Harga Anjlok Namun Produksi Batu Bara Meningkat

Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) memperkirakan, volume produksi batu bara

Editor: Halmien

BANJARMASINPOST.CO.ID, JAKARTA - Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) memperkirakan, volume produksi batu bara secara nasional sampai akhir tahun ini mencapai 400 juta ton.

Peningkatan produksi komoditas tambang itu untuk menutup penurunan pendapatan karena anjloknya harga batu bara di pasar internasional.

Ketua APBI Bob Kamandanu mengatakan, sampai akhir tahun ini pasar batubara masih tertekan oleh anjloknya harga batu bara. Meski demikian, volume produksi batu bara terus bertambah.

Sampai September 2013, total volume produksi batu bara mencapai 300 juta ton, dan 50 juta ton di antaranya digunakan untuk konsumsi domestik. APBI memperkirakan, volume produksi batu bara sampai akhir tahun ini bisa mencapai 400 juta ton dan 70 juta ton di antaranya untuk konsumsi di dalam negeri.

“Saat ini harga batu bara berkisar 86 dollar AS-87 dollar AS per ton. Sampai akhir tahun ini, kemungkinan harganya sekitar 90 dollar AS per ton,” ujarnya.

Pihaknya optimis, kondisi pasar batu bara pada pertengahan tahun depan akan membaik seiring kenaikan permintaan komoditas tambang itu dan kenaikan harga batubara.

“Saat ini negara seperti India tidak membeli batu  bara karena pelemahan nilai tukar rupee, tetapi listrik kan urat nadi sehingga pihak India cenderung membeli batubara kalori rendah,” ujarnya.

Batu bara memiliki peran penting dalam bauran energi global, terutama untuk memenuhi kebutuhan pembangkit listrik. Penggunaan batu bara makin meningkat dan akan terus naik, bersama dengan bahan bakar lain demi mendukung perekonomian dunia dan pembangunan sosial.

Badan Energi Internasional (International Energy Agency/IEA) menyatakan, batu bara akan menjadi pengganti gas alam sebagai sumber energi. Di ASEAN, penggunaan batu bara diperkirakan meningkat 49 persen naik dari sebelumnya yang hanya 31 persen.

Di sisi lain, IEA memperkirakan penggunaan gas justru menurun dari 44 persen menjadi 28 persen. Hal ini berkaitan dengan faktor harga. IEA menyatakan, penggunaan batu bara untuk pembangkit listrik 30 persen lebih murah dibandingkan pembangkit listrik bertenaga gas.

Di masa depan, batu bara akan lebih kompetitif. Selain itu, pembangkit listrik tenaga batu bara tumbuh lebih baik dibanding sumber energi lain, kecuali bio-energi. Karena itu, IEA memperkirakan permintaan batu bara akan tumbuh tiga kali di masa depan dengan tingkat pertumbuhan per tahun 4,8 persen secara rata-rata.

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved