Sungai Jorong Diduga Tercemar

Petugas DKPP Tala Belah Perut Ikan Nila Keramba dan Cek Empedu, Penyebab Kematian karena Hal Ini

Sehari setelah merebaknya kabar kematian ikan nila di keramba apung di Desa Jorong, Kecamatan Jorong, Kabupaten Tanahlaut (Tala), 

Penulis: BL Roynalendra N | Editor: Edi Nugroho
FOTO; ACHMAD TAUFIK UNTUK BPOST GROUP
KEGIATAN Tim DKPP bersama LH Tala saat turun ke lapangan melakukan pengambilan sampel di Sungai Jorong, Jumat (25/10). 

BANJARMASINPOST.CO.ID, PELAIHARI - Sehari setelah merebaknya kabar kematian ikan nila di keramba apung di Desa Jorong, Kecamatan Jorong, Kabupaten Tanahlaut (Tala), Kalimantan Selatan (Kalsel), tim kabupaten langsung turun ke lokasi.

Pada Jumat kemarin mereka turun ke Jorong. Tim yang turun yakni dari Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup (DPRKPLH) Tala dan dari Dinas Kelautan dan Perikanan (DKPP) Tala.

Mereka melakukan pengambilan sampel air di keramba, di luar keramba dan air di wilayah hulu di desa lain. Selain itu juga dilakukan pembelahan perut ikan nila untuk dicek bagian dalamnya, termasuk mengecek empedunya.

Namun hasilnya tak bisa diketahui secara spesifik dikarenakan empedu telah rusak. "Saat tim tiba di lokasi, ikan-ikan sudah mati sudah rusak (busuk). Ini yang menyulitkan," ucap Kepala DKPP Tala H Achmad Taufik, Sabtu (26/10/2024).

Baca juga: Ikan Sungai Juga Ada yang Mati, Warga Jorong Tala Menduga Terdampak Aktivitas di Hulu

Baca juga: Selesai Dicetak, Surat Suara Pilgub Kalsel 2024 Mulai Diberangkatkan Minggu Malam

Dikatakannya tim dari kabupaten mendapat laporan sehari setelah kejadian sehingga di lokasi telah terjadi perubahan. Ikan telah mati dan membusuk, kondisi air juga telah mulai berubah.

Secara kasat mata warna air sungai memang terjadi perubahan nyata, semula keruh menjadi jernih (kehijauan). Tapi hasil pemeriksaan kandungan amoniak di lokasi (Sungai Jorong/keramba) untuk syarat hidup ikan di perairan, biasa-biasa saja atau normal. 

Namun di sisi lain faktanya terjadi kematian ikan secara massal. Dalam kasus seperti ini maka pasti dikarenakan racun kematian massal ikan di keramba tersebut. Ini yang belum diketahui, apakah racun tersebut disebabkan oleh alam ataukah oleh tangan-tangan manusia.

"Jadi sekarang kita tunggu hasil uji lab dari LH Tala atas sampel yang kemarin telah diambil dari lokasi keramba. Informasinya perlu waktu sekitar lima hingga enam hari," sebut Taufik.

Dikatakannya, saat turun ke lapangan Jumat kemarin tim juga bergerak ke wilayah hulu. Ada enam lokasi yang dilakukan pengambilan sampel. Di wilayah hulu, kondisi air normal, ikan juga tetap hidup.

(banjarmasinpost.co.id/banyu langit roynalendra nareswara)

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved