Berita Banjarmasin

Tak Didukung Tekanan Air, Damkar Gabungan di Banjarmasin Tak Andalkan Hidran Saat Padamkan Kebakaran

Saat ini tekanan air di hidran yang ada di kota Banjarmasin diakui para pemadam kebakaran masih tak kuat, saat kebakaran mereka jarang gunakan

|
Editor: Irfani Rahman
banjarmasinpost.co.id/Saifurrahman
PROSES PEMADAMAN - Kebakaran terjadi di Komplek Veteran Kelurahan Jahri Saleh, Banjarmasin Utara,Kamis (28/8/2025) siang 

BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Kebakaran nyaris tiap pekan terjadi di Banjarmasin. Meski ratusan unit relawan pemadam sigap berjibaku, upaya mereka kerap tersendat. Bukan karena kurangnya tenaga, melainkan kesulitan mendapatkan sumber air.

Hidran merupakan salah satu fasilitas penting untuk upaya pemadaman. Di Banjarmasin, hidran tersebar di 52 titik. Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (Disdamkarmat) Kota Banjarmasin, Hendro, menegaskan seluruh hidran berfungsi. Namun demikian, ia tak menampik ada kendala dasar.

“Tekanan airnya sering kali kurang. Bahkan harus disedot dulu pakai mesin. Itu karena hidran kita ikut jaringan pipa PDAM yang juga dipakai masyarakat. Standarnya punya instalasi sendiri, dengan tekanan kuat. Kalau bikin instalasi khusus, biayanya bisa miliaran,” jelas Hendro saat dihubungi, Sabtu (13/9).

Menurutnya, peremajaan atau penambahan hidran untuk sementara belum masuk rencana. “Memang, ada beberapa titik yang tekanan airnya kuat, tapi tidak merata. Kami rutin lakukan perawatan, hanya optimalisasi masih terbatas,” tambahnya.

Bagi relawan pemadam kebakaran (BPK), hidran bukan pilihan utama. Sekretaris Relawan Damkar Banjarmasin Barat (Redbar), Muhammad Ridho, menyebut hampir tak ada relawan yang mengandalkan hidran dalam aksi pemadaman.

“Rata-rata tidak pernah. Kepala selang dari hidran ke mesin pompa beda dengan yang dimiliki relawan. Selang kami biasa dipakai untuk mengisap air dari sumber air terbuka. Itu lebih cepat, apalagi Banjarmasin kan penuh anak sungai,” ujar Ridho.

Selain itu, kata dia, keberadaan hidran nyaris tidak menyentuh kawasan permukiman padat yang justru paling sering dilanda kebakaran.

Baca juga: Pasca Kebakaran di Lamida Bawah Balangan, Para Relawan Bantu Cari Emas di Rumah Terbakar

Baca juga: Lowongan Kerja Terbaru Adaro Energy, Posisi Port Captain hingga Port Engineer, Penempatan Kalsel

“Kalau di luar negeri, hidran memang dirancang dengan tekanan besar, bisa mendorong air sampai ke bangunan tinggi. Kita belum sampai ke situ,” tambahnya.

Meski demikian, Ridho menegaskan pentingnya keberadaan hidran bagi pemadam kebakaran, baik milik pemerintah maupun relawan. Ia menyodorkan enam harapan, mulai dari pendataan lokasi hidran yang dibagikan ke relawan, peningkatan tekanan air, hingga sosialisasi cara pemanfaatannya.

“Yang paling penting hidran jangan hanya dipasang di objek vital. Justru harus ada di permukiman padat. Warnanya juga harus mencolok, jangan sampai tidak terlihat. Dan tolong dicek fungsinya secara rutin,” tegas Ridho.

Banjarbaru, yang menjadi Ibu Kota Provinsi Kalimantan Selatan, juga kian rentan terjadi kebakaran. Kepala UPTD Pemadam Kebakaran (Damkar) Banjarbaru Syafrullah mengatakan terjadi peningkatan kebakaran dibandingkan tahun lalu. “Jumlah kebakaran terjadi peningkatan sampai hari ini,” katanya, Sabtu (13/9). Namun ia belum dapat merincikan datanya sepanjang 2025. Mengenai penyediaan hidran, Syafrullah menyatakan kewenangan Dinas Perumahan dan Permukiman (Disperkim).

Dikonfirmasi terpisah, Kepala Disperkim Banjarbaru Abdussamad mengatakan kota ini memiliki lebih dari 100 titik sambungan. “Sebanyak 118 hidran sudah dipasang Disperkim. Hidran tersebar di seluruh kelurahan,” sebutnya. (sul/riz)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved