Berita Viral

Lilit Tubuh Petugas Damkar, Ular Piton yang Muncul di Kolam Melawan, Mulutnya Terpaksa Dilakban

Lilit Tubuh Petugas Damkar, Ular Piton yang Muncul di Kolam Melawan Saat Dievekuasi, Mulutnya Terpaksa Dilakban.

Editor: Murhan
DOKUMENTASI/DAMKARTAN KOTA JAMBI
DILILIT - Proses saat petugas Damkartan Kota Jambi mencoba melepaskan lilitan ular piton. Lilit Tubuh Petugas Damkar, Ular Piton yang Muncul di Kolam Melawan Saat Dievekuasi, Mulutnya Terpaksa Dilakban. 

"Karena piton itu tubuhnya besar, jadi dia tidak bisa mengejar mangsa. Trik yang dia gunakan adalah dengan naik ke tempat yang tinggi, lalu akan menjatuhkan tubuhnya ke atas badan mangsa dan mulai membelit," ungkap Kurniawan.

Meskipun tidak memiliki bisa, piton memiliki 15 hingga 20 gigi kecil yang mengarah ke dalam, lebih banyak dibandingkan ular jenis lain.

Ketika piton mulai memakan mangsanya, ukuran kulitnya dapat melebar antara dua hingga tiga kali lipat dari ukuran tubuh aslinya.

Selain itu, di dalam tubuh piton terdapat organ Jacobson atau organ vomeronasal yang berfungsi untuk mendeteksi bau dan feromon.

"Jadi secara tidak langsung, piton dapat 'menghitung kalori' mangsanya dengan menandai panas tubuh mangsanya," kata Kurniawan.

Setelah menyantap mangsanya, piton akan berpuasa selama kurang lebih satu bulan sambil mencari tempat yang hangat dan kering.

Mangsa favorit piton meliputi anjing, babi hutan, dan sapi, yang memiliki ukuran sepuluh kali lipat lebih besar dibandingkan tubuhnya.

"Jadi ular piton justru tidak begitu tertarik dengan tikus, katak, atau hewan pengerat lainnya," terangnya.

Namun, manusia juga bisa menjadi sasaran piton saat ular tersebut merasa sangat kelaparan dan tidak ada mangsa lain.

Hal ini sering kali disebabkan oleh kerusakan habitat asli piton, yang memaksa mereka berpindah ke area pemukiman yang lebih kering dan hangat.

"Kalau habitat aslinya sudah rusak, maka otomatis hewan yang menjadi mangsa mereka juga berkurang," pungkasnya.

Jika menemukan ular piton di dalam rumah, Kurniawan menyarankan agar tidak membunuhnya dan segera menghubungi petugas berwenang untuk mengembalikannya ke habitat aslinya.

"Kalau dibunuh, maka akan menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem. Jumlah anjing, tikus, babi hutan, dan hewan lainnya agar tidak terlalu banyak," tutupnya.

(Banjarmasinpost.co.id/Kompas.com)

Halaman 3 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved