Idul Adha 2018

Niat Puasa Arafah dan Tarwiyah Jelang Idul Adha 2018 dalam Bahasa Arab, Latin dan Artinya

puasa yang lain, tata caranya juga ada, salah satunya niat puasa tarwiyah yang dikerjakan jelang Idul Adha 2018 itu.

Editor: Murhan
Tribun Lampung
Niat Puasa Tarwiyah dan Arafah 

BANJARMASINPOST.CO.ID - Puasa tarwiyah jatuh pada tanggal 8 Zulhijjah 1439 Hijriah yang bertepatan dengan Senin (20/8/2018). Keesokan harinya 9 Dzulhijjah, dikerjakan puasa arafah.

Ya, pada hari tersebut, umat muslim yang tidak berhaji dianjurkan untuk melaksanakan puasa tarwiyah dan Puasa Arafah. Seperti puasa yang lain, tata caranya juga ada, salah satunya niat puasa arafah dan tarwiyah yang dikerjakan jelang Idul Adha 2018 itu.

Kemudian pada tanggal 9 Zulhijah 1439 Hijriah yang bertepatan dengan Selasa (21/8/2018), dianjurkan untuk melaksanakan puasa arafah. Tentu juga ada niat puasa arafah.

Baca: Bacaan (Lafadz) Niat Puasa Arafah Selasa 9 Dzulhijjah 1439 H, 21 Agustus 2018 Jelang Idul Adha 2018

Baca: Badai Pasir Hantam Arab Saudi, Kain Kiswah Penutup Kabah Pun Tersingkap Jelang Wukuf Arafah

Baca: Raffi Ahmad Akui Ayu Ting Ting Pacarnya, Irfan Hakim Langsung Bereaksi Seperti Ini

Baca: Ini Keutamaan Puasa Arafah Sehari Jelang Idul Adha, Dosa Selama 2 Tahun Bakal Diampuni Allah SWT

Keutamaan puasa tarwiyah dan arafah adalah sebagai berikut:

صَومُ يَوْمِ التَّرْوِيَّةِ كَفَّارَةٌ سَنَةً وَصَوْمُ يَوْمِ عَرَفَةَ كَفَّارَةٌ سَنَتَيْنِ

"Puasa Hari Tarwiyah menghapus dosa setahun, dan puasa Hari Arafah menghapus dosa dua tahun." (Jamiul Ahadits, XIV, 34)

Baca: Jadwal Siaran Langsung Indosiar Bulutangkis Asian Games 2018, Senin (20/8) - Indonesia vs India!

Baca: Hasil Akhir Timnas Putri Indonesia vs Taiwan Asian Games 2018 - Skor 0-4, Diadang Korea Selatan!

Baca: Akrabnya Iko Uwais dan Mark Wahlberg Saat Promosikan Film Mile 22, Mark Bilang Tak Sabar

Baca: Timnas U-23 Indonesia Vs Hongkong Live SCTV Lilipaly Dapat Dukungan Penuh

Ada yang mengatakan bahwa hadits itu dhoif.

Namun menurut sejumlah ulama seperti dilansir NU Online, mengamalkan hadits dhoif boleh saja, asalkan untuk memperoleh keutamaannya dan tidak berkaitan dengan masalah aqidah serta hukum.

Adapun niat puasa tarwiyah adalah sebagai berikut:

نويتُ صومَ تَرْوِيَة سُنّةً لله تعالى

"Nawaitu shouma tarwiyah sunnata lillaahi ta'ala"

Artinya: Saya niat puasa Tarwiyah, sunnah karena Allah ta’ala.

Sedangkan niat puasa Arafah adalah:

نويتُ صومَ عرفة سُنّةً لله تعالى

"Nawaitu shouma 'arofah sunnata lillaahi ta'ala."

Artinya: Saya niat puasa Arafah, sunnah karena Allah ta’ala.

Baca: Idul Adha 2018 - Pesan Berantai Soal Daging Terjangkit TBC Beredar, Begini Penjelasan Dokter Hewan

Baca: Evelin Mantan Istri Aming Tampil Feminin Dibilang Mirip Bunga Citra Lestari (BCL), Masa Sih?

Suasana kota Makkah, jemaah makin banyak dengan makin dekatnya puncak ibadah haji. Musim haji 2017
Suasana kota Makkah, jemaah makin banyak dengan makin dekatnya puncak ibadah haji. Musim haji 2017 (Kemenag.go.id)

Makna Puasa dan Hal-hal yang Membatalkan

Puasa, baik itu yang hukumnya sunah ataupun wajib, adalah menahan diri dari makan dan minum serta segala perbuatan yang bisa membatalkan puasa, mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari, dengan syarat tertentu.

Makan dan minum memang dapat membatalkan puasa, tetapi bila seseorang tanpa sengaja melakukannya, maka itu tak membatalkan puasanya.

Baca: Timnas U-23 Indonesia Vs Hongkong Live SCTV, Ini Susunan Pemainnya

Ini sesuai dengan hadits berikut:

"Siapa yang lupa keadaannya sedang berpuasa, kemudian ia makan dan minum, maka hendaklah ia menyempurnakan puasanya, karena sesungguhnya Allah-lah yang memberikan makanan dan minuman itu”. (Hadits Shahih, riwayat al-Bukhari: 1797 dan Muslim: 1952)

Jemaah antre mengambil sajian menu kambing untuk berbuka puasa di Masjidil Haram, Makkah, Ramadhan 1439 H.
Jemaah antre mengambil sajian menu kambing untuk berbuka puasa di Masjidil Haram, Makkah, Ramadhan 1439 H. (Istimewa)

Boleh Niat Pagi Hari

Sementara, mengutip Rumaysho.com, puasa sunnah ada keringanan boleh berniat di pagi hari, asal sebelumnya belum menyantap makanan apa pun atau belum melakukan pembatal-pembatal puasa.

Hadits no. 657 dari kitab Bulughul Marom karya Ibnu Hajar disebutkan hadits,

عَنْ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ قَالَتْ دَخَلَ عَلَىَّ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- ذَاتَ يَوْمٍ فَقَالَ « هَلْ عِنْدَكُمْ شَىْءٌ ». فَقُلْنَا لاَ. قَالَ « فَإِنِّى إِذًا صَائِمٌ ». ثُمَّ أَتَانَا يَوْمًا آخَرَ فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ أُهْدِىَ لَنَا حَيْسٌ. فَقَالَ « أَرِينِيهِ فَلَقَدْ أَصْبَحْتُ صَائِمًا ». فَأَكَلَ

Dari ‘Aisyah Ummul Mukminin, ia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menemuiku pada suatu hari lantas beliau berkata, “Apakah kalian memiliki sesuatu untuk dimakan?” Kami pun menjawab, “Tidak ada.” Beliau pun berkata, “Kalau begitu saya puasa saja sejak sekarang.” Kemudian di hari lain beliau menemui kami, lalu kami katakan pada beliau, “Kami baru saja dihadiahkan hays (jenis makanan berisi campuran kurman, samin dan tepung).” Lantas beliau bersabda, “Berikan makanan tersebut padaku, padahal tadi pagi aku sudah berniat puasa.” Lalu beliau menyantapnya. (HR. Muslim no. 1154).

Beberapa faedah dari hadits di atas:

1- Boleh berniat puasa sunnah di pagi hari. Hal ini menandakan bahwa puasa sunnah tidak  disyaratkan tabyiytun niat (berniat di malam hari). Namun ini berlaku untuk puasa sunnah mutlak. Sedangkan puasa sunnah tertentu (mu’ayyan) yang dikaitkan dengan waktu tertentu, maka sama dengan puasa wajib harus ada tabyiytun niat, yaitu niat di malam hari sebelum fajar Shubuh. Misalnya seseorang yang melaksanakan puasa sunnah ayyamul bidh (13, 14, 15 H), maka ia harus ada niat puasa sunnah sejak malam. Jadi berlaku untuk puasa mu’ayyan (tertentu) baik puasa wajib maupun sunnah, harus ada niat puasa sejak malam hari. Demikian penjelasan dari Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin rahimahullah.

2- Sah jika berniat puasa sunnah mutlak dari pagi hari, misal dari jam 10 pagi asal sebelumnya tidak melakukan pembatal puasa di antaranya makan dan minum. Namun pahala yang dicatat adalah dari niat mulai berpuasa karena setiap amalan itu tergantung pada niatnya dan setiap orang dibalas sesuai dengan apa yang ia niatkan. Lihat penjelasan Syarh Bulughil Marom karya Syaikh Muhammad Al ‘Utsaimin mengenai hadits ini.

3- Batasan waktu niat puasa sunnah ini ada dua pendapat: (1) tidak boleh setelah pertengahan siang sebagaimana pendapat Abu Hanifah dan murid-muridnya, (2) boleh sebelum atau sesudah waktu zawal (tergelincirnya matahari ke barat) karena tidak disebutkan batasan dalam hal ini. Inilah al qoul jadid (pendapat terbaru) dari Imam Syafi’i dan jadi pegangan Imam Ahmad.

4- Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam boleh memakan hadiah. Adapun sedekah tidak halal bagi beliau.

4- Boleh membatalkan puasa sunnah, namun jika ada maslahat atau kebutuhan, demikian kata para ulama. Akan tetapi, apakah ada qodho’ dalam hal ini? Jawabanya, tidak ada keharusan qodho’.

5- Boleh menampakkan amalan sholih yang sebenarnya bisa disembunyikan. Seperti dalam hadits ini disebutkan, “Berikan makanan tersebut padaku, padahal tadi pagi aku sudah berniat puasa.” Dan bisa saja Nabi kita –shallallahu ‘alaihi wa sallam– tidak menyebutkan perihal niatan puasanya pagi hari. Namun beliau menyebutkan demikian dalam rangka pengajaran pada kita selaku umatnya.

6- Setiap amalan sunnah boleh dibatalkan jika ada maslahat atau dalam keadaan butuh (ada hajat). Adapun untuk jihad sunnah, maka jika sudah berhadapan dengan musuh tidak bisa melarikan diri. Begitu pula haji dan umrah yang sunnah tidak boleh diputus kecuali jika dalam keadaan darurat, terhadang atau ada syarat yang dipersyaratkan ketika berniat ihram.

Baca: Inilah Contoh Kata-kata (Ucapan) Selamat Idul Adha 2018, Saling Bermaafan bagi Keluarga dan Teman

 Selain makan dan minum, berikut adalah hal-hal yang dapat membatalkan puasa.

1. Berhubungan Seksual Secara Sengaja

Melakukan hubungan seksual secara sengaja dapat membatalkan puasa seorang muslim.

2. Muntah Disengaja

Muntah secara disengaja dapat membatalkan puasanya.

Namun bila tidak disengaja atau karena sakit, maka puasanya tidak batal.

Dari Abu Hurairah r.a, menuturkan, sesungguhnya Nabi s.a.w, bersabda: “Siapa yang tidak sengaja muntah, maka ia tidak diwajibkan untuk mengganti puasanya, dan siapa yang sengaja muntah maka ia wajib mengganti puasanya”. (Hadits Hasan Gfarib, riwayat al-Tirmidzi: 653 dan Ibn Majah: 1666)

3. Keluar Air Mani karena Bersentuhan

Keluar air mani karena bersentuhan, baik usaha sendiri ataupun dengan bantuan istri yang sah, dapat membatalkan puasa.

Namun bila keluar tanpa disengaja, misalnya sedang mimpi basah, maka puasanya tidak akan batal.

4. Haid

Puasa seorang wanita yang tiba-tiba datang haid akan batal, dan diperintahkan untuk mengganti di hari lain.

5. Nifas

Nifas adalah darah yang keluar setelah melahirkan.

Bila melahirkan saat sedang puasa dan mengalami nifas, maka puasanya juga akan batal.

6. Pengobatan Melalui Kemaluan dan Dubur

Bila harus menjalani pengobatan melalui kemaluan ataupun dubur, maka puasa seseorang yang sedang sakit batal.

7. Gila

Seseorang yang tiba-tiba gila saat berpuasa, maka ibadah puasanya akan batal.

8. Murtad

Orang yang keluar dari Islam atau murtad juga akan membatalkan puasanya. (*)

Baca: Niat Puasa Tarwiyah, Senin 8 Dzulhijjah 1439 H atau 20 Agustus 2018 Jelang Idul Adha 2018

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved