Sejarah Gereja Katedral Banjarmasin

Tempat Merah Putih Dikibarkan di Awal Kemerdekaan, Gereja Katedral Kini Jadi Cagar Budaya Kalsel

Dari menara Gereja Katedral Banjarmasin, Bendera Merah Putih pernah dikibarkan di masa perang kemerdekaan

|
Penulis: Muhammad Syaiful Riki | Editor: Hari Widodo
Banjarmasinpost.co.id/muhammad syaiful riki
GEREJA KATEDRAL- Suasana Gereja Batu atau Gereja Katedral Keuskupan Banjarmasin di Jalan Lambung Mangkurat, Kamis (23/10/2025). Satu dari empat objek yang dinyatakan naik status menjadi Cagar Budaya Provinsi Kalsel. 

Belum ditemukan arsip resmi yang mencatat pelaku pengibaran bendera. Namun, Mursalin menyebut beberapa organisasi pergerakan aktif di Banjarmasin pada masa itu, termasuk Serikat Kerakyatan Indonesia (SKI) yang berdiri pada 19 Januari 1946 dan dipelopori Dr DS Diapari, AA Rivai dan Asinaga.

“Saya berkemungkinan yang mengibarkan itu orang-orang SKI. Alasannya, yang getol melawan penjajahan dengan diplomasi dan simbolik, salah satunya orang-orang dari organisasi ini,” ujar Mursalin.

Saat dikunjungi pada Minggu, suasana menjelang ibadah sore di Gereja Katedral Keluarga Kudus Banjarmasin berlangsung tenang. Beberapa jemaat mulai berdatangan. Sementara cahaya senja menyentuh bangunan tua itu.

Di halaman, Kepala Gereja Katedral, Pastor Ignasius Tari, menyampaikan kisah pengibaran Bendera Merah Putih di menara pada masa awal kemerdekaan.

Pastor Ignasius menyampaikan, informasi tersebut juga muncul dalam catatan tertulis Prof Malkianus Paul (MP) Lambut, sejarawan dan agamawan Kristen dari Universitas Lambung Mangkurat (ULM).

“Sepengetahuan saya, berdasarkan catatan Profesor Lambut, pasca Perang Dunia II kurang lebih 1946-1949, Banjarmasin menjadi pusat kekuasaan NICA (Netherlands Indies Civil Administration). Seharusnya saat itu yang berkibar adalah bendera Belanda, merah putih biru. Tetapi berdasarkan kesaksian dan catatan sejarah Prof Lambut, waktu itu berkibar di atas menara gereja ini bendera Merah Putih,” ceritanya.

Ia menilai kesaksian tersebut memberi gambaran mengenai peran tokoh gereja dalam masa transisi kemerdekaan.

“Bagi saya, itu adalah sebuah kesaksian sejarah yang menjelaskan bahwa gereja Katolik, paling tidak tokoh-tokoh agama pada saat itu, memiliki peran dalam usaha memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia melalui simbol bendera Merah Putih,” katanya.

Tepat pada momentum Hari Pahlawan 10 November 2025, Pastor Ignasius juga menyampaikan makna personal yang ia tangkap dari peristiwa tersebut.

“Saya memaknai agar semangat kepahlawanan itu selalu ada dalam diri kita masing-masing sebagai warga negara,” tuturnya.

Baca juga: Datu Kelampayan Belum Masuk Pahlawan Nasional, Dinsos: Dokumen Belum Sepenuhnya Terpenuhi

Ia mencontohkan figur Insinyur Surya Pranoto yang dikenal dengan semboyan 100 persen Katolik, 100 persen Indonesia.

“Itu menunjukkan bahwa orang Katolik harus memiliki semangat kepahlawanan,” ujarnya.

Pastor Ignasius menyebut, nilai itu masih relevan, terutama bagi generasi muda.

 “Salah satu teladan yang bisa saya katakan dan semoga juga ada dalam diri anak muda adalah patriotisme. Patriotisme itu adalah cintah tanah air,” ucapnya. (msr)

 

Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved