Pilpres 2019
Dugaan Adanya HTI dan ISIS di Balik Gerakan #2019GantiPresiden Diungkap Pengamat Intelijen
Dibalik gerakan #2019GantiPresiden diduga ada peran Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dan kelompok ISIS.
BANJARMASINPOST.CO.ID - Dibalik gerakan #2019GantiPresiden diduga ada peran Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dan kelompok ISIS.
Pengamat Intelijen dan Keamanan UIN Syarif Hidayatullah, Robi Sugara menduga, HTI hanya memanfaatkan gerakan ini untuk tujuan kekacauan di negeri ini.
Menurutnya, ada dua keuntungan bagi HTI ketika memanfaatkan gerakan ini.
Baca: Jawaban HTI Setelah Disebut Jadi Dalang #2019GantiPresiden: Fitnah Banget Itu!
"Pertama, jika terjadi benturan antara dua kelompok yang kemudian terjadi konflik berdarah, HTI akan mengkonsolidasikan kader-kadernya untuk melakukan pergerakan pergantian sistem pemerintahan di Indonesia," ucapnya melalui keterangan tertulis yang didapat Tribunnews.com, Jumat (7/9/2018).
"Kedua, adalah ketika gerakan ini berhasil menggulingkan Jokowi, maka kampanye selanjutnya akan mengatakan bahwa presiden berganti tidak akan ada perubahan selagi sistemnya tidak digantikan dengan khilafah," tambahnya.
Direktur Indonesian Muslim Crisis Center itu turut menjelaskan gerakan HTI.
Baca: Inikah Jawaban Ahok Terkait Kabar Rencana Pernikahannya dengan Polwan Bripda PND Januari 2019
Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) adalah gerakan transnasional yang sudah dilarang di semua negara-negara Muslim di dunia kecuali di negara liberal seperti Inggris.
"Bersyukur sebelum terjadi perang saudara di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), pemerintah Indonesia sudah membubarkannya. Organisasi ini dilarang karena akan memunculkan konflik horizontal sesama anak bangsa Indonesia yang beragama suku, bahasa, agama, dan budaya," tuturnya.
Kelompok ini memanfaatkan kata Khilafah sebagai tameng gerakannya.
Dalam taktik yang sering digunakan kelompok esktermisme adalah taktik ini dinamakan religious shield (agama sebagai tameng) di mana, ketika orang Islam kontra terhadap gagasannya menegakkan khilafah disebut sebagai anti-Islam.
Baca: Respons Shinta Nuriyah Wahid Ketika Jokowi Minta Restu Jadi Capres di Pilpres 2019
"Oleh karena itu, ikut serta dalam pemilihan umum dengan mencoblos calon legislatif atau presiden, tidak pernah dilakukan oleh kader HTI. Bukan golput karena sikap politik, tapi ikut serta dalam pemilihan umum adalah haram," kata Robi.
Dia mencontohkan, HTI berperan dalam konflik yang terjadi di Suriah dan beberapa di antaranya bergabung dengan ISIS.
"Dalam konflik Suriah, aktivis Hizbut Tahrir terlibat dalam konflik bersenjata di sana, termasuk aktivis Hizbut Tahrir dari Indonesia. Aktivis Hizbut Tahrir bergabung dalam kelompok bersenjata Ahrar Syam dan Jabhah An-Nusrah untuk melawan rezim Assad dan ISIS. Tapi diantara mereka juga kemudian bergabung dengan ISIS," ucap Robi.
Baca: Siti Badriah Syantik Sempatkan Nikmati Kuliner Kambing di Banjarmasin
Robi menyebutkan nama-nama aktivis jihadis yang aktif di Indonesia.
"Di antara aktivis Hizbut Tahrir yang mengikuti trend jihadis di Indonesia tercatat adalah M. Fahri, mantan mahasiswa Unbraw Malang bersama Subianto alias Abu Azzam (asal Lamongan) dan Abu Shoffi," katanya.