BANJARMASINPOST.CO.ID - Kekejaman aksi Yudha Arfandi menenggelamkan Dante anak Tamara Tyasmara dan Angger Dimas tergambar dalam proses rekonstruksi.
Melihat itu, Angger Dimas yang ikut hadir dan bereaksi. Dengan penuh emosi, Angger Dimas yang menyaksikan rekonstruksi kematian Raden Andante Khalif Pramudityo itu.
Dia menyebut Yudha Arfandi yang menenggelamkan sang anak sangatlah kejam.
Angger Dimas tampak tak menyangka jika nasib putra semata wayangnya itu sangat tragis.
"Ya teman-teman nilai aja seperti apa. Kalau dari saya sih ya itu kejam," ungkap Angger, dikutip dari YouTube Intens Investigasi.
Baca juga: Wajah Baru Kartika Putri Setelah Berobat di Singapura Terekam, Istri Habib Usman Sentil Reaksi Obat
Bahkan Angger Dimas meyakini jika pembunuhan Dante memang sudah direncanakan pelaku.
Meski demikian, ia menyerahkannya kepada pihak kepolisian.
"Itu (kemungkinan pembunuhan berencana) biar polisi yang jawab," ujarnya.
Sementara itu, dikatakan Angger bahwa terkait motif Yudha menenggelamkan Dante hingga saat ini masih belum terungkap.
"Motif belum ada. Ya kita akan melihat bagaimana polisi dapat menyelesaikan lah (kasus kematian Dante)," katanya.
"Yang saya ingat dan gak habis pikir anak saya ditendang. Itu sangat kejam."
Angger juga masih mengharapkan YA mendapat hukuman mati.
Sementara, dalam unggahan storynya, Angger mengunggah artikel yang menampilkan wajah YA.
Ia mengungkap dukungan banyak pihak yang ini agar YA dikenai hukuman mati.
"Kawal terus bang, sampai terpampang nyata," kata salah satu kenalan.
"Harus wajib," ujar Angger.
"Keep the light on justice for Dante. Stay informed, stay engaged. Our vigilance is his voice," harap seseorang.
"Danke," balas Angger.
Sementara itu sebelumnya diketahui jika Tamara dan Yudha melakukan dua hingga 12 adegan rekonstruksi kasus kematian Dante pada Rabu, (28/2/2024).
Dikutip darin Kompas.com, rekonstruksi diawali ketika Yudha dan Tamara berkirim pesan Whatsapp.
Lalu, adegan selanjutnya Tamara menyiapkan perlengkapan Dante.
Tamara lalu menuju ke rumah Yudha untuk mengantar Dante. Ia kemudian menghubungi Yudha bahwa ia sudah sampai dan menitipkan Dante.
Tamara kemudian berangkat ke lokasi syuting.
Setelah itu Yudha memeragakan saat ia pulang ke rumahnya dari petshop bersama anaknya.
Di sana ia bertemu Dante yang dititipkan Tamara ke asisten rumah tangga Yudha.
Dante sempat bermain dengan anak Yudha. Sementara Yudha mengecek kelengkapan alat renang Dante.
Karena menemukan kacamata Dante tidak ada, Yudha kemudian menghubungi Tamara.
Tak lama, adegan berlanjut ketika Yudha bersama anaknya dan Dante menuju ke kolam renang di daerah Duren Sawit, Jakarta Timur.
Yudha mengajak Dante untuk berenang. Tersangka menghubungi Tamara, agar membawa Dante ke rumahnya.
Kemudian di adegan terakhir yakni saat tersangka membawa Dante dan anak perempuannya, MMA (6) menuju kolam renang dengan menumpangi mobil. Rekonstruksi lalu dilanjutkan di lokasi kejadian.
"Rekonstruksi ini diharapkan bisa memberikan gambaran tentang peristiwa yang terjadi mulai dari awal sampai nantinya korban masuk kolam renang," papar Wira di Duren Sawit, Jakarta Timur, Rabu (28/2/2024) dilansir dari Kompas.com.
"Kemudian ditenggelamkan, dan akhirnya diangkat sampai kemungkinan nanti menuju ke rumah sakit," imbuh dia.
Saat itulah Yudha Arfandi tak mengetahui jika aksinya yang mengakses CCTV di kolam renang di ponselnya melalui website diketahui polisi.
Sedangkan diketahui jika pihak kepolisian mengetahui aksi Yudha Arfandi lewat analisis digital bahwa fakta Yudha mengakses CCTV kolam renang saat perjalanan ke sana.
"Rekonstruksi dilakukan berdasarkan keterangan ada dan di adegan 13 di mana posisinya menuju kolam renang.
Ada satu adegan di mana tersangka tidak mengakui telah mengakses CCTV melalui browsing di internet untuk mengecek apakah ada CCTV atau tidak," ujar Wira.
Wira mengatakan bahwa fakta tersebut sudah dibuktikan oleh analisis digital bahwa fakta Yudha mengakses CCTV kolam renang saat perjalanan ke sana.
"Pada faktanya tersangka mengecek CCTV melalui browsing, ini telah dibuktikan dari analisis digital," ucap Wira.
"Tersangka YA mengakses CCTV melalui handphone, ini berdasarkan analisis digital," lanjut Wira.
Wira juga menyebut bahwa bukti tersebut dapat menguatkan Pasal 340 KUHP terkait pembunuhan berencana.
"Ini bisa diterapkan Pasal 340 soal pembunuhan berencana," kata Wira.
"Dengan rekonstruksi ini bisa memberikan gambaran sampai akhirnya korban masuk kolam renang sampai ditenggelamkan dan dibawa ke rumah sakit," tutur Wira.
Setelah rekonstruksi selesai di Polda Metro Jaya, rekonstruksi adegan 14 hingga 49 C dilanjutkan ke kolam renang Duren Sawit.
Disisi lain Yudha melakukan pengecekan CCTV lokasi melalui website kolam renang di Duren Sawit, Jakarta Timur, menuju perjalanan ke sana.
Baca juga: Pernikahan Dewi Perssik dan Rully Akhirnya Akan Terjadi, Cueki Kisruh dengan Indah Sari
Seperti diketahui Yudha melakukan itu melalui website kolam renang di Duren Sawit, Jakarta Timur, menuju perjalanan ke sana.
Namun, adegan 13 ini tidak diakui oleh Yudha.
"Rekonstruksi dilakukan berdasarkan keterangan ada dan di adegan 13 di mana posisinya menuju kolam renang. Ada satu adegan di mana tersangka tidak mengakui telah mengakses CCTV melalui browsing di internet untuk mengecek apakah ada CCTV atau tidak," ujar Wira.
Kejanggalan Sikap Dante
Kepergian Raden Andante Khalif Pramudityo tidak hanya meninggalkan duka bagi Tamara Tyasmara.
Pihak sekolah bahkan juga ikut bersedih atas kepergian Dante.
Kini kasus kematian Dante masih terus diselidiki oleh pihak kepolisian.
Mengutip dari tayangan YouTube RUMPI Trans TV, perwakilan dari pihak sekolah menilai Dante sebagai murid yang kalem.
Ia juga lebih banyak mengalah ketika bersama dengan teman-temannya.
Agty Fitriani, yang merupakan kepala sekolah Dante, juga mengaku bahwa Dante ini adalah sosok anak yang penyayang.
Namun pada saat hari terakhir ia bersekolah, Dante sempat mengalami perubahan perilaku.
Perubahan perilaku Dante ini sempat membuat guru-guru dan pihak sekolah agak syok.
"Di hari terakhir itu yang buat kita dan semua tim guru itu agak syok itu adalah ketika ia senang sekali menggunakan baju pilot," ucap Kepala Sekolah Dante.
Pada saat itu, di sekolah Dante memang sedang diadakan suatu program pendidikan di mana anak-anak bisa menggunakan baju tertentu.
Saat itu Dante sedang menggunakan baju pilot.
Ketika setelah selesai, Dante tampak enggan melepas baju pilot tersebut.
"Jadi pada saat itu, dia nggak mau lepas baju pilot itu," ungkapnya.
Ia bahkan mengatakan bahwa, dia akan pergi jauh setelah ini.
"Nggak, mas kan mau terbang jauh, nanti kan mas nggak kembali lagi," kata almarhum Dante kepada sang guru saat itu.
Hal ini sontak membuat pihak guru merasa bahwa ada hal yang aneh pada Dante.
Seakan-akan ini adalah hari terakhir Dante bertemu dengan guru dan teman-temannya.
"Jadi itulah yang membuat tim guru kami merasa, oh memang ini yang terakhir," pungkasnya.
(Banjarmasinpost.co.id/Tribun Trends)