Usaha Bakery di Tanahbumbu

UMKM KALSEL : Bermula dari Bolen Pisang,  Begini Cerita Sukses Pelaku Usaha Bakery di Tanahbumbu

Farida Yulaicha Pelaku usaha Bakery di Tanahbumbu kini berhasil mengembangkan usahanya dari satu produk hingga menjadi puluhan jenis jualan.

|
Penulis: Muhammad Fikri | Editor: Hari Widodo
Banjarmasinpost.co.id/Muhammad Fikri
USAHA BAKERY-Farida Yulaicha memperlihatkan salah satu jenis produk usaha bakery yang dikembangkannya. Bermula dari Bolen Pisang, kini produk olahan usaha Bakery miliknya mencapai 27 jenis produk, 

BANJARMASINPOST.CO.ID, BATULICIN - Pandemi COVID-19 memang sempat melumpuhkan banyak sektor usaha, tak terkecuali pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). 

Namun, di tengah badai tersebut, UMKM Maliqasultan Bakery di Kabupaten Tanahbumbu, Kalimantan Selatan membuktikan bahwa inovasi produk bisa menjadi kunci untuk bertahan bahkan berkembang pesat. 

Kisah sukses mereka berawal dari sepotong bolen pisang yang tak disengaja direview selebgram.

Berawal dari hobi membuat kue, Farida Yulaicha kini berhasil mengembangkan usahanya dari satu produk hingga menjadi puluhan jenis jualan.

Baca juga: UMKM Kalsel-Jamu Racikan Sendiri, Dijual Mulai Rp 5000 hingga Rp 25 Ribu di Desa Perintis Raya Tapin

UMKM Maliqasultan, nama merek dagang yang diambil dari nama kedua buah hatinya itu, kini sudah tersebar luas di toko oleh-oleh, baik di Tanahbumbu maupun luar Tanahbumbu. Usahanya bahkan pernah bermitra dengan maskapai Garuda.

Farida Yulaiha bercerita kepada Banjarmasin Post, awalnya mengandalkan penjualan karipap yang dititipkan ke warung dan toko sejak 2019.

Namun, saat pandemi melanda, daya beli masyarakat menurun drastis, membuat karipapnya sering tidak laku dan harus ditarik kembali.  Situasi ini mendorongnya untuk berpikir keras mencari solusi.

Atas saran suaminya, Farida mulai memutar otak untuk menciptakan produk yang punya daya tahan lebih lama.

Tercetuslah ide untuk membuat bolen pisang. Resepnya awalnya terinspirasi karena kesukaan keluarganya dengan bolen yang ada di Bandung.

Saat awal mengolah, trial and error terpaksa dilakukan sambil memasarkan produk.

“Beragam masukan dan komentar langsung masuk ke kami, baik dari kulit yang keras, pisang yang keras, kurang juicy, dan sebagainya. Jadi mau tidak mau, Research and Development(R&D) dilaksanakan secepatnya untuk memperbaiki hal tersebut, hingga akhirnya resep yang pas ditemukan,” kenangnya.

Setelah diterima di masyarakat, dia hanya memasrahkan produknya di toko-toko saja. Lalu, ada tetangganya yang menyarankan untuk membuat Instagram, kemudian ia coba-coba memasarkannya lewat daring.

Pada tahun 2020, bolen pisangnya direview oleh salah satu selebgram di Tanahbumbu dan mendapat komentar positif.

Dari sini, bolen pisangnya mulai dicari serta dikenal oleh banyak orang dan terus berkembang hingga saat ini.

Kini, Maliqasultan Bakery telah berinovasi dengan mengeluarkan kurang lebih 27 jenis produk.

Mulai dari bolen pisang seharga Rp 60.000 per boks isi 8 buah, Portuguese egg tart Rp 60.000 per boks isi 6 buah, aneka roti manis seperti roti vanila, sosis pizza, hazelnut, dan pisang coklat mulai Rp 10.000 per buah.

Kemudan juga ada, bolu gulung mulai Rp 120.000, sus dengan diplomat cream mulai Rp 10.000 per buah, aneka puding mulai Rp 6.000 per buah, hingga panekuk pisang dengan isian pisang dan coklat lumer seharga Rp 6.000 per buah.

Tak hanya manis, varian produk asin juga menjadi andalan, di antaranya risoles ayam sayur, risoles ayam, dan karipap dengan isian ayam sayur bumbu kari, yang semuanya seharga Rp 6.000 per buah.

 Ada pula bakpao mini isian daging Rp 5.000 per buah, sosis solo dengan isian penuh ayam Rp 5.000 per buah, arem-arem ayam sayur Rp 5.000 per buah, semar mendem Rp 7.000 per buah, dan risoles mayones Rp 7.000 per buah. Dari puluhan produk tersebut, bolen pisang tetap menjadi best seller karena rasa otentiknya yang premium, seperti bolen dari Bandung.

Dari produk-produk di atas, yang menjadi best seller Maliqasultan adalah bolen pisang, karena rasanya yang otentik seperti tempat asal produk bolen, yaitu di Bandung, dengan rasa yang lebih diperkaya dengan tambahan bahan baku premium.

Ditanya bagaimana Maliqasultan Bakery berhasil merambah pasar yang begitu luas, bahkan hingga menjadi langganan perusahaan besar seperti Garuda dan perusahaan-perusahaan di Tanah Bumbu, Farida menjawab, "terus bergerak dan mencari peluang."

“Do it with your passion, bergerak mencari peluang, dan konsisten dalam segi rasa dan kualitas produk,” tegas pemilik UMKM Maliqasultan Bakery.

Dia bercerita, kesuksesan awal dimulai dengan bergabungnya mereka ke dalam organisasi yang bergerak di bidang kuliner seperti PPJI yang mereka geluti saat ini.

Baca juga: UMKM Kalsel- Usaha Bebek Sinjay di Jalan Sultan Adam Banjarmasin, Berawal Membantu Orang Tua

Di sinilah pintu relasi dibuka dan dikembangkan dengan jaringan nasional, serta berbagai pelatihan dan kegiatan yang diselenggarakan oleh Pemkab Tanah Bumbu.

“Melalui pemberdayaan UMKM di daerah itu juga sebagai jalan untuk pemasaran yang lebih luas lagi. Serta mengikuti ekspo yang diadakan Pemerintah Daerah Kabupaten Tanah Bumbu,” ujarnya.

Farida berbagi pengalamannya tentang bagaimana Maliqasultan Bakery membangun brand awareness dan reputasi yang kuat hingga bisa dipercaya oleh perusahaan besar adalah manajemen penyimpanan yang menjaga kesegaran produk olahan dan konsistensi rasa.

Produknya juga bisa dipesan kapan saja dan siap di readykan sehingga mendapat nilai lebih di mata rekanan. (Banjarmasinpost/Muhammad Fikri Syahrin)

 


Foto Fikri Syahrin

 


Foto Farida Yulaicha

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved