Melihat Masjid Keramat Cagar Budaya
Masjid Al Mukkararramah Dibangun oleh Datu Ujung, Satu Tiang dari Susunan Kayu Disambung
Siapa lelaki bergelar Datu Ujung yang membangun Masjid Keramat Al Mukarramah di Desa Banua Halat Kiri, Kecamatan Tapin Utara, Kabupaten Tapin.
Penulis: Mukhtar Wahid | Editor: Elpianur Achmad
BANJARMASINPOST.CO.ID, RANTAU - Siapa lelaki bergelar Datu Ujung yang membangun Masjid Keramat Al Mukarramah di Desa Banua Halat Kiri, Kecamatan Tapin Utara, Kabupaten Tapin.
Yahya, kaum Masjid Keramat Al Mukarramah mengatakan Datu Ujung, awal mula membangun Masjid Keramat Al Mukarramah.
Datu Ujung merupakan perantau yang berasal dari Pulau Sumatera. Kesaktiannya diketahui karena kemampuan menyambung satu tiang masjid dari sisa kayu.
Kemudian, punya kesaktian mampu menempuh perjalanan dari Desa Banua Halat Kiri ke Negara di Kabupaten Hulu Sungai Selatan yang berjarak 60 kilometer menggunakan perahu dalam waktu singkat.
Kesaktian Datu Ujung, jasadnya lenyap atau menghilang saat beribadah di dalam Masjid, makanya tidak ada makam yang menandai Datu Ujung dikuburkan.
Baca: Masjid Keramat Al Mukkarramah Banua Halat, Model Masjid Agung Al Karomah Martapura Tempo Doeloe
Tiang masjid bersambung yang dibuat Datu Ujung itu, merupakan lokasi tempat Datu Ujung itikaf beribadah. Kini ditandai dengan kain berwarna kuning di sebelah kanan mimbar unik.
"Hanya satu tiang itu yang diberi kain warna kuning karena diketahui tempatnya salat Datu Ujung kalau beritikaf," kata kaum Masjid Keramat Al Mukarramah, Yahya.
Cagar Budaya
Masjid Keramat Al Mukarramah adalah satu masjid yang dinyatakan sebagai benda yang dilindungi karena merupakan cagar budaya.
Letak masjid itu berada di bantaran sungai Rantau di wilayah Desa Banua Halat Kiri, Kecamatan Tapin Utara, Kabupaten Tapin, Provinsi Kalimantan Selatan.

Bentuk masjid itu model masjid Demak, bangunan sebagian besar berbahan dari kayu ulin. Bentuk panggung yanb lantainya diberi keramik.
Tidak ada catatan khusus penanggalan kapan bangunan masjid itu dibangun.
Baca: Plastik Olahan Sunardi dan Mahasiswa FMIPA ULM Bisa Dimakan, Bikin Wadai Lebih Tahan Lama
Cerita dari kaum masjid, Yahya, menyebut riwayat bangunan masjid itu se zaman masjid agung Al Karomah Martapura tempo dulu.
"Makanya bentuk masjid ini sangat mirip dengan bentuk masjid Agung Al Karomah di Martapura," katanya.
Plang cagar budaya_ Masjid Al Mukkarramah, Banua Halat Kiri, Tapin. (banjarmasinpost.co.id/mukhtar wahid)
Lahan masjid itu diakuinya memang terbatas sehingga tidak dapat lagi dilebarkan karena berbatasan dengan jalan dan tanah pemakaman muslimin.
"Masjid ini dibangun seorang ulama bergelar Datu Ujung. Beliau wafat di dalam Masjid saat beribadah salat. Jasadnya lenyap," katanya.
(Banjarmasinpost.co.id/ Mukhtar Wahid)