Berita Viral

Pria 28 Tahun Ditemukan Tak Bernyawa di Mesjid, Dikira Mati Kelaparan, Isi Suratnya Kuak Fakta Pilu

Seorang pria asal Sumsel mendadak ditemukan tak bernyawa di sebuah masjid. Kisah kepergian Randika viral di media sosial setelah beredar kabar.

|
Editor: Murhan
Tribunnews
SURAT TERAKHIR - Surat terakhir Randika berjudul “Broken Home” ditemukan di samping jasadnya di masjid Cilacap. Isinya mengungkap kerinduan dan kesedihan anak broken home. Surat terakhir Randika berjudul “Broken Home” ditemukan di samping jasadnya di masjid Cilacap. Isinya mengungkap kerinduan dan kesedihan anak broken home. 

Beberapa anak broken home lebih mandiri dari yang kita kira. Oleh sebab itu, jika sewaktu-waktu mereka tak menghubungi kita, itu bukan berarti lupa.

Secara teknis, anak broken home sudah dipaksa untuk mandiri di usia yang sangat muda. Tak jarang ia harus mengurus saudara hingga diri sendiri.

Namun, jangan biarkan hal ini terus-menerus. Tetap tanyakan bagaimana kabar dan kondisinya. Mulailah membuka percakapan agar ia merasa tak menanggung semua beban sendirian.

4. Bertemu dengan Keluarga Bisa Memberikan Beban

Keluarga adalah penyebab trauma paling utama bagi anak broken home. Oleh sebab itu, membicarakan keluarga yang harmonis mungkin membuatnya tak nyaman. Terlebih jika kita mengajaknya untuk bertemu dengan keluarga secara tatap muka.

Jika belum siap, kita tak boleh memaksakan pertemuan itu. Hal ini tentu bisa memberikan beban padanya karena pada dasarnya ia tak tahu bagaimana cara bertatapan langsung dengan keluarga harmonis.

Untuk memulainya, kita bisa mengenalkan keluarga secara bertahap dan perlahan. Kenalkan juga pasangan pada keluarga agar mereka bisa saling mengerti kondisi satu sama lain. Bawalah ia ketika sudah siap.

Perhatikan juga bagaimana interaksinya dengan keluarga. Apabila sudah menunjukkan raut tak nyaman, kita bisa mengubah topik pembicaraan atau menenangkannya.

5. Argumen Berpotensi Meluapkan Emosi

Bagi anak broken home, beradu argumen bisa menjadi awal malapetaka. Ia cenderung lebih banyak diam daripada berbicara. Ini disebabkan karena kecemasan menghantui pikirannya.

Ia justru menyalahkan dirinya atas pertengkaran ini. Bahkan, terlintas pula pikiran kalau kita akan meninggalkannya. Skenario ini terulang karena ia mengingat bagaimana keluarga meninggalkannya.

Oleh sebab itu, kita harus lebih bijak dalam berargumen. Jika memiliki keresahan terhadapnya, komunikasikanlah secara asertif. Hindari meluapkannya dengan cara kasar dan membentak.

Kita juga tak boleh memendam karena takut melukai perasaannya. Jika ada masalah yang menghadang suatu hubungan, bicarakan dengan baik-baik sampai menemukan solusinya.

Memiliki pasangan dengan latar belakang keluarga tak harmonis memang menjadi tantangan bagi beberapa orang. Diperlukan pemahaman khusus terhadap topik-topik tertentu agar tak melukai hatinya.

(Banjarmasinpost.co.id/TribunJatim.com

 

 

Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved