Inilah Peraih Nobel Perdamaian 2018, Pernah Diculik dan Dijadikan Jadi Budak Seks ISIS
Dinobatkannya Nadia Murad sebagai peraih Nobel Perdamaian 2018 sedikit banyak membuat kita tahu latar belakangnya.
BANJARMASINPOST.CO.ID - Dinobatkannya Nadia Murad sebagai peraih Nobel Perdamaian 2018 sedikit banyak membuat kita tahu latar belakangnya.
Pada 2014 lalu, perempuan yang kini menjadi aktivis HAM itu diculik ISIS, bersama para perempuan Yazidi lainnya di Irak.
Selain disiksa, diperkosa, Murad juga dijadikan budak seks ISIS.
Tapi berkat keberaniannya, Murad berhasil melarikan diri. Setelah itu ia memutuskan menjadi aktivis hingga diganjar Hadiah Nobel.
Baca: Air Garam Bisa Menjadi Pengobatan Alternatif, ini Penyakit yang Bisa Dicegah
Murad bukan satu-satunya perempuan Yazidi yang dijadikan budak seks oleh ISIS.
Beberapa memang berhasil melarikan diri, tapi kisah getir mereka tak bisa dihapus oleh apa pun.
Begini kisah beberapa perempuan Yazidi yang dijadikan budak seks oleh ISIS.
Selama ditawan ISIS, mereka mengaku diperlakukan “seperti binatang” di Mosul, Irak bagian utara.
Baca: Mengintip Keseharian Bulan, Gadis Cilik yang Dampingi Presiden Jokowi di Pembukaan Asian Para Games
Salah satunya bernama Farida. Ia mengaku disembunyikan sebagai budak seks oleh salah seorang pejuang ISIS yang telah berkeluarga dan memperlakukan dirinya ibarat seekor binatang.
Harian Mirror, Inggris, Selasa (28/3/2017), melaporkan, mantan budak seks militan ISIS yang kini berusia 28 tahun itu diculik tiga tahun silam di kampungnya, tepatnya ketika Farida berusia 25 tahun.
Setelah militer Irak semakin kuat menekan pemberontak ISIS, Farida memanfaatkan peluang untuk melarikan diri ke arah tentara Irak yang sedang mengepung para bandit tersebut.
Ia diam-diam mengendap keluar dari mobil penyanderanya saat tentara Irak melancarkan serangan udara di Mosul barat.
Baca: Nia Ramadhani Senang Dapat Hadiah Smartphone iPhone Canggih dari Mertuanya, ini Pujiannya
Menurut Farida, istri dari militan ISIS itu “juga ingin melarikan diri” sehingga mereka bersama-sama bersekongkol dengan tentara Irak untuk membunuh militan bejat tersebut.
Menurut dua wanita itu, mereka berhasil berkomunikasi dengan tentara Irak dan menggambarkan posisi yang tepat tentang posisi mobil militan ISIS itu.
Serangan udara pun menyasar mobil itu setelah keduanya bisa melarikan diri ke arah yang mendekati posisi tentara Irak.
