Bentuk TFP Usut Kematian Bayi Naila

Mustari Sampai Menangis-nangis

Kesedihan masih sangat dirasakan Mustari. Putrinya, Naila yang baru berusia dua bulan 10 hari, meninggal

Editor: Eka Dinayanti
zoom-inlihat foto Mustari Sampai Menangis-nangis
tribunnews.com
RSU Lasinrang Pinrang

BANJARMASINPOST.CO.ID, MAKASSAR  - Kesedihan masih sangat dirasakan Mustari. Putrinya, Naila yang baru berusia dua bulan 10 hari, meninggal saat menunggu antrean pelayanan di RSU Lasinrang, Pinrang, Sulsel, Rabu (30/10) lalu.

Saat ditemui di rumahnya, Kampung Patommo, Desa Kaliang, dia beberapa kali tidak bisa menahan tumpahnya air mata saat mengisahkan ribetnya manajemen rumah sakit melayani anaknya yang saat itu sakit parah. Dia menegaskan, hingga dua jam belum ada pelayanan kesehatan untuk sang anak yang mengalami gangguan pernapasan.

Saat menyinggung pernyataan manajemen rumah sakit bahwa mereka hanya menunggu 15 menit, pria yang bekerja sebagai petani buruh itu langsung terpantik emosinya. “Bohong itu. Kami di sana dua jam lamanya. Bahkan saya sampai menangis-nangis meminta belas kasihan di depan petugas, supaya anak saya dilayani. Ini tidak, saya justru dimintai untuk melengkapi administrasi termasuk surat kelahiran anakku,” ucap dia kepada Tribun Timur (group BPost), kemarin.

Saking jengkelnya, dia meminta petugas di loket Jamkesda dan poliklinik anak diberi sanksi.

“Hukum saja mereka. Biar tak ada lagi pasien yang mati karena menunggu surat-surat,”  ucap dia.

Meski juga ikut menangis, istri Mustari, Nursia, justru agak lebih tenang. Dia menjawab pertanyaan secara pelan, namun tidak emosional.

“Saya tahu kematian itu takdir. Tapi ada namanya usaha. Saya sangat kecewa terhadap pelayanan rumah sakit itu,” katanya.

Sementara seorang perawat di RSU Lasinrang mengatakan saat kejadian, antrean memang panjang. Menurut dia, keluarga Naila tiba di Poliklinik Anak sekitar pukul 10.20 Wita menumpang mobil milik tetangga. Mereka mendapatkan nomor antrean 115. Sementara pasien yang sudah dipanggil, baru mencapai nomor 95.

Melihat kondisi Naila terus memburuk, Mustari kembali mendatangi loket dan meminta tolong anaknya diperiksa. Bukannya diberi kesempatan, petugas malah meminta sejumlah surat untuk kelengkapan administrasi bahwa mereka berasal dari keluarga tak mampu.

Petugas menanyakan kartu keluarga dan kelengkapan berkas lainnya.

Saat dikonfirmasi,  Kepala Bagian Pelayanan RSU Lasinrang, Rifai Umar membantahnya. Dia mengatakan Mustari mendaftar dengan menunjukkan rujukan dari puskesmas. “Sementara pasien (Naila) bersama ibunya duduk di kursi ruang tunggu poliklinik (bukan di ruang tunggu loket kartu) sehingga tidak terlihat petugas loket,” katanya.

Masih menurut dia, setelah mengetahui pasien yang sakit adalah bayi berusia 2 bulan, petugas tidak memberikan nomor antrean. Mereka langsung meminta Mustari melengkapi syarat administrasi (fotokopi KTP, Kartu Keluarga, dan Kartu Keterangan Lahir) untuk mendapat pelayanan Jamkesda (Jaminan Kesehatan Daerah).

“Sesuai dengan prosedur, mereka diminta melengkapi syarat administrasi dulu. Beda jika pasien dibawa ke IGD (Instalasi Gawat Darurat) yang mendahulukan tindakan daripada persyaratan administrasi,” ujar dia.

Direktur RSU Lasinrang Pinrang Sitti Hasnah Syam mengatakan hal serupa. Dia pun mengaku sudah datang ke rumah orangtua Naila untuk memberi santunan sebagai bentuk empati.

“Kami tidak mau menunjuk siapa yang salah. Namun rujukan yang kami terima, justru ke poli anak. Seandainya kami tahu bahwa anak itu sudah sekarat, tentu kami tak akan lagi menanyakan persoalan administrasi, langsung ke IGD,” katanya.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved