Pesawat AirAsia Ditemukan
Gendongan Masih Meliliti Dada Ayah tapi Bayi 11 Bulan Ditelan Laut
Dua jenazah penumpang AirAsia QZ8501 seorang laki-laki dan perempuan dewasa itu ditemukan di dasar laut Selat Karimata
BANJARMASINPOST.CO.ID, PANGKALANBUN - Dua jenazah penumpang AirAsia QZ8501 seorang laki-laki dan perempuan dewasa itu ditemukan di dasar laut Selat Karimata, Kalimantan Tengah, Jumat (9/1) pagi. dalam posisi duduk dan masih terikat sabuk pengaman (seatbelt) di satu rangkai kursi penumpang. Jasad keduanya sudah rusak.
"Tim penyelam menemukan korban di dasar laut, tidak mengapung. Satu lelaki, dan satu perempuan," kata Komandan Lanud Iskandar, Letkol (Pnb) Jhonson Hendrico Simatupang di di Lanud TNI AU Iskandar, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, kemarin. Jenazah ini ditemukan tim penyelam dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), MGS Geosurvey.
Saat ditemukan, jenazah perempuan mengenakan kaus hitam dan putih dengan celana panjang hitam. Sementara jenazah pria memakai jaket hijau mengenakan celana panjang hitam. Setelah diangkat ke kapal MGS Geosrvey, kedua jenazah dan rangkaian kursi penumpang dievakuasi ke Kapal Perang KRI Banda Aceh.
Informasi yang diterima tim penyelam tak menemukan bayi kendati di dada jenazah laki-laki, masih melingkar gendongan bayi. "Mungkin itu orangtua penumpang, di mana sesuai manifes ada seorang bayi," ucap sumber dari tim penyelam.
Ketua Tim Survei Muhammad Aga di Kapal Geosurvey menyebut, tidak ada identitas di kedua jenazah tersebut. Namun diduga, keduanya merupakan pasangan suami istri berkebangsaan Korea Selatan.
Sesuai manifes penumpang penerbangan AirAsia QZ 8501 yang jatuh di Laut Jawa, 28 Desember lalu, ada pasangan warga negara Korsel yang membawa bayi. Pasangan suami-sitri itu bernama Park Seong Beom dan Lee Kyung Hwa, istrinya. Sedangkan putri mereka yang masih berusia 11 bulan bernama Park Yu Na.
Park Seong Bom seorang pendeta yang berada di Indonesia sejak 3 tahun lalu. Keduanya terbang dari Surabaya ke Singapura untuk memperbarui visa. Park dan Lee berasal dari Yeosu, desa nelayan di Korsel yang berjarak 450 kilometer dari Seoul, Ibu Kota Korsel.
Park bertugas di Indonesia sejak 2011. Setahun kemudian, ia menikahi Lee Kyung Hwa. Lantaran Indonesia tidak menerbitkan visa misionaris warga asing, Park dan keluarga setiap tahun harus terbang ke Singapura memperpanjang visa.