Tak Ada Regenerasi, Pengrajin Tanggui Hampir Punah

Caping atau dalam bahasa Banjar disebut Tanggui merupakan topi tradisional di negeri ini. Terutama di Kalsel

Penulis: M Firmansyah | Editor: Eka Dinayanti
banjarmasinpost.co.id/firmansyah
Maskopah warga Kuin Utara. dan rekan-rekannya sedang mengayam daun nipah kering untuk dijadikan tanggui. 

BANJARMASINPOST.CO.ID - Caping atau dalam bahasa Banjar disebut Tanggui merupakan topi tradisional di negeri ini. Terutama di Kalsel, tanggui biasanya digunakan para petani, peladang, atau pedagang di pasar terapung.

Fungsi dari tanggui adalah untuk melindungi kepala dari sinar panas matahari. Namun saat ini sangat sulit mencari pengrajin tanggui.

Biasanya pengrajin tanggui sering dijumpai di kawasan Kuin. Tapi saat ini hanya beberapa orang yang masih menggeluti kerajinan ini.

Salah satunya adalah Maskopah warga Kuin Utara. Saat ditemui BPost Online, Rabu (15/4/2015), ia dan rekan-rekannya sedang mengayam daun nipah kering untuk dijadikan tanggui.

Maskopah menjelaskan pengrajin tanggui biasanya hanya dari kalangan tua. "Jarang yang muda-muda melakukan perkerjaan ini," ucapnya.

Tanggui-tanggui ini ia jual langsung ke agen penjual tanggui. Markopah langsung menjual 100 tanggui.

"Harga 100 tanggui yaitu Rp 150 ribu," tandasnya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved