Jendela Dunia

Makan dengan Menu Biasa di Restoran 1,7 Miliar Bolivar, Begini Cerita WNI di Venezuela

Tri Astuti, pelaksana fungsi ekonomi kedutaan Indonesia di Caracas mengatakan acara makan bersama sekitar 20 orang

Editor: Didik Triomarsidi
Reuters
Uang yang dibutuhkan untuk membeli tisu di Venezuela. 

BANJARMASINPOST.CO.ID - Seorang warga negara Indonesia di Venezuela yang sempat mengalami hiperinflasi bercerita harus mengeluarkan uang 1,7 miliar bolivar atau sekitar Rp7 juta untuk makan di restoran.

Tri Astuti, pelaksana fungsi ekonomi kedutaan Indonesia di Caracas mengatakan acara makan bersama sekitar 20 orang dengan "menu makan siang biasa" terpaksa dibayar melalui transfer bank tambahan karena dana yang ada tidak cukup.

"Saat kami bayar harganya 1,7 miliar (bolivar) dan di akun kami hanya ada satu miliar, jadi sama restorannya di kasih nomor rekening untuk ditransfer. Jadi asas kepercayaan saja, karena internet banking sibuk, banyak orang yang transfer," cerita Tri Astuti tentang acara yang diadakan pada tanggal 14 Agustus lalu.

Baca: Akhirnya Presidium Gatot Nurmantyo Dukung Jokowi-Maruf Amin di Pilpres 2019, Ini Alasannya

Dia bercerita acara makan siang itu dengan sajian kentang, kerang, ikan, dan ayam itu biasanya mencapai sekitar 500 juta pada awal tahun dengan jumlah orang yang sama.

Pemerintah Venezuela mengeluarkan mata uang kertas baru Senin (20/08) menyusul hiperinflasi. Ribuan toko tutup Selasa (21/08) untuk penyesuaian mata uang baru itu.

Baca: Jadwal Siaran Langsung Timnas U-23 Indonesia vs UAE 16 Besar Asian Games 2018 Hari Ini

Dengan mata uang baru ini, harga secangkir kopi misalnya yang sebelumnya harganya 2,5 juta bolivar di ibu kota Caracas bulan lalu, kini harganya 25 bolivar.

Namun, sejumlah warga di Caracas mengatakan kepada BBC, penarikan uang hanya dibatasi hanya 10 bolivar pada hari Selasa (21/08).

Baca: Mirip Spiderman, Inilah Detik-detik Aries Susanti Rebut Emas Panjat Tebing, Kematangan Juara Dunia

Jutaan warga meninggalkan Venezuela

Untuk menghindari membawa uang berkantung-kantung, semakin banyak warga Venezuela yang mentransfer uang untuk transaksi kecil sekalipun di tengah harga yang melejit.

Seperti yang disaksikan wartawan BBC untuk Amerika Serikat d Caracas, para penjaga restoran memberikan rincian bank dan mempercayakan kepada pelanggan untuk mentransfer uang.

Baca: Indonesia Diurutan 5 dengan 8 Emas, Inilah Klasemen Perolehan Medali Asian Games 201

Ambruknya perekonomian Venezuela ditandai antara lain dengan hiperinfilasi, padam listrik, kekurangan pasokan makanan dan obat-obatan. Situasi ini menyebabkan jutaan warga Venezuela keluar dari negara yang kaya minyak itu.

Uang di rekening dari 400 juta menjadi 4000 setelah demoninasi

Venezuela hiperinflasi(BBC)

Menurut data dari PBB, 2,3 juta warga Venezuela meninggalkan negara itu sejak 2014 saat krisis ekonomi mulai menggigit.

Banyak yang menyalahkan Presiden Nicolás Maduro dan pemerintahnya atas situasi suram negara itu.

Tri Astuti dari KBRI Venezuela mengatakan "hiperinflasi sangat terasa menjelang pertengahan 2018."

Halaman
12
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved