BPost Cetak
Angkutan Sungai di Kalsel Mendesak Dibenahi, Nakhoda Abaikan Rompi Pelampung
Dua kecelakaan di Sungai Barito saat perayaan Idulfitri 1440 Hijriah menimbulkan keprihatinan. Pada hari pertama lebaran, Rabu (5/6),
BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Dua kecelakaan di Sungai Barito saat perayaan Idulfitri 1440 Hijriah menimbulkan keprihatinan. Pada hari pertama lebaran, Rabu (5/6/2019), sebuah perahu penyeberangan yang ditumpangi tujuh orang karam di perairan Berambai Kabupaten Baritokuala.
Satu penumpangnya tewas. Besoknya, Kamis (6/6), terjadi lagi kecelakaan sungai. Sebuah perahu penyeberangan Alalak Utara Banjarmasin-Alalak Berangas Timur Batola, yang membawa 15 penumpang dan beberapa sepeda motor, tenggelam.
Untungnya semua penumpangnya selamat. Tentunya harus ada yang bertanggung jawab atas dua kejadian ini.
Kepala Seksi Pengendalian dan Operasi Pelayaran Dinas Perhubungan (Dishub) Kalsel HM Yusuf Riduan H MA, ketika dihubungi pada Senin (10/6), mengatakan pihaknya senantiasa melakukan monitoring kesiapan angkutan lebaran untuk lalu lintas sungai.
“Di tiap penyeberangan kami batasi tonase muatannya,” ujarnya.
Baca: Direskrimum Polda Kalteng Kombes Ignatius Agung Prasetyoko : Terduga Teroris Diintai Selama 6 Bulan
Baca: Mengunjungi Perajin Alat Musik Dayak di Gunungmas, Kecapi Harmuda Sampai ke Selandia Baru
Baca: Sanksi 15 ASN di TanahbumbuTunggu Hasil Sidang Tim, Gara-gara Tidak Masuk Kerja Usai Cuti Lebaran
Baca: Gading Marten Dijodohkan dengan Putri Menteri Susi, Roy Marten : Nggak Ngebayangkan Besanan Menteri
Yusuf juga menyatakan pihaknya sering mengingatkan nakhoda atau juragan kapal agar mengutamakan keselamatan penumpang.
“Tiap penumpang harus dikasih life jacket atau rompi pelampung karena itu salah satu faktor utama keselamatan,” ujarnya.
Mengenai karamnya dua perahu penyeberangan di Sungai Barito pada saat lebaran, Yusuf mengatakan kelotok itu angkutan pribadi dan tidak terdaftar.
“Nakhoda mengabaikan keselamatan. Tidak ada rompi pelampung. Tonase juga berlebih. Itu kelotok kecil, harusnya cuma muat tiga orang, malah dimuat lebih, sehingga ketinggian lambung kapal tidak mampu menahan gelombang,” ujarnya.
Yusuf mengatakan pihaknya satu bulan sekali melakukan monitoring perahu penyeberangan Banjarmasin-Tabunganen, kapal rute Banjarmasin-Muarateweh, Kalteng, dan kapal yang sandar di Pelabuhan Banjarraya.
“Kalau kapal resmi, kami selalu monitoring kelayakan dan penunjang keselamatannya. Hasil monitoring semua kapal terdaftar dalam kondisi layak dan surat lengkap,” ujarnya.
Bagaimana dengan kapal tidak resmi? Yusuf mengatakan tetap mereka monitoring.
“Kapal tidak resmi kebanyakan kapal pribadi. Rata-rata tidak punya surat-surat. Beli kelotok, beli mesin, sudah jalan begitu saja. Berbeda dengan kapal penyebrangan resmi,” ujarnya.
Terpisah, Kepala Dishub Kota Banjarmasin, Ichwan Noor Chalik, Senin (10/6), mengatakan tenggelamnya kapal di Dermaga Alalak Utara pada Jumat (6/6) sore karena human error.
“Kami langsung turun tangan melakukan pemeriksaan. Penyidikan pun juga sudah dilaksanakan terhadap kapal dan nakhodanya. Alhasil, kelalaian dari nakhoda dianggap menyebabkan insiden tenggelamnya kapal,” ujarnya.
