BANJARMASINPOST.CO.ID - ISTILAH Arba Mustamir tak asing lagi bagi kebanyakan masyarakat Banjar. Yakni Rabu terakhir pada bulan Safar atau dikenal juga sebagai Rebo Wekasan. Tahun ini jatuh pada 13 September 2023 lalu atau 27 Safar 1445 Hijriah.
Banyak orang yang meyakini pada Arba Mustamir itu ada 320 ribu bala yang turun untuk setahun. Hal ini sebagaimana ditulis Syekh Abdul Hamid Quds dalam kitabnya Kanzun Najah Was-Surur fi Fadhail Al-Azminah wash-Shuhur.
Agar terhindar dari bencana, ada amalan dan tradisi yang dilakukan masyarakat. Di Kalsel ada salat sunah, membaca ayat suci dan doa-doa secara berjemaah hingga tolak bala.
Seperti yang dilakukan warga Desa Pandahan, Kecamatan Batibati, Kabupaten Tanahlaut (Tala), pada Selasa malam dua pekan lalu. Mereka melaksanakan tolak bala, bergerak keliling kampung.
“Itu kegiatan rutin tahunan di kampung kami yang telah dilaksanakan sejak dulu, bahkan sebelum saya lahir,” ucap H Alfian Taurus, Kepala Desa Pandahan kepada Serambi UmmaH, Rabu (20/9).
Dia menuturkan, kegiatan diawali salat magrib berjemaah di masjid setempat yakni Masjid Darul Muhsinin yang terletak di tepi jalan raya Jalan A Yani di jalur poros Pelaihari-Banjarmasin.
Dilanjutkan salat hajat dan membaca Surah Yasin. Kemudian membaca burdah. Ditutup salat isya berjemaah. Setelah itu, barulah berjalan kaki keliling kampung membaca burdah sembari menggendong Kitab Buchari dan Kitab Kuning. “Dulu saya sering dapat tugas menggendong dua kitab itu,” kenang Alfian.
Tolak bala itu diikuti ratusan orang, sebagian besar remaja dan anak-anak. Mereka bergerak menapaki jalan poros A Yani ke arah barat menuju perbatasan Kota Banjarbaru di Penggalaman.
Lalu balik kanan dan menapaki ruas jalan A Yani setempat menuju arah timur hingga perbatasan dengan Desa Lianganggang. Setelah itu bergerak ke seluruh jalan-jalan lingkungan.
Pelantang (sound syetem) turut dibawa pada kegiatan itu yang diangkut menggunakan gerobak, termasuk mesin generator untuk lampu penerangan pada perjalanan rombongan. Lantunan selawat burdah terus menggema.
Selama sekitar dua jam, iring-iringan rombongan tolak bala tersebut menapaki seluruh jalanan di kampung setempat. “Total jaraknya sekitar lima kilometer,” sebut Alfian.
Kegiatan tolak bala tersebut dimulai setelah salat isya sekitar pukul 20.00 Wita dan selesai sekitar pukul 22.00 Wita. Rombongan kemudian masuk ke Masjid Darul Muhsinin untuk mengikuti selamatan, memanjatkan doa bersama, dan diakhiri makan bersama.
Sebelumnya juga ada tausiah yang disampaikan oleh Guru Dyah Abdi dari Pondok Pesantren Mursyidul Amin, Gambut, Kabupaten Banjar.
Melalui kegiatan tersebut pihaknya mengharapkan keberkahan dari Allah SWT agar kampung selalu dalam keadaan yang aman dan tenteram. Juga dijauhkan dari marabahaya atau bala yang dapat menyebabkan hal yang tidak baik bagi warga.
Guru Hasnan, pemuka agama setempat, menuturkan, Arba Mustamir itu beberapa ribu bala diturunkan Allah SWT. Karena itu pihaknya memperbanyak selawat burdah dengan harapan kampung dijauhkan dari bala dan marabahaya.
Banyak muslim di Banua ini yang pada hari rabu terakhir bulan Safar tersebut berdiam diri rumah karena tak ingin tertimpa musibah atau bala.
“Arba mustamir itu lebih kepada sebuah momentum kesedihan yang teramat sangat. Duka nestapa terbesar bagi semesta alam, karena telah gugur syahid, sosok termulia dan teragung di jagat raya ini,” tutur Miswan, jemaah majelis taklim Banjarmasin.
Pada momen itu, sebutnya, ada yang berkumpul untuk mengenang peristiwa itu (haul jemaah). Ada pula yang merenung sendiri-sendiri di rumah. Ada pula yang bersedekah karena kerinduan dan banyak hal baik dilakukan untuk membenamkan diri dalam kecintaan. “Tidak sedikit pula yang menjauhi makan minum dan kenikmatan, karena telah hanyut pada nikmatnya cinta sejati tak bertepi,” paparnya.
Dapatkan informasi lainnya di Googlenews, klik : Banjarmasin Post