Demi Putrinya, Ibu Ini Rela Dinikahi Penculik yang Memerkosanya
ALASAN Gulnaz, keputusan hidup bersama pria bernama Asadullah adalah anak hasil perkosaan berinisial Shame yang tak mungkin hidup normal di ibu kota
BANJARMASINPOST.CO.ID - Niat awalnya hanya untuk menghindari hukuman. Kini perempuan bernama Gulnaz (16) asal Kabul, Afghanistan, rela hidup bersama pria yang sebelumnya menculik dan memperkosanya hingga hamil.
Alasan Gulnaz, keputusan hidup bersama pria bernama Asadullah adalah anak hasil perkosaan berinisial Shame yang tak mungkin hidup normal di ibu kota Afghanistan.
Pengakuan itu terungkap saat reporter CNN, Nick Paton Walsh, seperti dikutip Dailymail, Kamis (9/4/2015), melakukan wawancara eksklusif dengan keluarga unik ini.
Diceritakan Gulnaz, keputusan mau menikah dengan Asadullah karena hukum di Afghanistan memutuskan akan memenjarakannya karena 'perzinahan dengan paksaan'.
Bahkan, di tingkat banding Gulnaz diharuskan untuk menjalani masa hukuman selama 12 tahun. Namun semua itu bisa dihapuskan apabila dia bersedia menikah dengan pelaku pemerkosaan, yaitu Asadullah.
Gulnaz pun mau menerika konsekwensi menikah dengan pelaku penculik dan pemerkosanya, karena untuk kembali ke keluarganya di Kabul sudah tidak mungkin. Kerabat Gulnaz tak mau menerima perempuan ini pulang karena sudah merasa malu atas kasus perkosaan tersebut.
Mereka pun menikah pada 2013. Kini mereka menjadi sebuah keluarga bahagia dan Gulnaz sedang hamil anak ketiga mereka.
Ditanya alasan dia bertahan bersama Asadullah, Gulnaz menyatakan faktor anaknya, Shame, lah yang membuat dia memutuskan untuk setuju menikah dengan Asadullah.
Gulnaz mengatakan, keputusannya itu diharapkannya bisa membuat Shame mampu hidup normal dengan seorang ayah di ibu kota Afghanistan tanpa seorang ayah.
"Aku tidak ingin merusak kehidupan putri saya atau meninggalkan diriku tak berdaya. Jadi aku setuju untuk menikah dengannya," katanya.
"Kami adalah orang-orang tradisional. Ketika kita mendapatkan nama buruk, kita lebih suka mati dengan nama itu di masyarakat," lanjut Gulnaz yang dikabarkan menolak untuk melihat suaminya selama wawancara.
Asadullah yang sebelumnya dipenjara karena pemerkosaan, tetapi kemudian masa hukumannya dikurangi, menegaskan bahwa keputusan Gulnaz setujui untuk menikahinya, benar-benar telah menyelamatkannya.
"Jika aku tidak menikahinya sesuai dengan tradisi kita, dia tidak bisa hidup kembali masyarakat," katanya.
"Saudara-saudaranya tidak mau menerimanya kembali. Sekarang, dia tidak memiliki masalah tersebut, "tambahnya.
Selain Gulnaz, Asadullah telah memiliki istri, yaitu sepupu Gulnaz dan mereka telah memiliki lima anak.
Gulnaz dinyatakan bersalah telah melakukan 'perzinahan dengan paksa' pada 2008. Saat kasus tersebut masuk ke pengadilan Gulnaz dihukum dua tahun penjara, yang kemudian meningkat menjadi 12 tahun di tingkat banding.
Saat diberikan tawaran harus menikah dengan pemerkosanya agar dia bisa bebas dari hukuman, Gulnaz pun menyetujuinya.
Gulnaz melahirkan putrinya di penjara perempuan Badam Bagh di Kabul, sebelum Presiden Hamid Karzai membebaskan dia pada Desember 2011.
Dibebaskan dari penjara, nasib Gulnaz bukan tambah baik. Dia menghadapi kehidupan isolasi dan kemiskinan sebagai perempuan tanpa suami sehingga dijauhi masyarakat, keluarga mereka sendiri dan menjadi orang buangan.
Meskipun tidak ada lagi kewajiban hukum baginya, Gulnaz kemudian mendekati keluarga pemerkosa untuk mengatur hal perkawinan dan memberikan anaknya, Shame, kesempatan terbaik dari kehidupan normal.
