepada Nabi Muhammad SAW, bentuk cinta itu harusnya mengikuti dan mencontoh apa yang dilakukan dan diperintahkan saja, tidak menambah,"  tegas Ustadz Khalid Basalamah.

Apabil kita menambah seakan kita mengatakan ada sesuatu yang masih belum disampaikan Nabi Muhammad SAW, padahal sebelum meninggal Nabi SAW telah menyampaikan semuanya.

Ibnu Katsir ra menafsirkan surah Al-Maidah ayat 3, Makna dari surah ini "Hari ini Aku sempurnakan agama kalian, Nikmat-Ku untuk kalian, dan Aku ridha Islam sebagai agama kalian".

"Ayat ini dalil yang paling nyata dan jelas menekankan bahwasanya Nabi SAW tidak menghembuskan napas terakhir kecuali sudah menyampaikan semua yang Allah tuntunkan, dan umat ini tidak butuh lagi tambahan yang kecil sampai yang besar, yang samar-samar hingga yang jelas," urai Ustadz Khalid Basalamah.

Meski demikian, Ustadz Khalid Basalamah menyebut seseorang yang diundang dalam acara peringatan maulid Nabi ada dua pilihan yang dapat diputuskan.

"Boleh datang boleh juga tidak, lebih baik jangan ikut, karena tidak pernah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW, Nabi SAW tak pernah merayakan hari lahirnya," jelas Ustadz Khalid Basalamah dikutip Banjarmasinpost.co.id dari kanal youtube Yuk Hijrah.

Ustadz Khalid Basalamah menambahkan karena Nabi SAW tak pernah merayakan hari lahir, maka sebaiknya umat Islam tak melakukannya.

Namun dia tidak melarang jika ada yang ingin menghadiri acara maulid Nabi Muhammad SAW.

Namun yang harus diingat adalah setiap perbuatan ada konsekuensi dan tanggung jawab di hadapan Allah SWT.

Pelanggaran terhadap Nabi Muhammad SAW bukan hanya melakukan kemaksiatan, misalnya Nabi SAW melarang zina dan ada yang melakukannya, tidak serta merta demikian.

"Melakukan sesuatu yang tidak diperintahkan juga pelanggaran, misalnya kalau kita kerja di perusahaan, lalu kita berniat mengubah warna cat tembok yang sudah ditentukan perusahaan, padahal niat tersebut baik, namun pimpinan perusahaan tidak suruh, pelanggaran atau bukan? Pelanggaran kan? Misalnya kita taruh bunga di depan pintu, bagus menurut kita, tapi pimpinan perusahaan tidak suruh, maka termasuk pelanggaran," paparnya.

Jadi pelanggaran itu bukan hanya melakukan apa yang dilarang, namun juga mengerjakan apa yang tidak diperintahkan.

Sehingga jauh lebih aman, umat muslim mengerjakan apa yang Nabi Muhammad SAW sudah perintahkan sesuai tuntunannya.

(Banjarmasinpost.co.id)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved