Bisa Menembak? Bisa!
Berdasar data, rekaman berbahasa Indonesia itu kali pertama di-posting (unggah) pada Minggu (15/3) kemarin.
BANJARMASINPOST.CO.ID, JAKARTA - Video mengejutkan muncul di situs YouTube. Pada rekaman yang sudah diblokir oleh pengelola situs namun muncul lagi dengan judul berbeda itu memperlihatkan anak-anak yang diduga dari Indonesia sedang menjalani latihan perang bersama ISIS (Islamic State of Iraq and Syria).
Berdasar data, rekaman berbahasa Indonesia itu kali pertama di-posting (unggah) pada Minggu (15/3) kemarin. Selasa (17/3) siang, video tersebut tidak bisa diakses lagi. Namun, berdasar penelusuran, terdapat video serupa tetapi judul berbeda.
Rekaman selama 2 menit 11 detik itu menggambarkan beberapa laki-laki berusia di bawah 15 tahun mengikuti pelatihan teori serta praktik beladiri dan menggunakan senjata api laras panjang jenis AK-47.
Semua pembicaraan, termasuk pernyataan bocah yang berlatih, menggunakan Bahasa Indonesia.
Tidak diketahui lokasi pembuatan video sekaligus tempat pelatihan tersebut. Yang terlihat, anak-anak tersebut berlatih di salah satu bangunan berhalaman luas yang di berbagai sisinya terdapat bendera ISIS.
Ada pula percakapan antara pelatih dengan anak-anak yang mengenakan pakaian tentara itu. “Kamu bisa menembak?” ucap pelatih dengan nada keras. Sang anak pun menjawab,”Bisa!”
Adegan-adegan di dalam rekaman itu ditutup aksi seorang bocah yang memegang kemudian menembakkan pistolnya. “Untuk kaum thogut di seluruh dunia, ini untuk kamu,” ucap dia.
Menanggapi itu, Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Marciano Norman menilai itu sebagai propaganda ISIS. “Itu memang salah satu cara propaganda mereka. Kami sudah langsung minta diblokir,’ tegas dia.
Sebagaimana hasil penelusuran BIN, Polri dan Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT), diduga memang ada anak-anak Indonesia yang dibawa orangtuanya bergabung dengan ISIS di Suriah.
Disebutkan, simpatisan ISIS di Indonesia sengaja membawa keluarganya (istri dan anak) untuk bergabung dengan dua tujuan, mati syahid dan kemapanan ekonomi. Kejadian terakhir, ada dua kelompok warga Indonesia yang masing-masing berjumlah 16 orang.
Kelompok pertama hilang di Turki dan kelompok satunya ditangkap aparat keamanan negara itu.
Di antara anggota kelompok yang ditangkap, terdapat 11 anak-anak. Mereka bersama empat perempuan dan seorang pria dewasa. Mereka diduga hendak menuju Suriah.
“Mereka akan dipulangkan ke Indonesia, tapi menolak. Mereka sudah menjual kekayaanya dan memang ingin ke sana (Suriah) guna menyusul suami-suami mereka,” kata Menko Polhukam Tedjo Edhy Purdijatno.
Pada awal Desember 2014 lalu, 12 orang warga Indonesia juga dicegah berangkat ke Suriah lewat Turki. Mereka ditangkap oleh Kepolisian Diraja Malaysia ketika transit diKuala Lumpur.
Selengkapnya baca Banjarmasin Post edisi cetak Rabu (18/3/2015) atau klik http://epaper.banjarmasinpost.co.id