Helikopter Jatuh di Tanahbumbu

3 Warga Asing Korban Helikopter Jatuh di Tanahbumbu Kalsel Teridentifikasi, Dari Data Medis Gigi

Akhirnay tim DVI Polda Kalsel berhasil melakukan identifikasi terhadap tiga jenazah warga negara asing (WNA) korban helikopter jatuh

Penulis: Rifki Soelaiman | Editor: Irfani Rahman
Banjarmasinpost.co.id/Rifki Soelaiman
RILIS INDENTIFIKASI JENAZAH KORBAN HELIKOPTER -Kabid Dokkes Polda Kalsel, Kombes Muhammad El Yandiko saat memaparkan hasil identifikasi jenazah helikopter yang jatuh di Kecamatan Mantewe, Kabupaten Tanahbumbu, Kalsel, Sabtu (6/9/2025) malam. 

BANJARMASINPOST.CO.ID,BANJARMASIN - Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polda Kalimantan Selatan kembali memaparkan hasil identifikasi jenazah korban kecelakaan helikopter PK- RGH milik Eastindo Air yang jatuh di hutan Desa Emil Baru Kecamatan Mantewe Kabupaten Tanahbumbu

Press release yang digelar di Aula RS Bhayangkara Banjarmasin, Sabtu (6/9) malam, berlangsung tanpa kehadiran keluarga korban. Hanya tampak polisi dan tenaga medis yang memaparkan perkembangan terbaru proses identifikasi.

Kabid Dokkes Polda Kalsel Kombes Muhammad El Yandiko mengungkapkan dari enam kantong jenazah yang diterima, lima di antaranya berisi tubuh utuh. Sedangkan satu kantong berisi bagian tubuh yang diduga gabungan dari tiga korban.

Setelah serangkaian pemeriksaan dan rekonsiliasi, tim DVI berhasil mengidentifikasi tiga jenazah. Mereka adalah Mark Werren (68 tahun, warga Australia), Claudine Pereira Quito ( (57 tahun, warga Brasil) dan Santha Kumar Prabhakaran (56 tahun, warga India). Ketiganya teridentifikasi melalui pencocokan catatan medis, gigi dan properti pribadi.

Baca juga: Kondisi 8 Korban Helikopter Jatuh di Tanahbumbu Kalsel, 5 Jenazah Masih Utuh, 3 Sulit Dikenali

Baca juga: Penampakan Black Box Helikopter yang Jatuh di Hutan Mantewe Tanahbumbu, Berikut Penjelasan KNKT

“Organ gigi menjadi faktor penentu karena tahan panas dan memiliki kekhasan yang tidak dimiliki organ lain. Dari catatan medis gigi para WNA ini, kami bisa mencocokkan dengan cepat,” jelas Yandiko.

Namun tantangan terbesar justru datang dari jenazah lain yang tercatat merupakan warga Indonesia. Heli diketahui jga berisikan pilot Haryanto asal Makassar Sulawesi Selatan, teknisi Hendra Darmawan (Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan), Iboy Irfan Rosa (Kabupaten Kuantan Singingi, Riau), Yudi Febrian Rahman (Pekan Baru, Riau) dan Andys Rissa Pasulu (Kota Balikpapan, Kalimantan Timur).

Berbeda dengan negara-negara maju yang menyimpan rekam medis gigi warganya secara detail, di Indonesia hal itu belum menjadi kebiasaan. Akibatnya, proses pencocokan tidak bisa secepat identifikasi korban WNA. “Untuk gigi kayanya masih sangat sulit dan datanya belum bisa kita dapatkan dengan lengkap,” jelas Kabid Dokkes Polda Kalsel itu.

Yandiko juga mengungkapkan salah satu kantong yang berisi potongan tubuh dari tiga jenazah sulit dikenali karena kondisinya yang terbakar parah.

Dalam kasus itu tim DVI harus menempuh jalur pemeriksaan DNA atau teknik superimpose, yakni membandingkan struktur wajah dengan data ante mortem dari keluarga.

 “Tapi sudah ada suspect atau mengarah kemana, tapi masih kita lakukan pendalaman. Kita mintakan kembali ante mortem yang dibutuhkan sehingga bisa kami proyeksikan dengan kondisinya yang sekarang,” jelasnya.

Heli hilang kontak pada Senin (1/9) pukul 08.54 Wita. Itu terjadi empat menit setelah bertolak dari Bandara Gusti Sjamsir Alam (GSA) Kotabaru. Heli tengah menuju Palangkaraya, Kalimantan Tengah, dan diperhitungkan tiba  pukul  10.15 WIB.

Pencarian heli carteran milik Eastindo Air Jakarta itu pun segera dilakukan. Heli ditemukan di hutan pada Rabu (3/9) sore. Tujuh penumpang ditemukan tewas dalam bodi heli, yang hangus. Sedangkan satu jenazah penumpang ditemukan sekitar 100 meter dari heli. (sul)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved