Selebrita

Soroti Film Merah Putih: One For All, Hanung Bramantyo Bicara Proses Panjang Menembus Layar Bioskop

Vokal soroti Film Merah Putih: One For All, Hanung Bramantyo bicara proses panjang menembus layar bioskop.

Editor: Achmad Maudhody
Youtube perfiki tv/ Instagram hanungbramantyo/hehaproduction
KRITERIA TAYANG BIOSKOP - Kolase Sutradara Hanung Bramantyo dan trailer Film Merah Putih: One For All dicapture Senin (11/8/2025). 

BANJARMASINPOST.CO.ID - Vokal menyoroti Film Merah Putih: One For All, sutradara Hanung Bramantyo bahas proses panjang demi menembus layar bioskop.

Dikenal sebagai seorang sutradara kondang di tanah air, Hanung Bramantyo jadi salah satu orang yang kritis terhadap Film Animasi Merah Putih: One For All.

Suami aktris Zaskia Adya Mecca itu sempat menyentil soal kehebatan Film Merah Putih: One For All yang bisa tayang di bioskop.

Apalagi mengingat film tersebut kabarnya hanya dibuat dalam rentang waktu beberapa bulan sebelum tayang perdana di bioskop pada Kamis (15/8/2025).

Sebagai sutradara sekaligus produser yang banyak pengalaman, Hanung mengungkap proses panjang sebelum sebuah film bisa tayang di bioskop.

Ia mengatakan, masing-masing jaringan bioskop punya aturan dan kriteria.

"Pengusaha bioskop, ada XXI, CGV, Cinepolis, Platinum (Cineplex), itu memiliki semacam aturan," kata Hanung, dikutip dari YouTube KasiSolusi, Jumat (15/8/2025).

"Sinema itu memiliki kriteria," lanjutnya.

Baca juga: Kesaksian Doktif Soal Reza Gladys dan Profesi Sales Obat Buat Heboh, Sang Dokter Akhirnya Buka Suara

Ia memaparkan, proses biasanya diawali dengan produser atau sutradara mengirimkan surat kepada pihak bioskop untuk mengajukan film produksi mereka. 

"Aturan yang biasa dikenakan pada filmmaker dan produser adalah, jadi kirim surat dulu," jelas Hanung.

Setelah surat dikirim, pihak bioskop umumnya baru memberikan jawaban terkait tanggal tayang sekitar tiga bulan kemudian. 

"Baru kemudian tiga bulan setelah kirim surat, baru dikabarin 'film kamu bisa tayang di tanggal sekian, bulan sekian,'" ujarnya. 

"Kalau mau minta tanggal tayang, setidaknya tiga bulan baru mendapatkan," tambahnya.

Jika produser menyetujui jadwal yang ditawarkan, langkah selanjutnya adalah mengirimkan file film ke pihak bioskop untuk pemeriksaan teknis. 

Pemeriksaan ini mencakup kualitas gambar, pencahayaan, suara, hingga memastikan tidak ada bagian yang rusak atau hilang.

"Ditawarin tanggalnya, mau apa enggak? Kalau misal menjawab oke enggak apa-apa kita mau tanggal segitu, 'ya sudah kirim file-nya kepada kami, kami akan melihat,'" tutur Hanung. 

"Biasanya lebih kepada teknis. Kalau gambar enggak proper, gelap dan suara pecah, gambar blur tiba-tiba, tiba-tiba di tengah ada blank. Teknis lah pokoknya," imbuhnya.

Hanung menegaskan, setelah semua tahapan tersebut dilalui barulah sebuah film bisa tayang di bioskop. 

Namun, jika tidak lolos pemeriksaan teknis, film tersebut tidak dapat diterima untuk penayangan.

Reaksi Hanung Usai Tonton Film Merah Putih: One For All

Sutradara kenamaan Hanung Bramantyo bereaksi usai menonton film Merah Putih: One For All di hari pertama film itu diputar di bioskop, Kamis (15/8/2025).

Sudah menyaksikan sendiri film tersebut, Hanung Bramantyo menganggap kritik netizen soal film itu adalah hal wajar. 

Hanung bahkan tak ragu mengatakan jika ada proses yang tidak jujur terjadi dalam pembuatan film animasi bertema kemerdekaan itu.

Apalagi sebelumnya beredar kabar bahwa animasi itu dibuat dan didanai dengan budget Rp 6-7 miliar.

“Jangan salahkan netizen kalau melihat ini ada udang di balik batu pada pembuatan film ini. Ada proses yang gak jujur yang ada di sini," ucap Hanung Bramantyo di kawasan Kemang Jakarta Selatan dikutip dari Tribunnews.com, Kamis (14/8/2025).

"Jangan salahkan netizen kalau kami berprasangka seperti itu, karena kami melihat hasilnya tidak seperti itu kalau dialokasikan dananya 6-7 miliar secara proporsional,” tegasnya.

Hanung kemudian mengingatkan para kreator atau investor yang ingin terjun ke dunia film, khususnya film animasi.

Melihat kontroversi film Merah Putih One For All' yang disebut menelan biaya produksi miliaran rupiah, Hanung mengingatkan soal investasi uang miliaran tidaklah sedikit.

Baca juga: Keputusan Nekat Ruben Onsu Picu Kekhawatiran Anak, Duda Sarwendah Singgung Soal Kepercayaan

“Buat semua kreator yang mau bikin film, terutama investor, hati-hati untuk menginvestasikan uang," tuturnya.

"Uang 6 miliar itu gak kecil, itu gede. Ketika mau bikin film terutama animasi, tolong pilih orang-orang yang memang punya passion di bidangnya dan kredibel,” kata Hanung.

Ia menilai pengelolaan dana yang tidak tepat sasaran membuat proyek film seperti ini terkesan sia-sia. 

“Ini kesannya kalian membuang uang dan tidak sepadan dengan itu,” bebernya.

Hanung sebagai salah satu sineas yang cukup vokal menyuarakan keresahan dan kekecewaan ke industri film Indonesia setelah film animasi tersebut dapat kesempatan tayang.

Ia menilai bahwa film tersebut belum selesai proses produksi dan pengerjaan, namun sudah dipaksakan tayang.

(Banjarmasinpost.co.id/Tribunnews.com)

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved