Belum Konversi, Sudah Pakai Elpiji
Target pemerintah yang akan menuntaskan konversi minyak tanah (mitan) ke elpiji di 2014 ini dipastikan membuat pasokan elpiji membengkak
Penulis: M.Risman Noor | Editor: Ahmad Rizky Abdul Gani
BANJARMASINPOST.CO.ID,BANJARMASIN - Target pemerintah yang akan menuntaskan konversi minyak tanah (mitan) ke elpiji di 2014 ini dipastikan akan membuat pasokan elpiji membengkak. Khusus untuk elpiji 3 kilogram diperkirakan berkisar dari 150 sampai 200 ton per hari. Hal yang tak jauh beda diperkirakan pula untuk 12 kilogram juga mengalami kenaikan hingga 150 ton.
Untuk diketahui, saat ini saja untuk elpiji 3 kilogram setiap harinya digelontorkan hingga 120 ton, sedangkan untuk 12 kilogram mencapai 100 ton.
Syaibani, salah satu pengurus Himpunan Wiraswasta Pengusaha Minyak dan Gas (Hiswanamigas) mengatakan, angka pasti untuk menuntaskan konversi minyak tanah ke gas belum didapat.
Tiga kabupaten, Hulu Sungai Utara (HSU), Tabalong dan Kotabaru, merupakan tiga kabupaten yang masih belum mendapatkan jatah konversi. Padahal di satu sisi ketiga kabupaten tersebut juga memiliki hak yang sama.
Walaupun belum konversi dilakukan tapi kenyataannya di lapangan, elpiji sudah ada di beberapa kota yang belum menggelar konversi. Di Amuntai salah satunya, elpiji 3 kilogram dijual mencapai Rp 20 ribu lebih. Padahal harga eceran tertinggi (HET) hanya Rp 15.500 per tabung.
Bocornya elpiji ke tiga kabupaten belum konversi ini semestinya tak terjadi. Namun kenyataan di lapangan, banyak warga setempat sudah menggunakan elpiji. Apalagi harga mitan bisa mencapai Rp 10 ribu.
"Iya nih minyak tanah sampai Rp 10 ribu per liter. Konversi belum tapi mitannya sudah meroket. Kompornya diberikan gratis. Kalau sekarang beli kompor lengkap dengan tabungnya lumayan mahal, bisa mencapai Rp 300 ribu," ucap Khairun Nazmi, warga Jl Pangeran Antasari, Amuntai Tengah.
