Hari Kartini 2018
Kisah Pahit Pejalanan Hidup Soesalit Djojoadhiningrat, Anak Semata Wayang RA Kartini
Sosok Soesalit seolah 'terlupakan', padahal sumbangsih ibunya RA Kartini terhadap Indonesia harusnya diganjar beribu-ribu pujian.
BANJARMASINPOST.CO.ID - Selamat Hari Kartini. Anak pertama Raden Ajeng Kartini atau RA Kartini dan satu-satunya, Soesalit Djojoadhiningrat, lahir pada tanggal 13 September 1904.
Beberapa hari kemudian, 17 September 1904, Kartini meninggal pada usia 25 tahun.
Kartini dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang.
Sosok Soesalit seolah 'terlupakan', padahal sumbangsih ibunya terhadap Indonesia harusnya diganjar beribu-ribu pujian.
Baca: 10 Ucapan Selamat Hari Kartini 2018 dalam Bahasa Inggris yang Cocok untuk FB, Twitter dan Instagram
Baca: Kumpulan Ucapan Selamat Hari Kartini 2018 untuk Ibu, Pacar, Adik, Kakak dan Sahabat
Baca: Marko Simic Pilih Besiktas dan Tinggalkan Persija Jakarta Jadi Jalan untuk Tembus Timnas Kroasia?
Sejak kecil, Soesalit harus merasakan kepiluan ditinggal pergi ibu untuk selamanya.
Saat itu, ayah Soesalit adalah Bupati Rembang, Raden Mas Adipati Ario Djojoadiningrat.
Ketika Soesalit berusia delapan tahun, Ario Djojodiningrat menyusul sang istri ke hadapan Sang Pencipta.
Soesalit yang sudah tak punya ibu dan ayah di usia muda itu kemudian diurus oleh kakak tiri tertuanya Abdulkarnen Djojoadiningrat.
Mulai dari urusan sekolah hingga pekerjaan.
Abdulkarnen nantinya memangku jabatan sebagai Bupati Rembang menggantikan ayahnya.
Soesalit Djojoadhiningrat bersekolah di Europe Lager School (ELS), sekolah elit untuk anak Eropa dan pembesar pribumi.
Kartini pun dulu bersekolah di tempat tersebut sebelum akhirnya 'ditarik pulang' untuk dipingit.