Beri Viral

Remaja 15 Tahun Tak Menyesal Habisi Teman Akrab Pakai Pisau, Pelaku Pernah Bawa Kapak ke Sekolah

Siswa SMA di Inggris berinisia MUK atau Khan (15) divonis penjara seumur hidup karena terbukti membunuh rekan satu sekolah

Kompas.com
Ilustrasi tahanan di penjara. 
Ringkasan Berita:
  • Siswa SMA, MUK alias Khan (15) dijatuhi hukuman penjara seumur hidup dengan masa hukuman minimal 16 tahun
  • Hakim menyebut tindakan Khan tidak masuk akal, yang dipicu ketertarikan terhadap senjata sejak lama
  • Khan menusukkan pisau ke dada rekan hingga tewas, saat jam istirahat makan siang di luar kafetaria SMA All Saints, Kota Sheffield, Inggris, pada insiden maut nan menghebohkan pada Februari 2025
 

 

BANJARMASINPOST.CO.ID - Anak baru gede (ABG) berinsial MUK alias Khan (15) terpaksa habiskan waktu belasan tahun dalam penjara.

Hal itu akibat ulah sadis yang dia lakukan saat jam istirahat makan siang di luar kafetaria sekolahnya.

Khan yang siswa SMA All Saints, lakukan pembunuhan terhadap rekan satu sekolahnya, Harvey Willgoose.

Dia menikamkan pisau ke dada Harvey pada insiden maut nan menghebohkan pada Februari 2025 lalu. 

Baca juga: Terseret Jaringan Sabu 3 Kilogram, Warga Kalsel Terancam Penjara Seumur Hidup  

Atas perbuatan mengerikan itu, Khan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup dengan masa hukuman minimal 16 tahun.

Hakim Justice Ellenbogen di Pengadilan Sheffield, Inggris, menyebut tindakan pelaku tidak masuk akal, yang dipicu ketertarikan terhadap senjata sejak lama.

“Perbuatan ini memberikan dampak menghancurkan bagi keluarga Harvey. Hidup mereka  dirusak oleh tindakan Anda,” kata hakim saat pembacaan vonis, Rabu (22/10/2025).

Khan membawa pisau berburu sepanjang 13 sentimeter ke dalam sekolah. Rekaman CCTV menunjukkan sebelum insiden terjadi dia berusaha memprovokasi Harvey, tapi korban tetap tenang.

Dalam video lainnya, Khan terlihat memegang pisau saat di kantin. 

Penusukan terjadi tak lama kemudian. Khan sempat mengakui telah menikam Harvey, tetapi membantah tuduhan pembunuhan. 

Pada Agustus 2025, juri menyatakan dia bersalah dengan suara mayoritas 11 banding 1. 

Penasihat hukum Khan menyampaikan bahwa kliennya kehilangan kendali akibat pengalaman panjang menjadi korban perundungan (bullying) di sekolah. 

Kepada para guru setelah kejadian, Khan mengaku tidak bisa mengendalikan dirinya dan mengatakan dalam kondisi “tidak waras”. 

Namun, menurut hakim, pelaku sudah menunjukkan kecenderungan agresif sejak lama. 

Khan disebut memiliki minat terhadap senjata dan kerap menunjukkan foto-foto dirinya sedang memegang pisau, parang dan palu. 

Dia juga tercatat pernah membawa kapak dan pisau ke sekolah dalam insiden terpisah sebelumnya, antara November 2024 hingga Januari 2025.

Ibu korban, Caroline Willgoose, mengaku lega setelah proses hukum selesai. 

Tapi, dia menyebut Khan tidak menunjukkan penyesalan sedikit pun. 

“Sejujurnya, saya merasa beban berat telah terangkat dari pundak saya. Dia tidak terlihat menyesal, tetapi saya hanya berharap itu hanya kelihatannya saja,” ujar Caroline kepada Sky News. 

Dia mengungkapkan kesedihannya karena Harvey kini dikenal publik sebagai korban penikaman. 

“Dia itu anak yang lucu dan penyayang. Begitulah saya ingin dia dikenang. Bukan sebagai anak sekolah yang tewas ditikam,” katanya. 

Dalam wawancara terpisah, Caroline menyebut tidak memiliki perasaan khusus terhadap Khan. 

Dia hanya menyayangkan karena merasa kedua anak itu sama-sama menjadi korban sistem. 

Sementara itu, Sophie Willgoose, kakak perempuan korban, menyampaikan dampak emosional berat yang dialami keluarganya. 

“Dunia keluarga kami hancur selamanya,” ucap Sophie. 

“Terdakwa tidak hanya mengakhiri hidup Harvey, dia juga mengakhiri hidup kami. Kesehatan mental kami hancur,” lanjutnya.

Harvey dikenal sebagai sosok ceria dan disayangi banyak teman. 

Kepala Eksekutif St Clare Catholic Multi Academy Trust, Steve Davies, mengatakan bahwa Harvey adalah murid yang populer, energik, dan penuh kasih sayang. 

“Dia sangat dirindukan tiap hari oleh seluruh komunitas sekolah. Kami menyampaikan simpati terdalam untuk keluarga dan sahabat Harvey,” ujarnya. 

Davies menambahkan, pihak sekolah kini bekerja sama dalam penyelidikan lanjutan terkait kasus ini.

Kepala Inspektur Detektif Andy Knowles dari Kepolisian South Yorkshire mengungkapkan, Harvey dan Khan sebelumnya berteman. 

Tapi, insiden kecil diduga memicu keputusan impulsif yang berujung tragis. 

“Keputusan sepersekian detik menyebabkan konsekuensi yang tidak bisa dibatalkan. Pisau memperburuk segalanya dalam waktu singkat,” tuturnya. 

Seusai tragedi, orangtua Harvey menyerukan kampanye pelarangan pisau di sekolah-sekolah. “Kami ingin ada lengkungan detektor pisau di semua sekolah menengah dan perguruan tinggi,” kata mereka kepada Sky News.

Wakil Wali Kota South Yorkshire bidang Kepolisian dan Kejahatan, Kilvinder Vigurs, menyebut kejadian ini sebagai momen berat bagi komunitas lokal, seraya menekankan perlunya upaya pencegahan kejahatan pisau sejak dini. 

“Masalah ini bukan hanya urusan kepolisian. Ini masalah kita bersama. Fokus kita harus pada pencegahan, edukasi, dan intervensi dini,” ujarnya dalam pernyataan resmi.
(kompas.com)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved