Tuna Netra Dilatih Pijat
Hingga hari ke empat pelatihan keterampilan memijat para tuna netra, mereka masih bersemangat dan bertahan mengikuti teori dan praktik pijat.
Penulis: | Editor: Didik Triomarsidi

IBRAHIM
Hingga hari ke empat pelatihan keterampilan memijat para tuna netra, mereka masih bersemangat dan bertahan mengikuti teori dan praktik pijat.
BANJARMASINPOST.CO.ID, RANTAU - Hingga hari ke empat pelatihan keterampilan memijat para tuna netra, mereka masih bersemangat dan bertahan mengikuti teori dan praktik pijat.
Dari 15 orang tuna netra yang mendapat keterampilan pijat itu, seorang tuna netra Hasan, mengaku senang mendapatkan keterampilan. Di depan instruktur dari dinsos Tapin dan Banjarbaru.
Peserta tuna netra ini mayoritas buta total dengan usia mulai berusia 25 sampai 50 tahunan. Mereka tampak bersemangat mendapat pelatihan. Bahkan ada dua pasang suami istri tuna netra yang turut ikut pelatihan itu.
Tujuan keterampilan tersebut untuk membekali tuna netra keterampilan, sehingga mereka mampu bekerja dan menghasilkan uang lewat jasa keterampilan memijat, jelas Kabid Rehab dan Pemberdayaan Dinsos Tapin, Asni Fatimah kepada Bpost.
Dengan bekal keahlian memijat itu, kata Asni, maka tuna netra tidak memilih jadi pengamen, tetapi memiliki pekerjaan sebagai jasa pijat.
Seorang tuna netra mengaku dengan mengikuti pelatihan memijat itu dapat menyambung hidupnya kelak, sebab kalau orang tua sudah meninggal dunia, maka Dia dapat bekerja mencari rezeki sendiri dengan keahlian pijat itu, tuturnya.
Dijelaskan Asni, pelatihan itu berlangsung selama 15 hari, dari 13-27 Maret di Aula Loka Bina Karya Rantau. Dalam sehari pelatihannya hanya sekitar 6 jam. Materi pelatihan itu berupa bimbingan motivasi dan praktik.
Mulai Minggu (18/3/2012) materi praktik pijat akan dimulai, jelas Asni. Setelah menempuh pelatihan ini, peserta akan diberi sertifikat pelatihan, jelas Asni, Sabtu (17/3/2012).
Dari 15 orang tuna netra yang mendapat keterampilan pijat itu, seorang tuna netra Hasan, mengaku senang mendapatkan keterampilan. Di depan instruktur dari dinsos Tapin dan Banjarbaru.
Peserta tuna netra ini mayoritas buta total dengan usia mulai berusia 25 sampai 50 tahunan. Mereka tampak bersemangat mendapat pelatihan. Bahkan ada dua pasang suami istri tuna netra yang turut ikut pelatihan itu.
Tujuan keterampilan tersebut untuk membekali tuna netra keterampilan, sehingga mereka mampu bekerja dan menghasilkan uang lewat jasa keterampilan memijat, jelas Kabid Rehab dan Pemberdayaan Dinsos Tapin, Asni Fatimah kepada Bpost.
Dengan bekal keahlian memijat itu, kata Asni, maka tuna netra tidak memilih jadi pengamen, tetapi memiliki pekerjaan sebagai jasa pijat.
Seorang tuna netra mengaku dengan mengikuti pelatihan memijat itu dapat menyambung hidupnya kelak, sebab kalau orang tua sudah meninggal dunia, maka Dia dapat bekerja mencari rezeki sendiri dengan keahlian pijat itu, tuturnya.
Dijelaskan Asni, pelatihan itu berlangsung selama 15 hari, dari 13-27 Maret di Aula Loka Bina Karya Rantau. Dalam sehari pelatihannya hanya sekitar 6 jam. Materi pelatihan itu berupa bimbingan motivasi dan praktik.
Mulai Minggu (18/3/2012) materi praktik pijat akan dimulai, jelas Asni. Setelah menempuh pelatihan ini, peserta akan diberi sertifikat pelatihan, jelas Asni, Sabtu (17/3/2012).
(Him/www.banjarmasinpost.co.id)
Berita Terkait