Menengok Tragedi 40 Tahun Lalu

40 Tahun Lalu Banjir Air Mata di Makam Syuhada Haji Banjarbaru, Ini Fakta yang Terjadi

Makam Syuhada haji adalah pemakaman bagi jamaah haji yang meninggal karena jatuhnya pesawat yang mengangkut jamaah haji Kalsel

Penulis: Salmah | Editor: Didik Triomarsidi
id.wikipedia.org
Makam Syuhada Haji 

BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARBARU - Melintas di kawasan Landasan Ulin, Jalan A Yani Km24, Kota Banjarbaru, ada dua pemakaman yang begitu mencolok, yaitu Taman Makam Pahlawan Bumi Kencana dan Makam Syuhada Haji.

Taman makam pahlawan, jelas semua orang tahu pastilah pahlawan atau orang berjasa bagi daerah atau negara yang dimakamkan di sana. Sementara makam Syuhada Haji mungkin tidak banyak yang tahu kenapa dinamakan demikian.

Terutama bagi generasi milenial, masih banyak yang belum tahu, itu pemakaman apa dan siapa saja dimakamkan di situ.

Makam Syuhada haji adalah pemakaman bagi jamaah haji yang meninggal karena jatuhnya pesawat yang mengangkut jamaah haji Kalsel pada 1978 silam.

Baca: 6 Fakta Jalan Raya Gubeng Surabaya Ambles 50 Meter, Pembangunan RS hingga Suara Gemuruh

Baca: CUACA KALSEL: Meski Cuma Hujan Sedang. BMKG: Waspadai Petir dan Angin Kencang

Baca: KalselPedia: 8 Objek Wisata Kota Banjarmasin Seribu Sungai, dari Titik Nol Km hingga Pasar Terapung

Baca: UPDATE - Terungkap Detik-detik Jalan Gubeng Surabaya Ambles, Gempa Hingga Ada Teriakan Histeris

KH Drs Tabrani Basri
KH Drs Tabrani Basri (Banjarmasinpost.co.id/salmah)

Kejadian 40 tahun lalu itu dikenal dengan sebutan tragedi Colombo, karena lokasi jatuhnya pesawat di kawasan sekitar ibukota negara Srilangka tersebut.

Adalah rombongan 01 Banjarmasin,
Kloter 02 embarkasi Juanda, Surabaya, menjadi korban saat itu.

Mereka 249 penumpang yang diangkut dengan pesawat carteran Garuda Indonesia yaitu DC-8 63 CF kode LL001 TF FLA milik maskapai Loftleider Icelandic, Islandia.

Pada 15 November 1978 itu jamaah haji terbang dari Bandara Internasional King Abdul Azis, Jeddah, siang hari waktu Arab Saudi.

KH Drs Tabrani Basri, salah seorang saksi korban selamat, mengatakan, sedianya pesawat terbang siang, namun delay hingga akhirnya berangkat jelang malam.

"Saat itu pesawat akan transit di Srilangka untuk mengisi bahan bakar. Namun musibah terjadi jelang mendarat. Sekitar hampir jam 24.00 tengah malam waktu Srilangka, pesawat kami tumpangi jatuh," ungkap pria 80 tahun, pensiunan dosen Fakultas Ekonomi Unlam Banjarmasin yang juga ulama ini.

Karena cuaca buruk, pesawat yang akan mendarat itu tak mampu kembali naik dan terhempas di perkebunan kelapa dan karet, Desa Kimbullipitaya, provinsi Negombo, sekitar 4 km sebelum bandara internasional Katunayake, Colombo, Srilangka.

Setelah 'membabat' ratusan pohon kelapa dan karet dan terseret hampir 2 Km , pesawat yang patah tiga bagian (depan, tengah belakang) itu dua kali meledak.

Tak pelak 175 jamaah haji tewas, 74 jamaah yang sempat keluar pesawat dapat selamat dengan kondisi 28 orang cedera ringan, 46 orang tanpa cedera.

Begitu pula 13 awak terdiri pilot dan co pilot, teknisi, pramugari. Sebanyak 8 orang tewas, 5 orang selamat (1 orang cedera berat, 3 orang cedera ringan, 1 orang tanpa cedera).

Keesokan harinya bendera setengah tiang 3 dikibarkan di seantero tanah air Indonesia dan juga di Srilangka sebagai ujud duka cita mendalam.

Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved