Berita Viral

Rafa Meninggal setelah Sebulan Dirawat karena Digigit Ular Weling, Keluarga Kecewa Penanganan Awal

Keluarga korban menyayangkan penanganan awal yang dinilai lambat , terutama di RSUD Kajen, tempat pertama kali dibawa setelah digigit ular weling

Editor: Rahmadhani
(Pixabay via kompas)
MENINGGAL - Ilustrasi Ular Weling. Seorang anak berusia 12 tahun, Rafa Ramadhani Suwondho warga Desa Bukur, Kecamatan Bojong, Kabupaten Pekalongan, meninggal dunia pada Minggu (20/7/2025) dini hari di RSUP Dr Kariadi Semarang, setelah hampir sebulan menjalani perawatan intensif akibat gigitan ular. 

BANJARMASINPOST.CO.ID - Seorang anak berusia 12 tahun, Rafa Ramadhani Suwondho warga Desa Bukur, Kecamatan Bojong, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah meninggal dunia pada Minggu (20/7/2025) dini hari di RSUP Dr Kariadi Semarang, setelah hampir sebulan menjalani perawatan intensif akibat gigitan ular.

Keluarga korban menyayangkan penanganan awal medis yang dinilai lambat dan kurang serius, terutama di RSUD Kajen, tempat korban pertama kali dibawa setelah gigitan ular weing terjadi.

Kronologi Kejadian

Peristiwa bermula pada Senin (16/6/2025) sekitar pukul 04.00 WIB, ketika Rafa diduga digigit ular weling saat tidur di kamarnya.

Kedua orang tuanya melihat ular berwarna hitam dan putih, namun ular tersebut tidak berhasil ditangkap.

Korban lalu dibawa ke seorang tenaga kesehatan di desa setempat.

Baca juga: KM Barcelona Terbakar di Pulau Taliase: Viral Bayi Selamat, Cek Nama Penumpang yang Sudah Dievakuasi

Baca juga: Video Perkelahian 2 Siswa SMPN 10 Banjarmasin Viral, Sekolah Sampaikan Klarifikasi di Medsos

“Di tempat Pak Warno atau mantri desa, luka digigitnya sempat dipencet dan keluar darah. Tapi Pak Warno tidak berani menyuntik, jadi disarankan langsung ke RSUD Kajen,” kata Datur (56), kakek Rafa, dilansir dari Tribun Jateng.

Setibanya di RSUD Kajen sekitar pukul 05.00 WIB, korban mengeluhkan pusing, mata berat, dan penglihatan buram.

Luka gigitan ditandai dengan spidol, dan Rafa kemudian disuntik sebanyak tiga kali, diambil darah, serta diberi oksigen selama beberapa menit.

Saat ditanya soal kondisi anak, dokter menyatakan ular tidak berbisa karena tidak ada pembengkakan pada luka gigitan, dan menyarankan agar pasien dipulangkan.

Keluarga sempat meminta agar Rafa dirawat inap karena kondisinya melemah. Namun permintaan itu ditolak.

"Dokternya bilang, 'anak baru bangun tidur, ya pusing'. Padahal cucu saya bilang matanya berat dan tidak bisa melihat. Saya suruh lihat ke arah saya, tapi katanya gelap," tutur Datur.

Kejang dalam Perjalanan Pulang

Dalam perjalanan pulang ke rumah dari RSUD Kajen, Rafa justru mengalami kejang hingga akhirnya dilarikan ke rumah sakit lain.

“Waktu itu memang masih sadar, tapi di perjalanan pulang cucu saya kejang-kejang. Langsung saya bawa ke RSI Pekajangan, karena disarankan tukang parkir kalau ke puskesmas dulu mungkin akan lebih lama,” kata Datur.

Setibanya di RSI Pekajangan, kondisi Rafa sudah tidak sadar.

Ia kemudian dirawat di ICU selama beberapa hari, sebelum akhirnya dirujuk ke RSUP Dr Kariadi Semarang.

"Sudah seminggu tidak sadar. Saya sangat menyesal, tapi ya mau bagaimana lagi," kata Datur saat itu.

Meninggal usai Satu Bulan Tak Sadarkan Diri

Rafa dirawat di ICU dalam kondisi koma selama hampir satu bulan, sebelum akhirnya dinyatakan meninggal dunia di RSUP Kariadi Semarang.

Jenazah Rafa tiba di rumah duka pada Minggu pukul 04.00 WIB dan dimakamkan di TPU Desa Bukur sekitar pukul 10.00 WIB.

Suasana duka menyelimuti rumah keluarga, dengan pelayat yang berdatangan sejak pagi.

Tanggapan RSUD Kajen

Sementara itu, Kepala Bidang Keperawatan RSUD Kajen, Dwi Harto mengatakan, pasien sudah mendapat penanganan medis sesuai prosedur.

Pasien datang ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) dalam kondisi sadar dan langsung menjalani anamnesis atau wawancara medis.

Kemudian, dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik pada bagian tubuh yang diduga terkena gigitan ular.

"Dari hasil pemeriksaan fisik, ditemukan luka samar berupa satu titik di kaki bagian kanan. Luka tersebut kemudian dibersihkan," kata Dwi dilansir dari Tribun Jateng.

"Setelah itu dilakukan pemeriksaan penunjang berupa tes darah lengkap dan observasi selama dua jam di IGD," beber Dwi.

Baca juga: RSUD Kajen Pekalongan Siapkan 8 Ruang Isolasi untuk Antisipasi Pasien Difteri

Selama masa observasi, kondisi pasien tetap stabil.

Oleh karena itu, pasien dinyatakan boleh pulang.

"Pasien dipulangkan setelah mendapat edukasi dari dokter dan tenaga kesehatan. Kami juga memberikan resep obat berupa antibiotik dan antipiretik untuk penanganan di rumah," jelasnya.

(Banjarmasinpost.co.id/Kompas.com)

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved