Berita Kalteng

Sadis, 130 Peluru Ditemukan di Tubuh Orangutan yang Tewas Dibantai di Teluk Pandan, Kutai, Kaltim

Dia mengungkapkan, pada Selasa malam tanggal 6 Februari 2018 telah dilakukan otopsi atau nekropsi terhadap mayat orangutan.

Penulis: Fathurahman | Editor: Elpianur Achmad
Orangutan Hasil Rehabilitasi Yayasan BOSF Nyarumenteng Palangkaraya.(istimewa Yayasan BOSF). 

BANJARMASINPOST.CO.ID, PALANGKARAYA - Kasus pembantaian orangutan di Kalteng dua pekan yang lalu yang bangkainya ditemukan mengapung di Sei Barito sekitar Jembatan Kalahien, Kabupaten Barito Selatan, Kalteng, belum membuat jera pelaku.

Penangkapan dua orang pelaku pembantai orangutan oleh Polda Kalteng tersebut, belakangan diketahui keduanya adalah petani Karet di Kabupaten Barito Utara, Kalteng ternyata belum berakhir bagi satwa dilindungi yang hidup di Pulau Borneo ini. 

Kasus pembantaian kembali terjadi, kali ini menimpa orangutan di Kaltim

Berdasarkan laporan, Ramadhani, Manager Lembaga Perlindungan Habitat orangutan atau Centre for Orangutan Protection (COP) yang diterima, Rabu (7/2/2018) kepada Tribun Kalteng.com.

Baca: Ini Hebatnya Polda Kalteng, Kapal dan Helikopter Dikerahkan untuk Mencari Pembantai Orangutan

Dia mengungkapkan, pada Selasa malam tanggal 6 Februari 2018 telah dilakukan otopsi atau nekropsi terhadap mayat orangutan.

Bangkai orangutan tersebut, ditemukan di Desa Teluk Pandan, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur. Otopsi dilakukan di RS. Pupuk Kaltim, Bontang oleh tim COP, Polres Bontang, Polres Kutai Timur dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

Dari otopsi yang berjalan sekitar empat jam tersebut, tim otopsi memastikan orangutan berjenis kelamin jantan dengan usia 5-7 tahun tersebut tewas diduga dibantai oleh orang yang tidak bertanggung jawab.

Baca: 2 Pembantai Orangutan di Buntok Ditangkap Polisi, Ternyata Pelaku Petani Karet Tak Lulus SD

Kematian diperkirakan, hari Selasa, tanggal 6 Februari 2018, Hasil rontgen ditemukan paling tidak 130 peluru senapan angin yang bersarang di bagian, Kepala 74 peluru, Tangan kanan 9 peluru, Tangan kiri 14 peluru, Kaki kanan 10 peluru, Kaki kiri 6 peluru dan Da da 17 peluru.

Namun tim otopsi hanya mampu mengeluarkan 48 peluru saja, sedangkan Kedua mata kanan dan kiri buta dikarenakan adanya beberapa peluru di sekitar mata, Ada 1 lubang diameter 5 mm di pipi kiri.

Bahkan, ada Gigi taring bagian bawah sebelah kiri patah, Luka terbuka yang masih baru sebanyak 19 titik diperkiraan dari benda tajam, telapak kaki kiri tidak ada namun merupakan luka lama, testis kanan terdapat luka sayatan dan bernanah.

Kemudian, bagian lebam daerah paha kiri, dada kanan dan tangan kiri diperkirakan akibat benda tumpul, temuan dalam usus besar ada 3 biji buah kelapa sawit dan lambung berisi buah nanas.

Penyebab kematian sementara diperkirakan karena adanya infeksi akibat luka yang lama ataupun yang baru terjadi. 130 peluru adalah terbanyak dalam sejarah konflik antara orangutan dan manusia yang pernah terjadi di Indonesia.

Baca: Benarkah Orangutan Dibunuh karena Menyerang, Ini Pengakuan Pelaku Pembantaian Satwa Dilindungi Itu

Halaman
12
Sumber: Tribun Kalteng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved