Selebrita

Penjelasan Childfree, Istilah yang Dibahas Selebgram Gita Savitri Devi dan Buat Heboh Netizen

Editor: Achmad Maudhody
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Selebgram Gita Savitri. Childfree adalah istilah dimana seseorang atau suatu pasangan memilih untuk tidak memiliki anak atau keturunan dalam hidup. Istilah ini sempat dibahas oleh selebgram Gita Savitri hingga menghebohkan netizen.

BANJARMASINPOST.CO.ID - Childfree adalah istilah dimana seseorang atau suatu pasangan memilih untuk tidak memiliki anak atau keturunan dalam hidup mereka.

Belakangan, istilah childfree diperbincangkan setelah selebgram Gita Savitri Devi atau Gitasav membahas soal childfree yang menurutnya bisa membuat awet muda.

Istilah childfree di Indonesia yang memiliki budaya ketimuran memang tidak sepopuler bangsa-bangsa barat, dimana istilah childfree sudah cukup banyak diimplementasikan.

Tak heran warganet heboh ketika Gitasav membahas istilah tersebut

Dilansir dari Kompas.com, Cambridge Dictionary mendefinisikan istilah childfree hampir serupa seperti apa yang dijelaskan oleh Oxford Dictionary, yaitu kondisi di mana seseorang atau pasangan memilih untuk tidak memiliki anak.

Menurut psikolog sekaligus dosen Fakultas Psikologi Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta Ratna Yunita Setiyani Subardjo mengatakan, childfree merupakan istilah untuk menyebut orang yang tidak memiliki anak.

Ratna menyebut, ada dua kelompok orang yang childfree, yaitu mereka yang memutuskan tidak punya anak atau memiliki kondisi yang memaksa tidak bisa memiliki anak.

"Kondisi fisik tidak mendukung mereka punya anak. Mereka kemudian memutuskan untuk tidak mengadopsi anak," jelasnya saat dihubungi Kompas.com, Kamis (9/2/2023).

Ada pula orang yang bisa memiliki keturunan namun memutuskan tidak memiliki anak usai menikah. Orang tipe ini memilih untuk tidak mempunyai keturunan meskipun tubuhnya dalam kondisi sehat.

"Sebenarnya mereka mampu tapi tidak mau karena sudah merencanakan kalau sudah berkeluarga memang tidak mau punya anak," lanjutnya.

Baca juga: Ramai soal Anggapan Anak Bikin Cepat Tua, Gaya Hidup Childfree atau Fobia?
Alasan pasangan memilih childfree.

Baca juga: Lucinta Luna Rogoh Kocek Ratusan Juta Oplas Demi Mirip Jennie Blackpink, Justru Dibilang Mirip Anya

Dikutip dari Gramedia, psikolog Dr. Tri Rejeki Andayani menyebutkan, meskipun keputusan childfree bersifat sangat personal, namun keputusan tersebut sebaiknya turut melibatkan kedua anggota keluarga besar, terutama orang tua dari pasangan.

Jika keputusan untuk childfree tersebut tidak dapat diterima oleh kedua orang tua, tentu saja, tidak menutup kemungkinan bahwa akan muncul tekanan sosial bagi pasangan.

Namun, apabila diterima, maka pasangan pun akan menjadi lebih mudah dalam menghadapi tekanan sosial baik itu dari masyarakat luar maupun keluarga.

Salah satu alasan pasangan memilih untuk childfree adalah karena berkaitan dengan isu maupun masalah lingkungan. Beberapa pasangan atau perempuan yang memutuskan untuk childfree, menilai bahwa populasi penduduk di bumi semakin meningkat.

Akan tetapi, populasi yang meningkat tersebut tidak sejalan dengan kesehatan bumi serta ketersediaan pangan. Sehingga, childfree pun akhirnya dipilih sebagai salah satu langkah yang dapat ditempuh.

Dr. Tri juga menyinggung mengenai perspektif teori perkembangan dari Erikson.

Dalam teori tersebut disebutkan, bahwa setiap orang akan memasuki tahap stagnan versus generativitas.

Seseorang yang mengalami stagnan, cenderung akan kesulitan untuk menemukan cara dalam berkontribusi pada kehidupan.

Selain alasan masalah lingkungan, beberapa pasangan yang memutuskan untuk childfree, pada umumnya merasa tidak yakin akan kemampuannya dalam merawat maupun mengasuh anak. Sehingga hal tersebut pun menjadi suatu kekhawatiran bagi pasangan.

Berikut beberapa faktor yang bisa memengaruhi seorang perempuan atau pasangan memutuskan untuk childfree.

1. Latar belakang keluarga

Alasan pertama yang menyebabkan seseorang atau pasangan memilih untuk childfree ialah karena ia memiliki masa lalu sendiri tentang keluarganya.

Ia tumbuh dan melihat apa yang terjadi di dalam keluarganya, sehingga apa yang ia lihat semasa kecil pun akan memengaruhi pilihannya ketika ia dewasa.

Begitu pula tentang kenangan yang kurang baik, serta perasaan kecewa yang didapatkan selama masa anak-anak, perasaan dan kenangan tersebut pun bisa menjadi alasan terbesar, kenapa pasangan atau seorang perempuan memilih untuk childfree.

Latar belakang keluarga pun dapat memengaruhi keputusan seseorang untuk childfree, yaitu ketika seseorang memiliki keluarga yang memberikan kebebasan padanya untuk memilih dan memutuskan segala hal.

Sehingga, ketika ia memutuskan childfree, ia tidak akan mendapatkan tekanan dan tanpa penghakiman dari pihak keluarga. Justru sebaliknya, ia akan merasa didukung.

2. Isu lingkungan

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, alasan yang cukup menarik dari seseorang memutuskan untuk childfree adalah berkaitan dengan isu lingkungan.

Over populasi menjadi isu yang cukup hangat saat ini. Populasi manusia semakin banyak di dunia, akan tetapi tidak sebanding dengan jumlah kerusakan lingkungan yang semakin tinggi serta ketersediaan pangan.

Sebagian individu, baik yang telah berpasangan atau bahkan masih single pun menyadari isu tersebut, sehingga mereka merasa prihatin dengan isu tersebut dan memilih untuk tidak memiliki anak atau childfree. Harapannya, tentu saja mereka tidak ingin menambah populasi yang telah ada.

Baca juga: Pasca Lama Putus Kini Amanda Manopo Menyapa Billy Syahputra Lagi, Pertanda Reuni?

3. Kondisi finansial

Keadaan finansial seseorang menjadi salah satu faktor seseorang memutuskan untuk childfree. Membesarkan serta merawat anak, bukanlah hal yang mudah. Dibutuhkan persiapan mental serta finansial yang matang.

Ketika pasangan telah memutuskan untuk childfree, kemungkinan mereka telah memperhitungkan kemampuan finansial atau bahkan hingga kemungkinan-kemungkinan soal membiayai tumbuh kembang sang anak.

Apabila dalam perhitungan tersebut, rupanya pasangan maupun individu merasa tidak mampu, maka mereka pun memutuskan untuk childfree.

Sehingga, mereka akan lebih fokus dalam mengalokasikan dana untuk kebutuhan-kebutuhan pribadi yang tentu saja, nominalnya tidak sedikit.

4. Khawati tidak mampu membesarkan anak dengan baik

Alasan keempat merupakan salah satu alasan umum yang menyebabkan seseorang atau pasangan memutuskan untuk childfree.

Pada umumnya, pasangan atau individu cenderung memiliki kekhawatiran, bahwa mereka tidak mampu membesarkan anak dengan baik.

Atau pasangan atau individu tersebut belum matang dan belum siap secara mental, untuk memiliki seorang anak. Hal ini dikarenakan kondisi mental setiap orang berbeda-beda.

Beberapa orang yang memiliki masalah mental, kemungkinan akan lebih khawatir dan berpikir bahwa mereka tidak cukup mampu untuk membesarkan anak.

Akan muncul kekhawatiran, apakah sang anak akan merasa bahagia, apakah kebutuhannya tercukupi, apakah ia bisa membesarkan anak dengan mental dan fisik yang sehat dan lain sebagainya.

Karena kekhawatiran tersebutlah, pasangan maupun individu akhirnya memilih untuk childfree.

5. Memiliki masalah maternal instinct

Maternal instinct merupakan kondisi di mana kemampuan emosional dari seorang perempuan, khususnya seorang ibu dalam menentukan hal-hal yang benar serta salah ketika ia membesarkan seorang anak.

Sebagian orang mungkin memiliki anggapan, bahwa maternal instinct memiliki peran yang penting untuk dimiliki oleh seorang perempuan, atau lebih tepatnya seorang ibu.

Alasannya karena maternal instinct ini memiliki kaitan dengan kemampuan seorang ibu untuk melindungi anak-anaknya.

Beberapa dari perempuan merasa khawatir, bahwa mereka tidak memiliki atau mengalami masalah dengan maternal instinct, serta tidak yakin bahwa mereka akan menjadi seorang ibu yang baik sesuai dengan harapan anak atau dirinya.

6. Memiliki kondisi fisik tertentu

Beberapa mungkin memiliki kondisi fisik tertentu yang membuat dirinya tidak bisa atau tidak mampu memiliki seorang anak.

Contohnya seperti mengidap penyakit keturunan dan lain sebagainya. Kondisi tersebutlah yang kemudian akan menjadi alasan terbesar seorang individu maupun pasangan memilih untuk childfree.

7. Alasan personal

Alasan terakhir adalah karena alasan personal dari seseorang atau pasangan. Seperti tidak ada alasan khusus, hanya saja mereka memilih untuk childfree, sebab mereka merasa nyaman dengan kondisi tersebut.

Mungkin juga, beberapa orang memiliki pandangan bahwa lebih aman, baik itu secara finansial maupun fisik untuk memilih childfree.
Mementingkan diri ketimbang anak

Sementara itu secara psikologis, Ratna menganggap jika orang memilih childfree karena mendahulukan diri sendiri dan kurang suka berhubungan dekat dengan orang lain. Ia menyebut, orang tipe ini tidak menemukan arti dari anak dalam suatu keluarga.

"Mereka biasanya tidak mempunyai emosi yang dalam. Tidak bisa punya hubungan yang benar-benar dekat dengan orang lain," ujarnya.

Di luar itu, Ratna menilai, orang dewasa yang childfree senang mempunyai aktivitas sehari-hari yang bebas dari tanggungan atas anak. Mereka jadi punya waktu untuk mengutamakan pekerjaan dalam hidupnya.

"Mereka tidak perlu memikirkan siapa yang mengasuh dan membimbing anak," tambahnya.

Alasan lain orang dewasa childfree karena ia mungkin merasa bersalah karena merasa kurang mampu merawatnya. Orang seperti ini berpikir mereka kurang uang, ingin fokus berkarier, atau tidak bisa memberi pendidikan cukup kepada anak.

"Ketakutan tidak bisa membahagiakan anak dari segi materi membuat mereka memilih tidak punya anak," jelasnya.

Tuntutan lingkungan

Sosiolog Universitas Sepuluh Maret Drajat Tri Kartono mengungkapkan, memang ada pergeseran tren di kalangan masyarakat. Orang tidak lagi menganggap anak bernilai tinggi, melainkan sebagai beban.

"Dulu ada kepercayaan banyak anak banyak rezeki. Anak bukan dianggap beban biaya dalam perekonomian keluarga tapi justru sumber pendapatan," jelasnya saat dihubungi Kompas.com, Kamis (9/2/2023).

Drajat mencontohkan, orang zaman dulu bisa diminta membantu orang tua bekerja di pasar atau sawah.

Namun, saat ini muncul perkembangan zaman yang menghasilkan spesialisasi pekerjaan. Anak tidak bisa lagi dengan mudah dipekerjakan di tempat kerja orang tuanya.

"Tidak semua pekerjaan bisa dilakukan banyak orang. Kemudian, anak itu tidak bisa langsung membantu ekonomi orang tua. Hingga kemudian dianggap sebagai beban atau cost biaya," lanjutnya.

Menurut Drajat, orang tua harus mengeluarkan uang untuk biaya kebutuhan anak, antara lain sekolah, les, dan kesehatan. Kondisi ini masih ditambah oleh standar masyarakat yang menuntut orang tua memberikan hal yang terbaik bagi anak.

"Ini menyebabkan banyak anak jadi banyak beban. Di situlah orang jadi mengurangi jumlah anak. Dulu misalnya 6 sekarang maksimal dua atau tiga, bahkan satu sudah cukup," jelasnya.

Tidak hanya itu, ia memandang hubungan orang tua dan anak di dalam keluarga saat ini cenderung bersifat privat. Kondisi tersebut memicu orang untuk melindungi privasinya.

Orang-orang ini tidak mau kehidupannya diganggu orang lain karena ia sanggup mengelola kepemilikannya sendiri. Hal demikian tetap berlaku meskipun antara orang tua dan anak kandung.

Drajat menambahkan, jika orang tersebut mau mempunyai anak, dia akan cenderung memilih adopsi. Dia tidak akan terlalu terbebani daripada merawat anaknya sendiri.

Gitasav Bahas Soal Anak

Gita Savitri atau Gitasav makin menjadi perbincangan publik usai pernyataan. kontroversialnya yang menyebutkan bahwa tak punya anak bisa membuat lebih awet muda.

Influencer yang menggaungkan childfree ini rupanya pernah punya keinginan untuk mempunyai anak beberapa tahun silam.

Pernyataan itu pernah ditulis Gita Savitri di blog pribadinya pada 5 Maret 2015.

Blog tersebut kemudian dibagikan akun @_rimpang di Twitter.

Dalam tulisannya, Gita Savitri membayangkan bagaimana ketika nanti ia menjadi orangtua.

Ia meyakini akan memberikan yang terbaik mulai dari pendidikannya, cara mendidiknya di rumah, dan sebagainya.

"Jadi orang tua itu ternyata sulit banget (gue baru mikirin aja udah pusing). Jelas lo mau yang terbaik untuk anak lo," kata Gita Savitri di awal blog tersebut, dikutip Kamis (9/2/2023).

"Gue pernah ngobrol gitu sama cowok gue. Gue sama dia setuju kalau anak kita nanti mesti dididik benar-benar. Dituntun, dikasih tau mana yang benar dan mana yang salah tapi nggak menggurui," imbuhnya.

Baca juga: Bukan Pacar Ariel NOAH, Marchella FP Penulis Novel NKCTHI Cuma Dicap Sebagai Teman

Tak hanya itu, dalam tulisan itu Gita Savitri juga mengungkap bahwa dirinya ingin memiliki dua orang anak kelak.

Ia juga berharap bisa beribadah bersama anak-anaknya kelak.

"Terus gue kan parno ya sama dunia zaman sekarang yang gilanya sudah luar biasa. Gue bilang ke doi kalau kita berempat (gue pengen punya dua anak insha Allah) tiap Jumat ada tarbiyah di rumah, biar anak gue punya karakter, prinsip, pendirian, dan ngerti jelas mana hitam mana putih. Ngaji bareng-bareng, diskusi bareng-bareng," imbuh Gita Savitri lagi.

Gita Savitri pun bahkan juga pernah menyebut bahwa menjadi ibu adalah pekerjaan yang mulia dan saat itu ia juga ingin segera menikah serta punya anak karena ia begitu menyukai anak kecil.

"Masa-masa ini datang juga ya akhirnya. Gue jadi senang lihat anak kecil, gue jadi pengin juga kalau ngeliat teman nikah, gue sudah mikirin anak gue segala. Gue pikir gue bakal jadi orang yang pursuing career banget gitu, tahunya pengen jadi ibu, hahaha. Ah nggak ada salahnya kan ya? Ibu kan pekerjaan yang paling mulia. Paling sulit, tapi pahalanya paling banyak," tulis Gita Savitri delapan tahun silam.

Akun @_rimpang itu kemudian menyoroti keinginan Gita Savitri yang tertulis di blognya.

Ia lantas mendoakan agar Gita Savitri bisa kembali ke pemikiran lamanya.

"Kalau dulu beliau pernah menulis seperti ini, bukan tidak mungkin bisa kembali ke pemikiran/idealisme lamanya. Bung dan Nona yang membaca, terus berikan doa dan afirmasi positif untuk setiap hal baik yang ada disekitar kita," tulis akun tersebut.

(Banjarmasinpost.co.id/Kompas.com)

Berita Terkini