Berita Balangan

Kreasi Tas Anyaman dari Bambu Tirik Warga Mamigang Balangan, Hetty Padukan dengan Kulit dan Rajutan

Di rumahnya, di Desa Mamigang, Kecamatan Halong, Kabupaten Balangan, Hety Karmila mengerjakan ratusan anyaman berbahan bambu tirik

Penulis: Isti Rohayanti | Editor: Irfani Rahman
banjarmasinpost.co.id/isti rohayanti
KERAJINAN BAMBU - Warga Desa Mamigang, Kecamatan Halong, Kabupaten Balangan, Hety Karmila mengerjakan ratusan anyaman berbahan bambu tirik yang ia dapat dari hutan pegunungan Meratus 

BANJARMASINPOST.CO.ID - MEMANFAATKAN hasil hutan berupa bambu, berbagai jenis produk kerajinan bisa dihasilkan oleh warga Halong, Balangan.

Di rumahnya, di Desa Mamigang, Kecamatan Halong, Kabupaten Balangan, Hety Karmila mengerjakan ratusan anyaman berbahan bambu tirik yang ia dapat dari hutan pegunungan Meratus.

Hety yang terinspirasi dari warga yang membuat anyaman di desanya, mulai mengembangkan kemampuan menganyamnya. Namun ia memilih untuk berinovasi dan lebih kreatif.

Tak jarang, perempuan 27 tahun ini menganyam di luar ruangan sembari bersantai dengan rekannya, atau sekadar menghirup udara segar desa.

Tangan Hety yang sudah nampak hafal pada setiap jelujur anyaman tersebut memperlihatkan betapa ahlinya perempuan tersebut. Matanya juga begitu teliti untuk memastikan setiap baris anyaman masuk pada rangkaian yang tepat tanpa kesalahan.

Baca juga: Balangan Expo 2025 Resmi Dibuka, Band DMasiv Hibur Acara 

Butuh proses untuk membuat bambu tirik hingga akhirnya bisa dianyam. Hety biasanya mengumpulkan bahan baku terlebih dahulu. Mencarinya di hutan bersama teman-temannya.

Bambu tirik yang diperoleh, kemudian diparut pada bagian luarnya menggunakan parang. Tujuannya untuk menghilangkan bagian yang membuat gatal.

Setelah itu, bambu tersebut dibelah menjadi iritan yang halus yang kemudian dikenal sebagai bamban.

Setelah menjadi bamban, kemudian direbus kurang lebih 30 menit hingga keluar buih dari dalam air rebusan, lalu dijemur hingga benar-benar kering.

Bamban kering ini pun masih harus melewati proses pewarnaan dengan cara direbus ulang dengan pewarna, baik itu pewarna sintetis atau pewarna alam. Lalu kembali dijemur hingga kering dan siap dianyam.

“Butuh proses kurang lebih satu minggu untuk menyiapkan bahan baku bambu tirik hingga diolah menjadi bamban dan bisa dianyam,” ujar Hety, Kamis (10/4).

Menggunakan bahan tersebut, Hety berinovasi menyulap anyaman tas yang dipadupadankan. Beberapa produk anyaman yang Hety jual di antaranya tas kapsul, pouch, shoulder bag, sling bag, totebag, selepang tirik, dompet, waish bag serta tas jinjing.

Awalnya, 2019 lalu, Hety membuat anyaman tas tanpa kombinasi. Lalu di tahun 2021, ia mengembangkan kreativitas dan mulai membuat tas anyaman dengan kombinasi bahan kulit, benang atau rajut dan kain.

Dengan kemauan Hety untuk terus belajar, ia pun mengembangkan kreasi anyaman yang kini sudah di pasarkan di Kabupaten Balangan. Bahkan ratusan item sudah terjual dengan harga mulai dari Rp 50.000 hingga Rp 500.000.

Saat sudah menguasai teknik dalam pembuatan produk, Hety kini tak lagi kesulitan dalam proses pengolahannya. Namun tetap dibutuhkan ketelitian pada setiap detail produk yang ia buat untuk memastikan jahitannya bagus dan rapi.

Sejak berkecimpung pada usaha anyaman, banyak hal yang berkesan bagi Hety, di antaranya ia belajar menjahit dan bisa ikut pameran dalam daerah atau luar daerah. Selain itu Hety juga mendapat banyak teman sesama UMKM maupun penrajin anyaman lain.

Usaha ini membuat Hety tumbuh secara mandiri, baik daya kerativitasnya, maupun finansial yang didapat dari hasil penjualan produk.(isti rohayanti)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved