Berita Banjarmasin
400 Warga Banjarmasin Terserang Demam Dengue, Dwi Atmi: Demam Berdarah Bisa Bawa Kematian
Kasus Demam Dengue sepanjang 2018 di Kota Banjarmasin meningkat dibandingkan 2017 silam. Mencapai 423 kasus sampai akhir 2018 ini.
Penulis: Edi Nugroho | Editor: Didik Triomarsidi
BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Kasus Demam Dengue sepanjang 2018 di Kota Banjarmasin meningkat dibandingkan 2017 silam.
Menurut data Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin mencapai 423 kasus sampai akhir 2018 ini.
“Untuk kasus demam dengue sebanyak 423 kasus semuanya sembuh. Dengan data ini, kasus deman berdarah dan deman dengue terus kita pantau ekstra,” kata dr Dwi Atmi Kabid Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin, Jumat (28/12/18).
Menurut Dwi, kasus deman berdarah dan demam dengue akan terus berpotensi berkembang selama masih ada sampah dan jentik-jentik nyamuk. Demam dengue tidak pernah menyebabkan kematian dan deman berdarah bisa menyebabkan kematian.
“Nah, saat ada kasus deman berdarah dan demam dengue, maka diperlukan kecepatan untuk menghubungi petugas kesehatan. Dari lima kecamatan di kota ini, Kecamatan Banjarmasin Barat paling rawan berdarah,” katanya.
Baca: Gara-gara Reino Barack dan Syahrini Kode-Kode di Instagram, Luna Maya Unfollow Instagram Incess
Baca: Mau Buang 200 Gram Sabu dan 30 Ineks, Ketahuan Polisi, Bagini Nasib 2 Warga Banua Anyar
Baca: Terungkap, Steve Emmanuel Konsumsi Narkoba Sudah 10 Tahun Lalu, Ini Hukuman yang Bakal Diterimanya
Ditambahkanya, deman berdarah punya tipe virus yang lebih tinggi dari pada demam dengue. Virus akan bisa menyerang pasien, baik anak-anak maupun pasien. Dari 25 kasus deman berdarah tersebut, sebanyak lima penderitanya itu balita.
“Sisa penderitanya adalah orang dewasa di atas lima tahun,” katanya.
Dijelaskannya, tak hanya di Banjarmasin, di kota besar lain seperti Jakarta dan Surabaya itu ada kasus deman berdarah dan demam dengue selama masih ada sampah, yakni membuang sampah sembarangan.
“Meksi belum masuk kejadian luar biasa (KLB), kita terus melakukan upaya-upaya penegahan. Jadi tak harus menunggu KLB. Selama masih ada jentik, pasti ada deman berdarah,” teganya.
Dwi melihat setiap ada kasus deman berdarah atau demam dengue, maka petugas dinas kesehatan akan melakukan penyelidikana epidomologi untuk mengetahui sejauhmana pertumbuhan jenis. Perlu ditekankan fogging itu tidak menyelesaiakan masalah.
“Fogging tanpa diikuti pemberantasan sarang nyamuk seperti dengan cara gotong royong, maka akan pertumbuhan jentik akan berkembang pesat,” katanya.
Dwi mengingatkan memberantas jentik itu lebih utama daripada melakukan fogging. Jika dilakukan dilakukan fogging, maka harus dipastikan memang ada penyaluran nyamuk di lokasi tersebut.
“Untuk memastikan adanya nyamuk, maka harus diperiksa jentik. Jika kita berantas jentik, maka tak akan deman berdarah dan tidak ada lagi nyamuk,” katanya.
Menurutnya, pembersihan lingkungan harus diikuti pembersihan jentik. Hasil penelitian, justru di tampungan air atau talang air bawah dispenser minunan menjadi lokasi pertumbuhan jentik nyamuk yang kuat.
“Vas bunga dan botol minuman berisi air yang tak tersentuh juga berpotensi untuk pertumbungan jentik nyamuk,” katanya.
