Selebrita

Sikap Gisel Kala Putus dari Rino Soedarjo Disorot, Beda pada Gading Marten dan Wijin

Editor: Murhan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Rino Soedarjo dan Gisella Anastasia yang kini putus.

BANJARMASINPOST.CO.ID - Akhirnya penyanyi Gisella Anastasia buka suara soal putus dengan Rino Soedarjo.

Termasuk beda perlakuannya kala pisah dari Gading Marten dan Wijaya Saputra alias Wijin.

Ya, Gisella Anastasia mengakui kisah cintanya kembali kandas.

Ini terlihat setelah Gisella Anastasia dan Rino Soedarjo tak lagi terlihat bersama di media sosial mereka.

Bahkan wanita yang akrab disapa Gisel dan mantan kekasihnya, Rino sudah tak saling mengikuti di Instagram.

Gisel pun menyebut hal tersebut sebagai cara untuk menyembuhkan luka akibat putus cinta.

"Saya sih nggak pernah mau (saling unfollow), aku mau semuanya pasti baik-baik. Pasti kan mungkin ada proses-proses yang mesti dilewatin, setiap orang kan berbeda-beda cara menenangkan hatinya," jelasnya dikutip dari YouTube Intens Investigasi, Senin (20/2/2023).

Baca juga: Prank Tinggalkan Kiano Baim Wong di Mall, Paula Malah Tuai Hujatan

Baca juga: Penyebab Amanda Manopo Menghilang dari Brownis, Sempat Curhat ke Ruben Onsu

Gisel mengaku bukan dirinya yang memulai untuk berhenti mengikuti di Instagram.

"Saya nggak pernah mengambil langkah (meng-unfollow). Pokoknya saya mau baik-baik aja," katanya.

Meski begitu, ia mengaku hubungannya dengan Rino berakhir dengan baik.

"Tapi sekarang udah baik kok," ucapnya.

Karena itu Gisel menyayangkan netizen yang membuat kesimpulan dari dirinya yang tak lagi bersanding dengan Rino.

"Cuman disayangkan kalau misalnya ambil kesimpulan, 'oh berarti si ini pasti gini, si ini pasti gini'," ucapnya.

Mantan istri Gading Marten itu pun meminta doa dan dukungan untuk hubungannya yang telah berakhir dengan Rino.

Gisel pun berharap netizen tak menghakimi atau pun menyalahkan salah satu pihak.

Karena ia pun tak ingin kisah cintanya putus di tengah jalan seperti saat ini.

"Jadi minta doanya aja, minta supportnya. Tidak saling menghakimi tidak saling menyalahkan karena kan kayak gini-gini siapa sih yang mau gitu," terangnya.

Wanita 32 tahun itu mengaku putusnya ia dengan Rino lantaran tidak bisa dipaksakan untuk terus bersama.

"Maksudnya nggak ada yang salah, hanya memang jalannya nggak bisa dipaksakan,"

Wanita yang akrab disapa Gisel itu pun meminta doa untuk hubungan asmaranya untuk ke depannya.

"Minta doanya aja ya. Kan nggak ada yang pengin memulai juga kalau memang tahu akan nggak bisa,"

Ibu satu anak itu sebenarnya masih enggan membahas kandasnya hubungan asmaranya ke hadapan publik.

Lantaran ia mengaku, baik dirinya dan juga Rino masih berusaha menerima keputusan untuk berpisah.

"Sebenarnya nggak pengen ngebahas-bahas itu. Karena sebenarnya juga masing-masing nerima perasaan juga masih pelan-pelan."

"Banyak lah yang mesti ditata-tata," terangnya.

Gisel juga berharap ke depan menjadi pribadi yang lebih baik lagi urusan percintaan.

"Hubungan makin dewasa itu makin ke sini kan kita makin pintar, makin belajar ya," katanya.

Ia tak ingin mengambil keputusan yang asal-asalan dan belajar dari pengalaman.

"Bukan yang asal-asal gitu diambil keputusannya. Kita sebagai orang hanya bisa belajar makin hari makin positif aja gitu," tutupnya.

Haruskah Tetap Berteman dengan Mantan?

Mungkin hampir tidak ada kisah berakhirnya hubungan cinta yang tak menyakitkan, dan berjalan mudah.

Apalagi, jika harus berpisah dan mengakhiri hubungan seketika, untuk kemudian tidak berkomunikasi sama sekali. Bisa jadi, rasanya akan terlalu berat.

Nah, untuk meringankan beban semacam itu,sangat umum untuk mencoba terus terhubung dengan orang yang terlibat. Namun, bagaimana caranya?

Salah satu solusinya adalah dengan memutus hubungan asmara, namun tetap menjadi sahabat. Namun -tentu saja, hal ini juga tidak mudah.

Di satu sisi, hal ini sangat masuk akal karena, seperti teman baik umumnya, kamu dan mantan memang memiliki banyak sejarah.

Namun di sisi lain, hubungan romantis pun berakhir karena suatu alasan.

Pada akhirnya, keputusan untuk tetap berteman dengan mantan atau tidak, bergantung pada alasan dan motivasi kamu dalam mempertahankan koneksi itu.

Alasan mempertahankan hubungan dengan mantan

Untuk menentukan alasan seseorang ingin tetap berhubungan dengan mantan, pernah ada sebuah penelitian.

Dalam riset itu dilibatkan 288 orang dewasa berusia 18-62 tahun meninjau 29 alasan untuk tetap menjadi teman dengan mantan.

Di dalamnya ada alasan seperti, demi kesopanan, bahkan hingga demi menjaga rasa yang tidak ingin merasa sendirian.

Lalu, para responden diminta menunjukkan seberapa besar/kuat alasan tersebut bagi mereka.

Dari sana didapatlah empat motivasi utama orang untuk ingin tetap berteman dengan mantan.

Keamanan

Tetap berteman agar tidak kehilangan dukungan emosional, nasihat, atau kepercayaan dari mantan pasangan.

Selain itu untuk menjaga kenangan bersama, atau karena ingin memiliki seseorang untuk diandalkan.

Pragmatis

Tetap berteman untuk menghindari kehilangan dukungan keuangan dari mantan pasangan atau status sosial yang terkait dengan hubungan tersebut.

Bisa juga karena memiliki anak atau harta bersama.

Kesopanan

Tetap berteman hanya untuk bersikap sopan, agar tidak menyakiti perasaan mantan pasangan.

Bisa pula demi menghindari konfrontasi, atau karena merasa bersalah telah putus dengannya.

Hasrat romantis yang belum terselesaikan

Menjaga persahabatan karena tidak ingin sendirian. Atau bahkan untuk mempertahankan kontak seksual.

Atau bahkan, karena kita masih berharap untuk menghidupkan kembali hubungan romantis.
Motivasi sangat penting

Semua orang tentu menginginkan akhir yang bahagia. Tapi, itu tidak berhasil pada beberapa orang.

Pasalnya, alasan yang mendasari keinginan untuk menjaga hubungan pertemanan semacam itu terkait dengan bagaimana hubungan itu terjadi.

Mereka yang ingin tetap berteman karena hasrat romantis yang belum terselesaikan mengalami beberapa hal negatif.

Ada perasaan patah hati, kesehatan mental yang lebih buruk, lebih banyak depresi, ketegangan yang lebih besar dalam lingkaran pertemanan, dan peningkatan kecemburuan.

Tetap berteman karena perasaan yang tersisa juga kontraproduktif untuk membentuk hubungan baru.

Sebab, kondisi itu akan membuat kita lebih sulit untuk mendapatkan teman atau menemukan pasangan romantis baru.

Tak hanya itu, mereka yang ingin tetap berteman karena alasan praktis atau kesopanan juga lebih mungkin untuk mengakhiri persahabatan itu di masa depan.

Namun, tidak semuanya buruk.

Jika responden menjaga hubungan tetap utuh demi alasan keamanan atau praktis, biasanya hasilnya akan lebih positif, seperti merasa lebih aman.

Siapa saja yang bisa tetap berteman?

Secara keseluruhan, mayoritas responden (59 persen dalam riset pertama, dan 65 persen dalam riset kedua) tetap berteman dengan mantan pasangan.

Namun, beberapa orang cenderung lebih ingin tetap berteman dengan pasangannya setelah putus.

Secara khusus, pria dalam riset pertama cenderung ingin tetap berteman jika dibandingkan dengan wanita (meskipun pada riset kedua, tidak menemukan perbedaan).

Kepribadian juga merupakan faktor, sehingga mereka yang kurang ekstrovert dan lebih penurut ingin tetap berteman.

Sementara itu, individu yang “menghindar” atau tidak nyaman dengan kedekatan dan memiliki keinginan kuat untuk dekat dengan seseorang, cenderung lebih mungkin untuk tetap berteman.

Kesimpulannya, ketika sisi romantis dari suatu hubungan tidak berhasil, rasanya masuk akal untuk menyelamatkan dalam bentuk persahabatan. Dan, hal ini tak sedikit yang melakukannya.

Kendati demikian, alasan mengapa kita ingin tetap berteman itu menjadi penting.

Umumnya, jika kita masih memiliki perasaan romantis, mempertahankan persahabatan malah akan menciptakan lebih banyak masalah daripada menyelesaikannya.

Meski mungkin menyakitkan untuk melepaskannya, tetapi mencoba bertahan dengan harapan untuk menghidupkan romansa sepertinya tidak akan berhasil.

(Banjarmasinpost.co.id/Tribunnews.com)

 

Berita Terkini