Berita Nasional
Kisah Bank Sampah Semutharjo Selamatkan Sungai, Daur Ulang dan Maggot Jadi Penghasilan
Kegiatan Bank Sampah Semutharjo, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, begitu hidup. Ini dilakukan warga setempat
BANJARMASINPOST.CO.ID - Sore itu, suasana di Bank Sampah Semutharjo, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, begitu hidup. Di bawah langit mendung, aroma tanah basah dan sampah plastik yang baru saja disortir bercampur.
Dua perempuan paruh baya terlihat duduk di atas bangku kecil. Tangan mereka cekatan memisahkan botol plastik dari tumpukan sampah. Sementara di sudut lain, terlihat area pengelolaan maggot. Di sisi ini, tampak larva-larva kecil yang meliuk-liuk di antara sisa makanan yang membusuk.
Dinding bata ekspos dengan papan bertuliskan “Pengelolaan Maggot” menjadi saksi bisu bagaimana sampah organik diubah menjadi pakan ternak berkualitas tinggi.
Di sisi lain, deretan karung plastik hitam berisi botol dan gelas plastik bekas menumpuk, menunggu giliran untuk diolah menjadi barang bernilai ekonomi. Setiap sudut Bank Sampah Semutharjo tampak terorganisasi, mencerminkan bagaimana sampah yang sering dianggap remeh ternyata bisa menjadi bagian dari siklus ekonomi baru bagi warga setempat.
Bank Sampah Semutharjo tidak hanya berperan dalam mendaur ulang sampah, lebih dari itu turut menjaga kelestarian Sungai Pusur yang melewati kecamatan tempat bank sampah tersebut berada.
Sebelum Bank Sampah Semutharjo ada, Sungai Pusur lebih dikenal sebagai tempat pembuangan sampah daripada sebagai sumber kehidupan. Kebiasaan warga membuang sampah rumah tangga dan limbah industri langsung ke sungai menyebabkan ekosistem airnya nyaris mati.
“Mindset warga dulu, sampah ya dibuangnya di sungai. Mereka tidak berpikir panjang soal dampaknya. Setiap hari, sampah mengalir begitu saja, membuat sungai penuh limbah,” kata Ketua Paguyuban Bank Sampah Semutharjo Nina Hermawati.
Nina menjelaskan, kondisi tersebut membuat lingkungan menjadi tidak sehat. Banyak warga yang sakit, terutama anak-anak yang sering terkena penyakit kulit. “Sungai yang seharusnya jadi tempat bermain justru jadi sumber penyakit (kala itu),” ujar Nina.
Atas dasar keprihatinan itu, Nina bersama beberapa temannya bergerak. Ini yang menjadi cikal bakal pendirian Bank Sampah Semutharjo.
Akan tetapi, jalannya proses tersebut tidak semudah membalik telapak tangan, mengingat kebiasaan buruk warga telah mengakar kuat. Meski begitu, Nina tak patah semangat. Bersama tim kecilnya, ia bekerja keras mengedukasi masyarakat. Memulai dengan sistem door-to-door, mereka menjelaskan pentingnya memilah sampah dan menjaga kebersihan lingkungan.
“Awalnya sulit sekali karena mereka sudah terbiasa membuang sampah ke sungai. Banyak dari mereka yang bahkan buang air besar di sana. Kami harus pelan-pelan mengubah kebiasaan ini,” kenang Nina.
Edukasi yang dilakukan tidak hanya menyasar anak-anak dan dewasa, tetapi juga lansia. Pendekatan yang sabar dan konsisten diperlukan agar warga sepuh yang sudah terbiasa membuang sampah sembarangan mau beradaptasi dengan pola hidup baru yang lebih bersih dan sehat.
Untuk memantik semangat warga, Bank Sampah Semutharjo menawarkan manfaat ekonomi melalui sistem “tabungan sampah”. Jadi, setiap sampah yang dibawa warga akan ditimbang dan dicatat dalam buku tabungan. Di akhir periode tertentu, warga bisa mencairkan tabungannya dalam bentuk uang tunai.
“Biasanya, tabungan tersebut dicairkan warga menjelang hari raya, seperti Lebaran, untuk memenuhi kebutuhan,” jelas Nina. (kompas)
Promosi Budaya Indonesia pada ASEAN Summer Festival 2025 berlangsung Meriah |
![]() |
---|
Mendikdasmen Usulkan Siswa TK Dapat PIP Rp 450.000 |
![]() |
---|
Poin Penting RUU Haji dan Umroh Terbaru Disahkan DPR, Kebijakan Baru Jumlah Petugas |
![]() |
---|
Iuran Mulai Rp36.800, Pekerja Indonesia Diajak Andre Taulany Daftar Peserta BPJS Ketenagakerjaan |
![]() |
---|
Sosok dan Gerak-gerik Otak Pembunuhan Kacab Bank di Jakarta, Kuasa Hukum Beber Peran 4 Tersangka |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.